III | Dua Puluh Enam Ribu Dua Ratus Sembilan Puluh Lima

744 184 16
                                    

| III |

: DUA PULUH ENAM RIBU DUA RATUS SEMBILAN PULUH LIMA :

Aku menghitung berapa garis yang kuterima hari ini dengan menghadapkan punggungku ke depan cermin. Dua puluh, dua puluh. Dia memukul punggungku dengan rotan sebanyak dua puluh kali atas sebuah kesalahan yang kuperbuat hari ini.

Dia yang kumaksud adalah Bapakku sendiri. Dan sebuah kesalahan yang kulakukan demi mendapat dua puluh kali pukulan dengan rotan adalah salah membedakan antara garam dengan gula sehingga teh yang ia suruh untuk kubuat rasanya asin.

Bapak memang begitu. Selalu begitu. Bahkan sejak aku berumur 6 tahun, dia sudah begitu. Ia selalu bilang selalu ada balasan untuk setiap kesalahan yang kauperbuat. Karena itu aku memukulmu dengan rotan setiap kau salah.

Kupikir itu cara mendidik yang salah, tetapi jika kuungkapkan isi kepalaku itu, aku pasti kena pukul lagi.

Aku kembali memperhatikan bekas rotan itu, menahan tangis karena rasanya yang amat perih. Sudah sering aku dipukul begini, tetapi aku tetap tak dapat terbiasa dengan rasa perihnya.

Oya, tak lupa aku mencatat di buku harianku.

5 Juli, 2018

20 – 1 = 19

19 + 26.276 = 26.295

Sudah sejak dulu aku menuliskan jumlah bekas rotannya dalam sehari untuk dikurangi dengan jumlah kesalahan yang kubuat dan diakumulasikan dengan hari sebelumnya.

Dan hari ini aku muak. Benar-benar muak dengan semua pukulan ini.

Maka aku menengok ke jam dinding, 23.45, mengendap ke luar kamar, mengambil rotan yang selalu digunakannya untuk memukulku yang diletakan di ruang tamu, berjalan memasuki kamar Bapak dengan perlahan dan melihat ia tengah tidur dengan posisi miring ke kiri.

Bapak bilang akan selalu ada balasan untuk setiap kesalahan yang diperbuat. Dan menurutku, sembilan belas pukulan yang kuterima hari ini adalah sebuah kesalahan. Jika dijumlahkan, ada 26.295 kesalahan yang ia perbuat sejak mulai memukulku.

Aku memegang rotan di tanganku erat dan tersenyum.

Sebelum memberinya 26.295 balasan yang setimpal atas semua kesalahannya, seperti yang ia ajarkan selalu. []

Tamat

AnomiWhere stories live. Discover now