PART 19

30 3 0
                                    

Junhyung dan Hani sedang berjalan-jalan. Junhyung mengusahakan senyuman terbaiknya untuk Hani, dia tidak ingin Hani merasa terbebani. Jalanan cukup padat sore itu, mereka hanya berjalan-jalan dan bergandengan tangan seperti sepasang kekasih. Sesekali Hani berjalan dengan riang sambil bernyanyi untuk menyemangati Junhyung yang selalu berjalan pelan.

"cheer up baby! Cheer up baby!" seakan tidak memedulikan orang lain yang menatapnya aneh, Hani terus saja bernyanyi dengan suaranya yang... um... tidak terlalu bagus –Hani tuli nada. "aih, kau memang tidak pernah bersemangat," Hani menyerah.

"kau tidak ingin beli apapun?" Hani menggeleng mendengar pertanyaan Junhyung itu. Yah, ini adalah pertama kalinya dia tidak membeli apapun saat jalan-jalan.

"jangan lari!" Junhyung mencoba menahan Hani yang ingin berlari. Karena Hani yang terus berlari, akhirnya genggaman Junhyung pada tangan Hani terlepas.

Junhyung berhenti berjalan dan memandangi Hani yang berjalan melompat sambil menatapnya dengan sebuah senyuman ceria. Sebuah perasaan menghinggapinya, semuanya campur aduk. Takut, sedih, khawatir, semua terasa mencekik Junhyung saat ini. Akankah dia bisa bertahan sampai Hani menjadi perawat? Akankah semua akan baik-baik saja sampai saat itu? Akankah urusannya dengan Taewoo bisa terselesaikan? Semua itu terasa menekan Junhyung.

"Jun!" Junhyung terlonjak karena Hani mengagetkannya, membuat lamunannya buyar.

"wae?"

Senyuman Hani perlahan luntur melihat mata Junhyung yang berkaca-kaca saat menatapnya. Tatapan itu membuat Hani merasa khawatir, membuat Hani merasa begitu berat meninggalkan pria gila ini sendirian.

"mungkin sebaiknya aku tidak pergi?" seketika Junhyung membulatkan matanya dan menyadari apa yang baru saja dilakukannya. Kembali, Junhyung tersenyum lembut dan mengacak rambut Hani dengan gemas kemudian melarikan diri.

"yya... berhenti disana. Yya! Yong Junhyung!" Junhyung berlari dan memelankan langkahnya saat melewati sebuah kedai es krim kecil. Junhyung membeli dua es krim dan Hani terus saja memeluk Junhyung dari belakang selama Junhyung menunggu pesanannya.

Hani langsung melepaskan pelukannya begitu menyadari Junhyung menyodorkan sebuah es krim padanya. Hani langsung saja memakannya tanpa mempedulikan Junhyung yang menatapnya dengan sebuah senyuman. Junhyung masih fokus mencari lembaran uang di dompetnya untuk membayar es krim itu.

"ahjussi, berikan aku satu lagi. Rasa strawberry." Bisik Hani pada penjual itu yang disadari Junhyung.

"mwoya?" celetuk Junhyung dengan wajah tidak percaya.

"mwoyaaa?" balas Hani sambil menirukan wajah Junhyung dan mengeraskan suaranya. "ini hanya es krim tapi kau perhitungan sekali,"

"hanya karena es krim kau melepaskan aku? Tidak bisa dipercaya," ucap Junhyung sambil menyerahkan uangnya.

Junhyung masih menunggu kembaliannya, namun Hani sudah duduk di kursi panjang dekat kedai es krim itu. Dia sepertinya sangat menikmati dua cone besar es krimnya, bahkan saat Junhyung menyusulnya, Hani sudah menghabiskan satu es krimnya.

"oh!" Hani menunjuk ke sebuah arah dengan wajah terkejut yang membuat Junhyung juga refleks mencari apa yang ditunjuk Hani.

Hani merebut es krim Junhyung dan mendekatkan wajahnya ke wajah Junhyung yang masih belum menatapnya kembali. Karena sadar es krimnya diambil, Junhyung berniat menatap Hani, namun pipinya justru tercium oleh Hani dan itu membuatnya sangat terkejut sampai terdiam.

"hmm~ ini enak sekali." Begitu sadar apa yang terjadi, Junhyung hanya menatap Hani dengan tatapan nanar. Dia sudah kehilangan es krimnya dan Hani terlihat sangat menikmati es krim hasil jarahan itu.

Pada akhirnya, Junhyung hanya bisa tersenyum melihat istrinya yang sangat tergila-gila dengan es krim. Junhyung membiarkan Hani memakan es krimnya dan memutuskan untuk bersandar di kursi yang didudukinya sambil menatap wajah bahagia Hani saat makan es krim. Es krim yang berada di pinggiran bibir Hani begitu menarik perhatiannya, es krimnya seenak itukah sampai Hani tidak sadar jika dia belepotan?

"seenak itu?" merasa mendapat pertanyaan, Hani menatap Junhyung dan mengangguk dengan wajah bahagia.

"mau coba?"

Hani medapat sebuah anggukan dari Junhyung dan dia berniat untuk memberikan es krimnya, namun Junhyung mengecup ujung bibirnya. Tentu saja Hani terkejut –untung saja es krimnya tidak jatuh. Langsung saja dia menatap Junhyung dengan wajah kesal sementara Junhyung terlihat menikmati sisa es krim yang tadinya ada di ujung bibir Hani.

"kau benar, enak sekali. Haruskah beli lagi?"

"bukankah kalau mau coba kau bisa memakan yang ini. Kenapa harus begitu? Aku jadi..." Junhyung menahan tawanya melihat pipi Hani yang perlahan memerah juga wajah kesalnya yang begitu menggemaskan.

"jadi apa?" Hani hanya terus diam sambil berusaha menyembunyikan senyumnya dengan bibir yang terpout.

"Jun!" merasa dipermalukan, Hani kemudian memukul pelan dada Junhyung dan tertawa pelan sambil menutupi pipinya yang memerah. "selanjutnya apa?" Hani mencoba mengalihkan pembicaraan.

0o0

Junhyung sedang menindih Hani yang terbaring diatas rumput. Ya, mereka berdua sedang berada di taman belakang rumah saat ini. hanya mereka berdua. Hani tak henti-hentinya tertawa karena Junhyung yang bermain di area senitifnya, membuatnya beberapa kali ingin melepaskan diri.

"Jun! Hentikan... hahaha!" akhirnya Junhyung mengalah dan berbaring disamping Hani. Dia tersenyum sambil menutup matanya.

"kalau aku pergi, kau akan menungguku?"

"hmm,"

"aku akan mengutukmu menjadi kecoak jika kau berani mencari istri lagi," Junhyung menghadapkan tubuhnya pada Hani dan menyangga kepalanya dengan tangan.

"kecoak?" Hani mengangguk mantap.

"agar lebih mudah membunuhmu," Junhyung terkekeh pelan ketikan Hani menenggelamkan wajahnya ke dada Junhyung.

Hani memeluk Junhyung dan menikmati aroma tubuh pria miliknya ini. Aroma yang akan sangat dirindukannya nanti. Entah ini benar atau tidak untuk menjadi perawat, namun Hani tahu jika Junhyung sudah mengeluarkan banyak uang untuk itu.

"aku akan bawa Yongjun, saat pergi. jadi, aku harap kau tidak melarangku."

"kau ingin membawa anjing itu?" Hani mengernyitkan dahinya dan tertawa.

"bukan Yongjun itu. Yongjun, boneka beruang yang kau beli kemarin." Junhyung mengangguk paham dan membiarkan Hani memainkan jarinya di dadanya.

"jika kau sangat menyukai Yongjun, kenapa malah memanggilku Jun?"

"karena hanya ada satu." Junhyung hanya terdiam, bingung harus menanggapinya seperti apa. Dia tidak mungkin berekspresi seperti Hani saat dia mencium pipinya tadi. Itu akan merusak imagenya –walaupun dia sedang menahannya sekarang.

"wajahmu aneh sekali, kenapa?" mendengar pertanyaan Hani, Junhyung hanya menggelengkan kepalanya pelan dan kembali pada wajah datarnya.

"apa lagi yang ingin kau lakukan, Jun?"

"tidak ada."

"kenapa?"

"akan semakin banyak kenangan nantinya. Aku akan semakin merindukanmu."

MineWhere stories live. Discover now