157

306 11 0
                                    

Aku tak pernah tahu bahwa sejak lama kamu tidak lagi tinggal di rumah itu. Entah karena kamu yang enggan mengaku atau aku yang enggan tahu lebih dulu. Toh untuk apa, kita tak se-akrab itu.

Belum lama kamu datang dengan pesan singkat yang menurutku cukup istimewa. Membuatku merona setiap kali membaca. Atau hanya aku yang berlebihan dalam mencerna kata.

Kamu terus menghujani aku pelangi diksi, yang mungkin hanya fiksi. Yang dibaca sekali dapat memerahkan pipi. Tapi aku enggan menanggapi, takut akhirnya patah hati.

Terpesona, pada akhirnya aku jatuh terpana. Aku jatuh-sejatuh-jatuhnya pada setiap untaian kalimat yang kamu kirim pada pagi hingga malam. Tapi aku masih sangsi, ini cinta atau bualan semata.

Hingga, kamu berubah, merubah haluan, memutar balik semua yang ada. Aku hancur luluh lantah setelah rumahku kamu tinggalkan tiba-tiba. Mengunciku didalamnya, aku tak mampu membuka, sebab kuncinya telah kamu genggam dengan lamat.

Ini aku, yang hampir menjadi rumah barumu. Sebelum kamu kembali karena sudah tahu bagaimana nyamannya bertempat di rumah lama.

Ini aku, masih terkunci di rumah baru kita --yang akhirnya hanya aku saja di dalamnya. Setelah kamu ambil kunci satu-satunya.

Ini aku, masih terjerat ribuan kalimat bualan yang kini ingin kusebut sialan. Meski sejujurnya, semua kalimatmu masih terngiang. Bahkan sudah aku talar sebagai hafalan.       

Ini aku, masih bertahan dengan hati terikat pada setiap janji manis yang kamu katakan. Masih mencoba meyakinkan bahwa kamu tak pernah untuk sekedar ingkar.

Tolong kembalikan kunci rumahku, aku sudah muak pada diri yang tak kunjung beranjak.

Dari Hati [Quotes]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora