3. Getaran Aneh

41 1 0
                                    

Diantara tumpukan buku-buku yang kukoleksi, ada satu tema yang paling sering dibaca oleh teman-temanku. Tema ini memang tidak pernah ada habisnya. Dari hari ke hari, pamornya tidak pernah redup. Bahkan dari berbagai media seakan tak ada capainya menyuguhkan tema yang satu ini. Mulai dari film sampai lagupun tak luput dari tema ini. Apalagi kalau bukan cinta. Sebut saja film romance-nya Indonesia: Ada Apa Dengan Cinta?, Heart, Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih dan lainnya. Belum lagi film dari luar, seperti Hollywood, ada Titanic, Dear John, Ps. I Love You dan semacamnya. Kalau masih kurang, ada industri film Bollywood yang sepertinya lebih intens di tema yang mengulek hati ini. Masih ingat dengan film Kuch-Kuch Ho Ta Hai? Atau Kabhi Khusi Kabhi Gham? Semuanya tentang cinta!

Lagu-lagupun kebanyakan tentang cinta. Tak ada salahnya, memang. Bagiku, tema tentang cinta selalu menarik minat bacaku. Kisah cinta yang happy ending ataupun sad ending, semua kusuka. Bahkan cerpen-cerpen tulisanku mayoritas tentang cinta. Banyak teman-teman yang menyangka bahwa aku sedang jatuh cinta kalau sudah menulis cerpen. Padahal aku sama sekali tidak tahu, bagaimana rasanya jatuh cinta. Semua kisah cinta yang aku tulis aku dapat dari membaca. Tidak pernah merasakannya sendiri.

Telingaku sampai lelah mendengar cerita Zen, Irfan, Raka atau Latif bila sudah menceritakan rasa cintanya pada seorang gadis. Mereka merasa ingin selalu melihatnyalah, selalu terbayanglah, merasa dibisiki sesuatu oleh si gadislah, atau yang paling membuatku bertanya-tanya, mereka merasa ada getaran-getaran aneh kala mereka jatuh cinta. Getaran macam apa itu? Akupun tak tahu. Sampai akhirnya, getaran itu mendatangiku.

Tubuh ini bergetar hebat jika bertemu dengan seseorang. Entah kenapa bisa begitu. Aku tak sanggup walau hanya memandang matanya. Tak pernah aku merasa seperti ini sebelumnya, terutama pada seorang gadis. Tapi kali ini, aku begitu malu bertemu dengannya. Apakah aku jatuh cinta?

Berkali-kali aku mencoba untuk menyangkal bahwa aku jatuh cinta. Tapi semakin aku menyangkal, semakin wajahnya sering muncul dalam benakku. Cara dia bicara, tersenyum, memanggil namaku dan semuanya terus memenuhi pikiranku. Aku benar-benar gila. Padahal aku belum lama ini mengenalnya. Sahabat tahu kan, siapa gadis yang kubicarakan? Ya. Ummu Alfivatur Rizqiyah alias Alfi.

Beberapa kali bertemu, ngobrol dan bercanda membuatku ingin selalu bersamanya. Aku senang dengan sopan-santunnya. Aku kagum dengan kecerdasannya. Aku takjub dengan halus bahasanya. Dan, yang tak bisa kusangkal, aku takluk dengan kecantikan wajahnya. Oh, inikah yang disebut cinta?

***

"Ayo, Kak Mofan lagi ngelamunin apa?" Tanya Risa membuyarkan lamunanku.

"Bisa nggak, Ris, nggak mengagetkan Kakak seperti itu!?" Kataku sebal.

"Yee, marah. Kenapa sih, Kak? Lagi mikirin apa? Cewek, ya?"

"Sembarangan. Mana mungkin Kakakmu ini mikirin cewek?"

"Sudahlah, Kak. Kak Mofan tidak perlu bohong. Risa Aprilia Wulandari yang paling tahu sedunia ini mau Kakak bohongin? Sorry saja, Kak! Nggak mempan!" Katanya nyerocos. "Lagi memikirkan Mbak Rifa, ya?" Lanjutnya.

Aku terlonjak. Kenapa dia bisa berpikir aku sedang memikirkan Rifa, teman sekelasku itu?

"Aku tahu kalau Mbak Rifa itu suka sama Kakak."

"Sok tahu kamu!"

"Eh, jangan salah, Kak. Cara memandang Mbak Rifa saja beda ke Kakak."

"Sudah, jangan sok tahu!"

"Jadi benar kan, Kakak sedang memikirkan Mbak Rifa?"

"No!"

Tiba-tiba Alfi meintas didepan aku dan Risa. Aku gugup. Mulutku terkunci. Hanya sekedar untuk membalas salamnya saja aku kikuk. Untung aku masih bisa menguasai diri. Begitu Alfi melewati kami berdua, Risa langsung memvonisku.

Mimpi & CintaWhere stories live. Discover now