7

6.4K 1.3K 220
                                    

Untuk diingatkan aku bukan tipe orang yang berlarut-larut mengingat kejadian menjijikan seperti itu. Teringat pasti tapi aku menjadikan itu sebagai pelajaran dan hal itu tidak membuatku menjadi parno untuk naik kendaraan umum.

"Nanti gausah jemput gue soalnya mau birthday dinner," aku menjelaskan alasan kepada Charles.

"Dimana? Biar baliknya gue jemput." Kejadian menjijikan itu sudah terjadi satu minggu lalu dan selama itu juga Charles selalu menjemput ku setiap pulang kantor.

"Gausah nanti dianter." aku memberikan kode kepada Theo untuk menungguku sebentar lagi.

"Yaudah tapi kabarin gue ya."

"Iya, makasih ya. Dah!" aku memutuskan panggilan lalu menghampiri Theo yang duduk di meja kerja bang Mail.

"Pacar lo?" aku menggeleng.

"Katanya bang Mail sama Nando udah sampe karena mereka naik motor. John sama cewek-cewek masih kejebak macet. Kita sih pasti kejebak macet nih." aku membuntuti Theo yang berjalan dengan cepat.

Hei, aku sudah biasa membuntuti orang yang berjalan cepat. Darius salah satunya. Maka itu aku suka ditarik jika terlalu lelet.

"Maaf ya lo jadi nungguin gue padahal tadi lo berangkat duluan gapapa kali. Gue bisa naik ojek online." Theo menekan tombol lift lalu menatapku.

"Apa gue setega itu meninggalkan perempuan sendirian?" aku tersipu.

Aku memang mendapat kerjaan tambahan dari kepala tim yang membuatku harus bekerja dengan waktu yang lebih dari lainnya maka itu mereka jalan lebih dulu dan Theo menungguku.

"Wah gila ini macet banget!" seru Theo ketika kami baru keluar dari gedung kantor sekitar 5 menit yang lalu dan kami sudah stuck di tengah kemacetan ibukota yang tidak kunjung selesai ini.

"Kabarin ci Meilan kali ya kalau kita bakal telat banget?" saranku.

"Boleh kasihan kalau mereka nunggu kita."

Aku pun mengabari ci Meilan yang ternyata baru saja sampai padahal mereka sudah berangkat hampir 1 jam lebih dulu.

"Akhir-akhir ini kata si John lo suka bengong gitu. Kenapa? Mikirin pacar? Atau skripsi?" tanya Theo.

"Skripsi yang tidak kunjung kelar itu." Theo terkekeh.

"Jangan terlalu dipikirin nanti juga kelar." Theo mengacak rambutku.

Aku kangen Darius. Ia sering mengacak rambutku ketika kesal denganku padahal aku yakin ia merasa jika aku terlalu gemas.

"Lo sama mas John tuh ga berniat cari pacar?" tanyaku.

"Berniat tapi ga ada yang mau." aku menatap Theo dengan tidak percaya.

Theo dan Darius bisa aku katakan jika Theo jauh lebih tampan dari Darius. Siapa yang tidak mau dengan Theo?

"Lo bernapas aja cewek pada ngantri." aku mendengus sebal ketika Theo hanya menanggapi ucapanku dengan tawanya.

"Tapi serius mereka tuh cuma mendekat aja tapi ga berani untuk lanjut. Entah kenapa."

Sepertinya jika Theo atau mas John mendekatiku aku juga akan mundur. Aku pasti merasa sangat amat tidak pantas bersanding dengan mereka. Bisa disangka pangeran dan dayangnya.

"Mereka pasti minder karena lo terlalu tampan. Mereka ngedeketin lo pasti karena lo tampan tapi lama-lama mereka sadar kalau lo terlalu tampan dan mereka ga cocok bersanding sama lo."

"Jadi secara ga langsung lo memuji kalau gue tampan nih?" Theo menaik turunkan alisnya.

"Gue ga akan menutupi fakta jika lo lebih tampan dari pacar gue." aku mengatakan sebuah fakta yang mungkin Darius juga menyetujuinya.

Heart Shaker -DoyoungWhere stories live. Discover now