[Dua]

4.7K 392 87
                                    

You are mine

“Setan!”

Jungkook langsung mengumpat pasti, begitu deringan telfon menggangu tidur lelapnya. Baru saja gerbang mimpi mengantarnya pada salah satu keinginan terbesar, memeluk Kim Seokjin dengan kuat, erat tanpa perlu melepas.

No cursing, Jungkook. It's bad," sebuah suara berkata dari samping kanan Jungkook. Reaksinya tentu saja menoleh. Pemandangan di sana—membuat ia jauh lebih dan lebih ingin mengumpat.

Kim Seokjin, oke, kita ulangi, Kim Seokjin hanya berjarak beberapa senti, kepalanya bertopang pada salah satu tangan Jungkook, sementara posisi badan terletak di antara dada bidang—oh, my, yang harus dikhawatirkan saat ini adalah kewarasan Jungkook. Melihat Seokjin yang menatap dengan mata berusaha dibuka selebar-lebarnya lengkap berserta kerucutan bibir ke bawah sedikit. Jangan lupakan, rambutnya yang sedikit berantakan. He's so unbelievable.

Seokjin marah kalau Jungkook mengumpat.”

Jungkook masih menatap dengan intens lawan bicara. Lihat itu alisnya, pipinya, hidungnya, bibirnya. Kalau boleh, ia akan mengecup seluruh bagian wajah dengan penuh kasih. “Kenapa Seokjin ada di sini?”

Seokjin mengerutkan dahinya begitu mendengar pertanyaan tadi. “Jungkook yang suruh.”

“Aku?” Telunjuk langsung mengarah pada dirinya sendiri. Tunggu, kemarin

“Kita sudah menikah, Jungkook sa ... yang,"

Jungkook menerawang selama beberapa detik. “Ulang yang tadi.”

“Kita sudah menikah?” Seokjin memiringkan kepalanya sekejap, mengangkat satu alisnya perlahan. Kemudian menatap Jungkook dengan raut mengkerut.

“Yang terakhir,”

“Sayang?”

Tanpa perlu menunggu, Jungkook memekik, berteriak senang dan membantingkan dirinya sendiri ke arah Seokjin. Sungguh, ini adalah sebuah ketidaksengajaan, ketika Jungkook pada akhirnya, mengukung Seokjin dengan tangan ditopang di sebelah kanan dan kiri.

Dan, saat itu pula hening mengusai, mengambil alih seperti raja, berkuasa tanpa mau diganggu suara. Cuma deru napas yang beradu. Jungkook tentu menatap Seokjin dalam, pandangannya menelusuri tiap-tiap garis wajah. Katakan saja, ini prosesi Jungkook jatuh cinta ke sekian kalinya.

Lain lagi dengan Seokjin, Jungkook tidak bisa membaca arti tatapan Seokjin. Seperti keduanya belum dalam satu frekuensi yang sama. Terpisah entah oleh apa namanya.

“Ingin sarapan?” Seokjin bertanya dengan nada biasa saja. Padahal, posisi mereka sekarang jauh dari kata wajar.

Mau.” Persis saat kata itu terucap mata Jungkook melirik ke arah bibir Seokjin. OH, TUHAN! Hentikan kegilaan hormon ini.

Seokjin berdeham sebentar. Memberikan kode untuk Jungkook menyingkir dari raga. “Jungkook-ah,”

“Iya, iya, aku mengerti.” Meski berat, kaki Jungkook tetap beranjak dari kasur.

“Kalau Jungkook mau memeluk Seokjin dari atas lagi, sehabis makan boleh kok. Seokjin mau.” Seokjin mengatakan itu, kemudian berlari pelan menuju dapur. Dan, Jungkook melihat warna lain. Merah muda di sela-sela telinga. Jantungnya menghangat seketika.

Please, Listen To MeWhere stories live. Discover now