Diam Yang Sudah Di Ujung Tanduk

1.4K 27 0
                                    

Aku tulis puisi ini,
untuk pangeran sang penenang hati.
Ku tuliskan sebuah isi, bagaimana bisuku hari ini.

Cerita monoton di atas panggung sandiwara dunia,
yang membuatku mual tiap harinya.
Ku terima bulan ini dengan pasrah,
tapi malah dibalas resah.

Duduk bersama kopi yang biasaku ajak berbincang.
Dengan segenap harap ia bisa menemani kebisingan.
Bisa menyatu dengan diam yang sudah meniang.
Dengan hati yang selalu semu dengan keadaan petang.

Syukur saja pangeran hadir jua disini.
Menemani sepi yang tiada makna, menjadi lebih berarti saat hadir sang pangeran di hati

Syahla 6 September

Mantra TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang