PROLOG

42 11 8
                                    


Baku hantam antara sekelompok remaja yang sekolahnya terkenal dengan persaingan dan permusuhan itu kerap kali terjadi. Seperti saat ini, sebagian siswa SMA Ramayana dan SMK Rahwana tengah beradu ketangkasan di atas rel kereta api. Salah seorang ketua gerombolan itu mengamati pergerakan kawannya sambil menghisap sebatang rokok bodoh, jika sudah ada korban berjatuhan, barulah turun tangan.

Berbeda dengan ketua SMA Ramayana yang terjun melawan segerombolan Rahwana. Ketika kawan-kawannya sudah lengah, cowok itu membuang puntung rokoknya sambil menggumamkan kata-kata aneh. Pipepapipop!

"Buset, itu cewek apa kuda? Tenaganya gede bener. Makanannya beling kali." Dengan gaya sok cool nya, dia melepas kemeja putihnya dan bergegas masuk ke dalam kerumunan itu.

Cewek berambut pendek itu membuang permen karet yang ia kunyah sedari tadi, saat ketua Rahwana berdiri di hadapannya dengan mimik songong. "Anak ayam turun berkotek?" tanyanya dengan nada menyindir.

Duel antar ketua gerombolan terjadi, cewek itu mengeblock pergerakan lawannya dan menyerangnya bertubi-tubi. Beberapa orang yang tak sengaja menyaksikan keributan mereka berdoa agar kereta api segera melintas, membubarkan remaja-remaja kurang belaian. Namun, bukan kereta api yang melintas, melainkan Satpol PP yang sedang beroprasi. Siswa SMA Ramayana lari kalang kabut memasuki gang-gang kecil untuk menyelamatkan diri. Sedangkan siswa SMK Rahwana banyak yang ditangkap.
Ketua SMK Rahwana terpaksa lari sendiri meninggalkan anak buahnya yang menjadi tawanan.

"Bang, Bang. Lewat sini!" teriak seseorang yang menyuruh ketua Rahwana meloloskan diri dari kejaran Satpol PP.

"Oke, pipapepupipipapipop!" ketu Rahwana
langsung menuju ke arah yang diintruksikan orang itu. Ia tak sadar kalai dirinya memasuki sebuah mobil yang kursinya berlawanan.

"Bodoh!" maki petugas Satpol PP yang duduk di sampingnya sembari melingkarkan gelang besi di pergelangannya. Sangat bodoh, ia terjebak. Harusnya ia mengabaikan panggilan Satpol PP itu, bukannya seperti anak anjing yang berlari mengejar tulang.

                                    ***

Seorang cewek dengan gaya sok cantik, berjalan ala artis papan jebol yang saat ini kondisi jalan cukup ramai. Ia tidak peduli akan hal itu, dirinya seakan-akan berjalan di red karpet tanpa mempedulikan siulan yang berasal dari bibir pengendara lain. Tangannya yang selalu membawa bedak dan kaca kecil gambar Mimi Perri yang selalu standby membuat semua itu menjadi candu baginya.

Entah saking seriusnya bermake-up di jalan, membuatnya terjungkal akibat tali sepatu yang lupa ia ikat. Para pengendara yang melintas dan menyaksikan aksi bodohnya itu langsung tertawa sedangkan cewek itu mencebikkan bibirnya. Namun, ia masih memasang wajahnya yang sok cantik. Rok sekolah setengah paha yang ia kenakan robek sedangkan sikunya lecet karena gesekan aspal. Bibirnya juga belepotan karena saat ia jatuh dirinya tengah memakai lipstik merah menyala. Dan jika dilihat, cewek itu sekarang seperti badut gagal bermake-up bahkan masih bagusan makeup badut, rapi.

"Bitch, kampret!" geramnya membersihkan luka  yang tergores aspal. Mata bulatnya berkaca-kaca.

"Sakitnya tuh di sini. Hiks, Mama!" jeritnya membuat pengendara lain terbahak. "Bukannya dibantuin malah diketawain, mereka punya hati nggak sih? Sakit hati dedek Mas," ucapnya dengan gaya lebay binti puyer pala barbie.

Tanpa ia ketauhi, ada yang memperhatikannya dan berniat membantunya. "Eh, kok mendadak bau anyir ya?" tanyanya sembari mengendus sekelilingnya. Tak sengaja hidung kucingnya menyentuh telapak tangan seseorang.

Kampret! Masa gue dikatain bau anyir, gumam cowok itu menarik tangannya kembali. Sedangkan cewek itu mendongak dan menatapnya penuh pertanyaan.

"Ngapain lo? Mau bantuin gue?"  tanyanya dengan raut wajah merah padam.

"Masih untung gue bantuin lo, mau kagak? Dasar badut dempul se-ton!" ejeknya penuh penekanan yang membuat cewek itu menggertakkan gigi dan berdiri tegak. Sayangnya, rok sekolahnya semakin robek.

Cowok itu melepas jaketnya, "pakai jaket gue, jangan nodai mata polos gu." Cewek itu mengendus, mau tidak mau ia menerima bantuannya. Untuk pertama kali dan tidak akan terulang lagi ia merendahkan harga dirinya di depan orang yang tak dikenal. Ia paling anti diberi bantuan, kecuali dari keliarga atau sahabatnya---si brandalan.

"Ini jaket kagak lo cuci berapa tahun?" tanyanya sambil mengendus. Sedangkan yang ditanya menaikkan kacamatanya yang sedikit mlorot. Demi Miper jadian sama Manurios, ia baru bertemu seorang pelajar yang memakai dempil terigu sepuluh ton.

"Jaket gue mau lo pakek apa kagak? Kalau nggak siap-siap aja jadi ikan yang diincar kucing," kesalnya saat jaketnya hanya dipandangi saja.

Cewek itu meraih jaketnya dengan kasar. Ia melengkungkan senyumnya sambil berterimakasih, hal itu membuat si dempul terigu terperangah. "Eh?"

"Lo cocok pakai jaket gue. Karena cocok, jaket itu buat lo sebagai kenang-kenangan kita pernah berjumpa walau hanya sekejap."

Cewek itu langsung menimpuknya dengan flatshoesnya. "Buset, sok puitis lo!"

Selamat siang ridersku 😚
Inces bawa cerita kolaborasi lagi setelah Cacing Vs Belalang 😍
Ini cerita kedua kolaborasi sama jcassels666 AmboDHerma_ Flatface13 dengan genre Humor.
Silakan dinikmati sambil bawa tissue buat lap ingus karena ngakak terus 😂

Tunggu next chapternya. Jangan lupa vomment cerita ini 😚

See you 🤗

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 16, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PIPOP (Collaboration)Where stories live. Discover now