11. Modus Receh

10.4K 1.6K 61
                                    


***

Oza melihat kembali penampilannya di cermin yang menempel pada lemari pakaian yang ada di kamarnya. Setelah memastikan semuanya rapi, Oza langsung menyambar ranselnya dan keluar dari kamar.
Di liriknya sang Ibu yang berbaring miring di atas sopa, menatap televisi yang tengah menayangkan iklan komersial. Tatapan Rosita kosong. Membuat Oza menghembuskan napasnya pelan.

Bau asap rokok yang menempel di setiap sudut ruangan ini semakin membuat Oza tak semangat untuk berangkat kerja. Rasanya ia ingin tinggal sehari bersama ibunya dan membereskan kekacauan yang selalu ibunya itu perbuat. Abu bekas pembakaran rokok dalam asbak semula masih di dalam tempatnya, sekarang sudah tercecer di lantai beralaskan karpet maroon tersebut.

Selalu seperti ini. Setiap Oza sibuk membenahi ibunya, ibunya sibuk pula mengacaukan apa yang sudah ia perbaiki. Waktu Oza bukan untuk ibunya saja 'kan? Nafkah untuk mereka berdua harus Oza sendiri yang memenuhi. Oza hanya ingin di mengerti.

"Bu, kenapa di tumpahin asbaknya?" suara Oza masih terdengar lembut untuk di dengar.

"Ga sengaja ketendang"

Oza menghela napasnya kasar, ia kembali ke dapur dan mulai mengambil sapu beserta serok sampah.

Oza kembali membersihkan tumpahan abu rokok yang ada di atas karpet. Ia menggulung karpetnya dan membawanya keluar untuk di jemur di bawah sinar matahari. Namun ketika kembali masuk ke dalam rumah, alangkah terkejutnya Oza melihat genangan air yang berasal dari atas meja yang ada di depan ibunya berbaring juga tumpah.

"Bu, ini kenapa lagi?"

"Ibu tadi mau minum, tapi ga sampe tangannya"

"Ya Allah, Bu. Oza bisa telat kalo ibu kayak gini terus"

Dengan tergesa Oza mengambil alat pel dan mengelap lantai yang tadi tertumpah air. Ia sudah lelah seharian kemarin bekerja, dan ibunya setiap hari pula membuat kekacauan.

"Oza mau pergi, udah telat. Assalamualaikum" Oza meraih tangan ibunya yang menggantung bebas lantas menciumnya.

***

"Za!" Seruan perempuan paruh baya di depan sana membuat Oza mengerutkan dahi. Namun saat tahu siapa yang memanggilnya membuat Oza buru-buru mendekatinya.

"Iya Bu Eva, ada apa?"

"Saya mau minta utang ibu kamu segera di lunasi."

"Oza belum ada kalau sekarang, Bu. Oza gajian tiga hari lagi, nanti pasti Oza bayar kok" Oza meremas kedua tali ranselnya menatap Eva yang menunjukkan raut tak suka secara terang-terangan.

"Kemarin juga dia buat kacau toko saya. Ibu kamu ngacak-ngacak toko saya karena ga saya kasih rokok"

Oza membelalakkan mata mendengar ucapan Eva, kali ini ibunya berulah terlalu jauh.

"Saya juga mau minta ganti rugi ya" Eva berucap kembali, membuyarkan lamunan Oza akan tagihan yang akan menumpuk.

"Iya Bu, nanti Oza bayar"

"Oza pamit ya Bu Eva, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Oza hanya bisa tersenyum tak enak mendengar jawaban bernada ketus tersebut, ia melenggang pergi dan kembali berjalan menuju persimpangan jalan mencari angkutan kota.

Oza menghembuskan napasnya pelan, ia menyandarkan punggungnya pada tiang lampu jalan seraya menunggu angkutan kota. Tak ada lagi semangat, bayangan high heels impiannya kembali tak bisa terwujud untuk di beli bulan ini. Oza ingin sekali ada orang yang mau mendengarkan keluhannya, ia ingin menangis menceritakan bebannya agar terasa lega.

GAZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang