Bagian 1

7.7K 341 4
                                    

° A.n.K °

.

.

.

.

Hari kelima di suasana musim panas. Neji Hyuga, sulung keluarga Hyuga yang berumur 28 tahun itu duduk tenang di halaman belakang rumah mewahnya.

Ini sudah menjadi kebiasaan nya. Sejak masih kecil, Neji memang senang bermain dan bersantai di tempat ini. Entah mengapa, bagi Neji tempat ini adalah tempat ternyaman diantara semua seluk beluk rumah mewah Hyuga.

Bayangan semu ditengah terik mentari terus Neji soroti. Anak kecil dan seorang wanita baya tersenyum kearahnya dengan saling mengejar tanpa henti. Sesekali tawa menyingsing, lalu menghilang kala keduanya menembus pilar rumah.

Neji tersenyum tipis. Itulah yang akan ia lihat kala menenangkan diri di sini. Dulu, ia tak terbiasa. Selalu saja air mata bisa menetes dengan sendirinya jika bayangan itu berkelabatan di mata. Namun, sekarang Neji bisa menerima. Walau perlu waktu lama untuk bisa terbiasa.

Neji berhenti menerawang kenangan ketika suara gemerisik rerumputan terdengar dari kejauhan.
Ia menoleh kekiri, sorang pria bersurai hitam klimis terlihat melangkah mendekatinya yang bergeming. Dengan tangan kanan yang setia membawa kain putih, Pria itu membungkuk sedikit lalu berucap sopan, "Tuan Neji, guru privat nona Hinata yang dibutuhkan sudah datang. Sekarang beliau menunggu di ruang tamu."

Neji mengangguk. Setelah beringsut bangun, ia segera melangkah melewati pria berkemeja cokelat itu.

Neji berjalan tenang, melintasi pilar-pilar rumah yang menghiasi seluk beluk kediaman.
Pelayan pria tadi terus mengekor dibelakang Neji. Menjaga jarak namun tetap dalam langkah tegapnya.

Lima menit menyusuri ruang, akhirnya kaki Neji berhenti dipilar pertama ruang tamu. Disana, seorang wanita muda duduk di sofa dengan senyum yang merekah sempurna.

"Bawakan jus segar dan camilan. Panggilkan juga Hinata kemari," perintah Neji. Pelayan itu mengangguk patuh dibalik punggung Neji. Dengan cepat ia melesat pergi, meninggalkan Tuannya yang masih berdiri di sisi pilar.

Menarik napas. Setelah mengerjap beberapa kali, Neji akhirnya melangkahkan kaki untuk mendekati wanita itu yang sejak tadi terus menatap seisi ruang tamu takjub.

"Selamat siang. Apa anda menunggu terlalu lama?" Neji menyapa basa-basi sembari mendudukkan dirinya di hadapan wanita itu.

Wanita muda di hadapan Neji membalas dengan senyum ramah, lalu menggeleng sopan. "Tidak Tuan, saya baru datang," balas wanita itu sambil mengambil beberapa lembar kertas dari dalam tasnya.

Neji mengangguk, ia menerima uluran kertas yang di sodorkan lalu membaca barisan kata yang tercetak rapi di atas kertas.

Bak tertanam pegas di lehernya, Neji kembali mengangguk-angguk pertanda paham. "Nama Anda Tenten. Umur 25 tahun. Mahir berbahasa mandarin, prancis, Inggris, Jerman dan Turki. Memiliki keahlian juga dalam bela diri. Pernah menjuarai tournament antar kota dan mendapat urutan pertama sebagai juara bela diri tingkat campuran dan urutan pertama juga untuk juara umum." Neji mengulang apa yang ia baca dan di balas anggukan dari Tenten.

Sebersit tanya mampir dikepala Neji, 'memang apa hubungannya kursus bahasa dan bela diri?'

"Maaf menunggu lama...."

Gadis bersurai Indigo datang sambil membungkuk kecil. Ia mendudukkan dirinya di sebelah Neji lalu membalas senyum pada Tenten yang terlebih dahulu mengumbar senyum.

°Anata No Kyoka° (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang