Asing

3.5K 215 8
                                    

Dia datang lagi. Wajah manis bermandikan senyum, tulus dan tampak memikat.

"Ben." Wanita berambut putih menyusul langkah laki-laki yang sedang kuamati dari balik jendela.

Mereka berjalan menjauh. Mengobrol dan tertawa. Aku larut dalam kekaguman, betapa menyenangkan bersama laki-laki itu.

Seandainya aku diberi kesempatan.

#

Dia datang setelah beberapa bulan absen. Sosok yang sama seperti terakhir aku melihatnya. Hanya saja, senyumannya hilang. Lingkar hitam dan wajah tirus memenuhi pandanganku. Apa yang telah terjadi?

Jendela càfe tiba-tiba tidak menarik minatku, aku ingin lebih.

Tapi keberanianku bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan.

Aku tetap duduk di tempat, mengurungkan niat untuk menyapanya.

Kemudian, Tuhan mampir begitu saja. Laki-laki itu ambruk di trotoar, tiga meter dari mejaku.

It's my chance.

Mungkin masih ada harapan.

Sebelum orang lain berkerumun, aku sudah membopongnya, menghentikan taksi, dan membawanya pulang. "Hei, jangan mati." Sebuah kalimat meluncur halus, aku tahu pita suaraku bergetar.

Erangan pelan muncul bersamaan dengan bola mata hitam menatapku samar. "Terima kasih."

Aku mengusap dahinya. Perasaan takut, khawatir, dan merasa tidak diakui akhirnya menguap.

Dia melingkarkan tangannya ke pinggangku. "Dia mati, Mama saya." Kalimat itu.

Itu bukan kalimat yang wajar diucapkan pada orang asing.

"Benarkah?"

Dia mengangguk, makin mengeratkan pelukan.

"Dia menolak diri saya yang menyukai laki-laki lain."

Itulah yang terjadi dua bulan lalu. Tidak jelas kenapa dia harus mengatakan topik tidak biasa saat itu.

Sekarang, siapa juga yang akan peduli apa alasannya?

Ikan sudah menggigit umpan, anyway.

Belakangan aku tahu, dia juga mengamatiku dalam diam, jauh-jauh hari sebelum aku mulai mengamatinya.

###

Terima kasih sudah membaca, jangan lupa vote dan comment ya :)

G!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang