21:30

79 15 7
                                    

Warning!

Sebelum membaca chapter [21:30] kali ini, perlu diperhatikan bahwa chapter kali ini tidak ada unsur chatroomnya. Saia ingin memasukkan scene istirahat makan siang di ruang UKS milik Rin dan Kou.

Sekian, Terima kasih!

=00=

Rin cekatan mengambil obat merah, alkohol, kapas, dan barang penyembuh lainnya dari P3K di dinding UKS. Pengalaman ikut PMR sewaktu SMP lumayan membantu jika ada orang yang terluka dan butuh pertolongan.

Samar terlihat dua pemuda dengan luka lebam di pipi datang--satunya tersenyum sumringah, satunya hanya melambaikan salam.

"Rin-tan--"

"DUDUK, KOU."

"Eh, iya.."

Rin dengan cepat memeriksa luka lebam di pipi kiri Koutarou. Sip, hanya lebam, tanpa luka berdarah ataupun sobek. Rin pertama-tama membersihkan luka itu, kemudian mengolesinya dengan gel heparin untuk meredakan dan mencegah penggumpalan darah yang menyebabkan memar.

"Sudah, sana... Konoha-kun, sini..." Rin menyuruh Akinori duduk di hadapannya.

Sama seperti Koutarou--atau lebih ringan--luka Akinori hanya lebam kecil di sudut bibir. Sambil mengobati Akinori, Rin menggumam kesal.

"Duh, kalian ini kenapa sih berantem?? Kalian teman loh, masa berantem?"

"Salahkan burung hantu emo ini yang suka sekali bikin kesal--aduh!"

Akinori berjengit karena Rin tidak sengaja menekan lukanya.

"YANG MULAI MUKUL KAN ELU KON!"

"UDAH AH! BERISIK!"

Rin menatap tajam keduanya saat membereskan peralatan. Pintu laci P3K menjeblak sebagai ganti korban. Koutarou dan Akinori menelan ludah bersamaan. Apaan nih? Aura ibu tiri?

"Udah ya, makasih Asagi udah ngobatin... Gue balik duluan!"

Akinori, sebagai orang pertama yang bernapas normal setelah kejadian terjeblaknya P3K segera memilih melipir pergi.

Rin masih menatap Koutarou dengan sebal. Sebagian ekspresinya menunjukkan bahwa ia minta penjelasan.

"Yah, begini... Aduh gimana bilangnya ya?" Koutarou menggaruk tengkuknya, "Kamu masih ingat chat semalam?"

Butuh lima detik hingga wajah Rin semerah tomat ceri--ah, Koutarou menikmati setiap perubahan memerah itu.

"Sejujurnya... Aku malu sekali mengetiknya, aku nggak sadar telah mengetik hal yang bahkan membuat wajahku merah padam--itu Konoha yang bilang, sih."

Koutarou ganti menggaruk pipi kanannya, "Yah, dia kesal karena aku malu-malu begitu. Nggak laki, katanya... Dan dia malah mengajakku berantem.." Koutarou terkekeh salah tingkah.

Rin mendengus geli. Ternyata hal itu, toh? Sepele sekali.

"Aduh, Kou..." Rin tertawa geli. "Lucu sekali... Sepertinya aku tau kenapa aku bisa suka padamu..." Lanjutnya segera sambil tawanya berganti malu-malu.

Oh, Gusti... Spesies apakah makhluk unyuk minta dipeluk ini? Koutarou menjerit dalam hati. Hebatnya lagi, tawa malu-malu itu secara imajinatif berubah jadi panah Cupid sialan yang langsung menembus hatinya.

"Tapi, Rin... Soal chat itu, aku nggak bercanda..."

Rin rasanya ingin tenggelam dalam laut mati saja daripada harus lihat dan dengar Koutarou versi serius mode. Keren parah.

"K-Kou? T-tapi kamu bilang kamu belum menyukaiku, jadi..." Rin menatap keramik di bawahnya, "Jadi.. Kalau kamu lakukan akan terasa paksaan..."

"Enggak, kok. Kalau aku bisa, aku sudah memeluk dan menciummu daritadi."

Duh, benaran deh Rin mau tenggelam saja! Di kolam pak Kepsek juga nggak apa!

"Bukan paksaan, Rin... Tapi aku tahu, kalau aku lakukan sekarang, kamunya yang pasti belum siap? Ya, kan?"

Rin makin merasakan wajahnya mengalahkan suhu ekstrem di India sewaktu musim panas.

Mungkin, sehabis ini pulang dan melakukan ice bucket challenge yang sudah ketinggalan viral itu boleh kali ya?

Sebagai gantinya, Koutarou menepuk puncak kepala Rin dan beringsut mengajaknya pergi.

"Besok, akhir pekan... Kutunggu di stasiun.." Koutarou tersenyum, "Tenang, bukan ke gym bareng Kuroo lagi kok!" Tambahnya.

"Dah, yuk, balik ke kelas..."

"Um..."

Gila, mak... Untung ku nggak mati jantungan tadi...

=00=

See u next time!

21:21 || Bokuto Koutarou X OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang