twenty one

3K 346 65
                                    

(perhatikan baik baik ya, ada kode keras banget)

Author pov

Bangunan menjulang tinggi dengan berbagai hiasan lampu lampu warna warni. Jalan raya yang dipenuhi dengan kendaraan yang berlalu lalang. Langit malam yang diselimuti dengan dengan bintang bintang yang bergemelap serta bulan yang memantulkan cahayanya. Pemadangan yang begitu cantik nan indah.

Semua tak luput dari kedua mata Park Jimin. Pria yang berdiri di atas atap rumah sakit dengan ditemani pelukan dari gadis tercintanya, Kang Seulgi.

Memeluk kekasihnya dari belakang adalah hal yang ternyaman bagi Jimin. Mendaratkan dagu di bahu Kang Seulgi dengan memejamkan kedua mata erat. Menghirup dalam dalam aroma wangi gadisnya yang selalu menjadi favoritnya.

"Appa tiga hari yang lalu menjengukku, kau taukan?"

"Tau! Kau bersikap sopankan kepada ayahmu?"

"Hmm, seperti yang kekasihku bilang, balas kejahatan dengan kebaikan"

Kang Seulgi tersenyum bangga mendengar penuturan kekasihnya. Park Jimin makin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Seulgi.

Benar. Tuan Park tiga hari yang lalu datang bersama ibu Jimin menjenguk dua anaknya di rumah sakit yang sama. Jaebum dan Jimin.

Jimin tak bersikap berontak lagi pada sang ayah. Jangankan untuk berontak, untuk bangkit dari tidurnya saja Jimin tak mampu, harus dibantu oleh orang lain.

Laki laki itu merasa begitu benci ketika ayahnya menatap iba keadaannya yang begitu naas. Kenapa baru sekarang ayahnya bersikap baik padanya? Di saat tubuhnya rapuh tak berdaya, baru ayahnya memperlakukannnya dengan baik.

Tapi Jimin tak bisa memungkiri bahwa dirinya juga bahagia mendapat perlakuan baik dari kedua orang tuanya. Baru kali ini Jimin merasakan bagaimana diperhatikan dengan kasih sayang yang penuh dari kedua orang tua.

Baru kali ini juga Jimin merasa berterima kasih pada seseorang yang sering dia umpati. Ternyata benar apa yang dibilang kekasihnya. Oh Tuhan! Mungkin memang benar Kang Seulgi dikirimkan kepada Park Jimin untuk menjadi bidadari yang membuka pintu hatinya.

"Kau benar sayang, jika keburukan dibalas dengan kebaikan, kita akan mendapat sesuatu yang tak terduga dari kebaikan kita"

Park Jimin berujar lirih tepat di telinga sang kekasih membuat gadis itu sedikit merasakan geli.

Seulgi bisa merasakan kepala Jimin yang menggeleng pelan di ceruk lehernya. Membuatnya mengerutkan keningnya heran.

"Pusing Jim?"

"Ani!"

Lagi! Jimin terus menyangkal pertanyaan Seulgi yang dari tadi bertanya apa kepalanya pusing.

Jimin memejamkan kedua matanya erat sambil menggigit bibir kuat kuat. Mencoba menahan perih di sekujur tubuhnya. Belum lagi pusing yang terus terusan ia rasakan selama seminggu terakhir.

Kepalanya terasa berputar putar. Pandangannya semakin lama semakin mengabur. Park Jimin tak sadar bahwa tubuhnya yang gagah kini menjadi tubuh yang begitu kurus, ringkih dan lemah. Rahang tegasnya begitu tirus. Kedua mata dan bibir yang nampak pucat pasi.

Jika Jimin tak berpegang pada bahu Seulgi, bisa saja pria Park itu jatuh tersungkur karena tak mampu menahan bebannya. Sudah dua minggu lebih dia dirawat di rumah sakit dengan berbagai penanganan dari dokter. Semakin bertambahnya hari kekuatannya makin melemah. Jimin hanya mampu berharap bahwa dia masih diberi kesempatan menikmati waktunya dengan Kang Seulgi.

THE DESTINY (seulmin)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu