2. There's Someone Behind You

2.4K 265 132
                                    

Seokjin mengerjap, mengenyahkan jelaga yang menyergap. Hening berkelana, tapi rasanya kepalanya ramai akan decitan relap yang datang di semenjana mimpi, walaupun anehnya terbawa sampai di belenggu bahana.

Merah terlukis begitu saja di langit-langit semesta, tega sekali menelan mentari yang menerangi, dan sepertinya Seokjin lebih tega lagi karena tidur tanpa simpati.

Seokjin bangkit dari posisinya, berjalan terhuyung-huyung, segera mengambil handuk. Belum sempat menyentuh gagang pintu kamar mandi, ponselnya berdering nyaring, penanda datangnya tawaran komunikasi.

"Halo?" jawabnya serak.

"Ah, Seokjin!" Suara Jungkook muncul dari ujung sana. "Aku tidak mengerti PR matematika minggu lalu. Bisa bantu aku?"

"Boleh saja," Seokjin kembali meletakkan handuk yang tadi dibawanya di atas kursi, beranjak tidak peduli karena malas mandi.

"Kalau begitu aku ke rumahmu, ya?"

"Jangan!" Seokjin berseru panik secara tak sadar, membuat Jungkook yang tadinya diam menunggu jawaban langsung terkejut. "Ma-maksudku, rumahku berantakan sekali. Kerabatku baru saja datang dan anak-anaknya sangat mengacau."

"Begitu," Jungkook terdiam sesaat, lantas menghela napas, "Kalau begitu, bisa kau datang ke rumahku? Batas pengumpulannya itu besok dan aku baru ingat sekarang,"

***

Seokjin bersenandung, melangkah di bawah sapuan jingga pada dirgantara yang merundung. Tak elak, dia termenung dengan kurva yang melengkung. Sebab lihatlah, keseluruhan baskara itu sudah nyaris ditelan kaki langit yang hendak mengurung.

Krek!

Seokjin menghentikan langkahnya. Kendati begitu banyak orang yang berlalu-lalang, datang mengisi rungu dengan keributan, suara barusan sukses membuat perasaannya tidak nyaman. Berusaha tidak peduli, Seokjin kembali melanjutkan langkahnya.

"Halo—" Seokjin nyaris terjatuh ketika sebuah eksistensi muncul di depannya. "—Seokjin." Jungkook menyengir tanpa dosa, terbahak karena wajah Seokjin yang terlihat aneh luar biasa. Masih di dekapan cengang, Seokjin berdeham kikuk.

"Niatnya aku mau menyusul ke rumahmu karena kau lama sekali, tapi ternyata kita bertemu di sini," Jungkook tersenyum lebar.

Seokjin menghela napas, lantas dia berjalan mendahului Jungkook yang cengar-cengir, tampak tak bersalah sama sekali.

"Hei, tunggu dulu!" Jungkook berlari, berusaha menyamakan langkah dengan presensi di sampingnya.

"Jeon, tadi kau melihat sesuatu yang aneh tidak?" Seokjin membuka obrolan seraya memperhatikan sekeliling. Walau langit sudah didekap relap gemerlap, masih banyak anak-anak yang berlarian, mengejar ibunya yang sudah beranjak dengan ancaman main-main. Tak sedikit juga ada pasangan muda mudi yang sibuk menebar afeksi, mengabaikan berandalan yang berputar-putar penuh arogansi.

"Sesuatu yang aneh? Seperti apa?" Jungkook mengerutkan alis, kebingungan. Lantas dia menoleh ke kanan kemudian ke kiri, "Kau tidak sedang melihat hantu, kan?"

Seokjin menghela napas gusar, berbicara dengan Jungkook benar-benar menguras habis kesabarannya. "Lupakan. Anggap saja aku tidak pernah berbicara begitu,"

EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang