4

4 1 0
                                    


Dewi mulai beradaptasi dengan kampus barunya apalgi kemana-kemana Wina selalu menemani. Wanita cantik elegan nyaris sempurna wajahnya indo menambah keanggunan dirinya yang sangat feminin. Bersama Wina juga Dewi belajar membenahi fashionnya yang selama ini kaku cuma kemeja dan jeans

"Sebetulnya aku ingin berhijab Win" Ucap Dewi mengikuti langkah Wina yang lagi asyik memilih-milih dress buat Dewi. Dimatanya, Wina seperti kakaknya sendiri. Usianya dua tahun diatas Dewi tapi Wina baru kuliah di semester 1 karena sebuah alasan yang tak pernah ia bagi. 'Ah itu urusan dia' cuma itu kata-kata yang ada dalam diri Dewi.

"Trus kenapa gak berhijab?" Tanya Wina memperhatikan Dewi yang semaikn hari semakin bingung. Karena Wina tahu Dewi belum bertemu dengan seseorang yang dia cari.
Fb, twiter, intagram, semua medsos atas nama Adam Malik Prasetyo itu ga pernah ada. Kalaupun ada, Dewi ga yakin. Dia sama sekali gak tahu wajah Adam sekarang. Gak mungkin Adam kecil dulu sama dengan Adam yang sekarang.

"Ni cocok buat kamu yang tidak terlalu girly" Wina memberikan beberapa pilihan kemeja motif kekinian plus jogger-joger dari berbagai bahan lengkap pula dengan bootsnya.

"Banyak amat Win? Saya ga bawa duit banyak"
"Hihi tenang saja Wi, ini butik saya. Anggap aja ini hadiah dari sebuah pertemanan" Wina memandang wajah Dewi yang sbenarnya sangat cantik. Matanya agak sipit rambutnya selalu di ikat belakang, kulitnya kuning langsat. Wajahnya Bandung banget pokoknya.

"Lho? Tapi Win nanti kamu rugi" Dewi tak mau menerimanya.

"Enggak. Itung-itung kamu jadi model butik saya di kampus. Jadi bantuin saya promosi dan kamu juga harus siap bantuin saya ya kalo ada acara-acara bazar? Soalnya saya gak punya teman di kampus. Yaah bisa dibilang nyari teman yang sehati itu susah sekarang. Tapi pas ketemu kamu kayaknya kita bakal sehati" Wina menatap Dewi segudang penyesalan berkecamuk di kepala dan hatinya.

"Thanks, ya Win. Dan saya siap bantu kamu" Dewi pun menuruti kemauan Wina termasuk merubah penampilan rambut dan riasan wajahnya.

**

Pagi itu sebelum ke kampus Adam menyempatkan diri berziarah. Diletakannya taburan bunga-bunga sebari masih saja Adam tidak bisa menahan sesak di dadanya. Seakan masih tak bisa menerima takdir Ilahi. Tapi mau dikata semua udah jalanNya.
Tak ada kata kata apapun yang keluar dari mulut Adam. Dia hanya memutar-mutar cincin giok yang kini melingkar di jari manis tangan kanannya. Sedikit mendesah kemudian beranjak pergi.


Sesampainya di kampus Adam lupa ambil uang. Bergegas dia ke gerai atm. Disana dia menunggu antrian seseorang yang sangat lama berdiri mematung sebari celingak celinguk. Adam nampak heran 'Tuh cewek ngapain lama bgt di atm?' Adam mencoba mengetuk-ketuk pintu gerai atm.

Cewek itu menoleh kemudian membuka pintu gerai.

"Bsa bantu saya mas?"

Yelah ternyata cewek yang manggil gw mas tukang baso ini mah! Adam nampak kesal kata-kata mas keluar lagi dari mulut tuh perempuan.
"Lama amat di atm! Bentar lagi masuk kelas nih!" Adam masuk ke dalam.
"Maaf mas... Bisa bantu saya ga? Saya bingung mau bayar belanja online" Dewi cengar cengir berharap cowok yang belum dia kenal itu membantunya.

"Hmm orang kampung ya? Ga ngerti belanja online" Dengan sewot Adam melirik Dewi yang kini penampilannya jauh berbeda..ga sama ketika dia bertemu di koridor kampus tempo lalu..yang pasti lebih kekinian.

"Maaf lng..saya ga punya waktu ngajarin belanja begituan.." Adam menerobos mengambil alih atm nya.

Dewi tertunduk lesu..dia bingung msti gmn..kalo ada Wina semua pasti beres..tapi hari ini dia abisaen masuk kuliah..karena ada seminar sosialisasi bahaya narkoba..

Finally, I Found You Adam (revisi)Where stories live. Discover now