(I)
Kamu sudah berpamitan.
Sedemikian jelas dan terasa sangat menyakitkan
Janji kembalimu pun jua tak pasti
Tak ada tanggal, hari, bulan ataupun tahun yang bisa ku lingkari
di kalender samping lemari
Munafik bila kubilang aku tidak merindukanmu lagi
mengingat begitu banyak larik dalam puisi yang kucipta untukmu lagi dan lagi sekalipun mengorbankan sayatan
di sanubariku sendiri
(II)
Kamu sudah berpamitan.
Jujur saja pergimu meninggalkan aku dengan rasa heran
mempertanyakan soal perasaan
dan prinsipku yang kukira tiada bandingan pun tidak mungkin diruntuhkan
Bagaimana mungkin kamu yang hanya kukenali selama empat puluh sembilan hari
berhasil mencuri hatiku yang sudah bertahun bersumpah tidak akan mudah mencintai?
(III)
Kamu sudah berpamitan.
Sedemikian jelas dan terasa sangat menyakitkan
Janji kembalimu pun jua tak pasti
Tak ada tanggal, hari, bulan ataupun tahun yang bisa ku lingkari di kalender samping lemari
Namun lucunya aku masih di sini
masih nanar setiap kali tentangmu melintas meski itu tidaklah disengaja
Kamu sudah berpamitan
Namun lucunya aku masih di sini
menunggumu tanpa peduli perih dan nyeri
(IV)
Kamu sudah berpamitan.
Sebagai gantinya, tinggallah aku yang kamu warisi luka
untuk dituangkan dalam tinta
menyesap kata yang terdengar indah
namun tak lebih dari ketololan maha dahsyat dan sempurna
— s.s : seharusnya aku tidak menunggumu seperti ini, kan?
#labrocheunedame
