Chapter 15

10K 1.1K 73
                                    

Ah Reum rasanya ingin menangis.

Ia tak tahu alasannya. Dia hanya merasa ia perlu untuk menangis.

Entah menangis karena tidak bisa menemukan Taehyung dan tersesat di sini, atau karena alasan lain. Jimin misalnya?

Yang jelas adalah sekarang dirinya tengah menangis sambil duduk di sebuah kursi taman. Seperti yang ku bilang tadi, ia tersesat. Ah Reum hapal bahkan seluruh sudut Perancis, namun Italia? Ia bisa apa? Ini memang bukan kali pertama Ah Reum datang ke Venice. Namun saat datang terakhir kali datang, Ah Reum masih terlalu kecil untuk mengingat jalan-jalan di kota ini.

Alhasil, kini ia pun hanya bisa duduk menangis meratapi nasib buruknya.

Ah Reum membenci Jimin.

Ah Reum membencinya karena bahkan Park Jimin tidak punya niat sama sekali untuk mengejarnya. Apa yang dilakukan pria itu sekarang? Apa mungkin sedang mengobrol tentang pekerjaan dengan sekertarisnya itu?

Entahlah, Ah Reum tidak mau peduli.

Tapi yang jadi masalah adalah, sekarang ia sangat lapar dan tersesat. Apakah tidak ada orang yang peduli kepadanya sekarang? Bahkan untuk bertanya pun tidak ada.

"Excuse me,"

Ah Reum menoleh saat melihat seorang pria duduk di sebelahnya. Ia buru-buru menghapus air mata di pipinya. "Oh, yea,"

"Can I sit here?"

"Sure."

"Thank you."

"Your welcome."

Pria itu tersenyum. "Maaf, tapi apa aku boleh tahu kenapa kau menangis?" ujar pria dengan mata biru cerah itu.

Ah Reum menggeleng kecil. "Tak apa, aku hanya sedih karena tersesat. Kalau boleh tahu ini di mana? Aku harus pergi ke tempat di distrik San Marco."

"Huh? Ini adalah distrik San Marco." Pria itu berkata dengan raut bingung.

"Benarkah?" Ah Reum menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal.

"Memangnya kediamanmu dimana, Nona?"

"Sebenarnya, aku tidak terlalu tahu rumahku dimana. Aku datang dari Korea. Sedang liburan dan tersesat," kata Ah Reum menjelaskan.

"Oo, kalau begitu aku akan mengantarmu ke pos polisi, siapa tahu kau bisa meminta bantuan di sana."

Ah Reum pun tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih banyak."

Keduanya pun bangkit dari tempat duduk dan berjalan beriringan menuju pos polisi.

Namun ada yang tidak beres. Perlahan, tangan kanan pria itu merambat ke belakang tubuh Ah Reum. Tangannya melingkar di pinggang gadis itu.

Ah Reum reflek menjengit dan menjauh. "Permisi, Tuan. Tanganmu--"

Ah Reum sebenarnya sangat kesal. Namun mengingat hanya pria ini yang mau membantunya, maka mau tidak mau ia harus menjaga emosi.

"Loh? Memangnya kenapa? Ah, sebelum pergi ke pos polisi, ada baiknya kalau kau mampir ke tempatku dulu. Aku tidak pernah bermain dengan gadis Asia, ngomong-ngomong."

Ah Reum tahu ini tidak baik. Ia juga sudah tidak berada dalam keramaian saat ini.

Bahaya.

"Maaf, aku tidak bisa. Terima kasih atas bantuanmu, aku akan kembali saja," Ah Reum melangkah menjauhi pria itu. Namun, tangannya lebih dulu di cekal dan digenggam kuat. Pria itu seperti ingin menghancurkan tangan kurusnya.

The Perfect BastardWhere stories live. Discover now