2. Hukuman

159 46 9
                                    


Bianca, gadis cantik dengan rambut panjang sepunggung itu tengah berusaha berlari secepat mungkin. Dia tak mau sampai harus di hukum berlari memutari lapangan sebanyak 7 kali lagi oleh pak Amar, guru kiler itu karena terlambat lagi.

Tepat di depan pintu kelasnya, Bianca menghentikan langkahnya. Dia berusaha memaksimalkan deru nafasnya yg memburu. Senyum lebar terpapar di wajahnya, dia berhasil lolos oleh pak Amar walau sebenarnya gadis cantik itu sudah terlambar 5 menit.

"Bianca...." suara lantang khas pak Amar berhasil menghentikan langkahnya saat hendak memasuki kelas. Dengan kepala tertunduk menatap lantai, dia berbalik ke arah suara secara perlahan.

"Iya pak" sahut bianca masih dengan kepala tertunduk.

"Terlambat lagi... Ini sudah yg ke empat kalinya, kalau sampai yg ke Lima kalinya saya laporin ke orang tua kamu" ucap pak Amar ketus.

"Maaf pak, saya gak akan ulangi lagi. Jangan laporin saya ya pak, pleasss" mohon Bianca akhirnya mengangkat kepalanya seraya menatap pak amar dengan penuh penyesalan.

"Iya, saya tidak akan beri tau orang tuamu, atau bahkan saya tidak akan menyuruh kamu buat lari keliling lapangan sebanyak tujuh kali seperti kemarin-kemarin."

"Serius pak?" Bianca tersenyum lebar.

"Iya.. Tapi" pak Amar memberi jedah sejenak, lalu "kamu harus tulis 'saya Bianca yg selalu terlambat ini gak akan ulangi lagi. Jika saya mengulangi pak amar bakalan laporin ke orang tua saya, maaf karena saya terlambat lagi' tulis itu sebanyak 3 lembar kertas dan tempel di papan informasi, kelas kamu, dan di tembok kantin. Paham?"

"Yah pak jangan gitu dong, nanti bian di ketawain sama seisi sekola. Mau taro di mana muka bian yg manis ini?" komentar Bianca.

"Jam istirahat sudah harus tertempel di tempat yg saya suru, paham?" pak Amar tak memerdulikan ucapan Bianca, dia berjalan melewati gadis itu begitu saja tanpa memerdulikannya yg sedang memohon hukumannya di cabut.

• • •

Sebelum jam istirahat tiba, Bianca meminta izin kepada guru yg sedang mengajar untuk melaksanakan tugas yg di beri pak Amar. Setelah di beri izin, dia segera keluar kelas dan menuju papan informasi sekolah. Sebelumnya dia sudah menempel tugasnya di kelasnya, semua teman kelasnya menertawai tampa memedulikan betama malunya Bianca saat itu. Teman sialan batinnya.

Hampir saja Bianca terjatuh karena menginjak tali sepatunya sendiri, sedikit lagi menyium tanah air. Namun pergelangan tangannya segera di tarik seseorang.

"Huf.. Untung aja, makasih Reynad" ucap Bianca tersenyum lebar menatap Reynad tanpa memerdulikan lembaran kertas yg di suruh pak Amar  tergeletak di tanah. Cowok tampan itu menunduk menatap lembaran kertas itu.

Bianca tersenyum lebar saat Reynad ketua osis tampan itu berjongkok. Pikirnya, ini seperti di k-drama yg di mana seorang lelaki mengikat tali sepatu si gadis dan memungut buku atau kertas yg berjatuhan di tanah. Oh, dia tak habis pikir bahwa Reynad akan seromantis ini.

Sayang seribu sayang. Yg di pikirnya ternyata salah, Reynad hanya berjongkok mengambil sampahnya yg jatuh akibat menolong Bianca. Setelah itu dia berdiri lalu berjalan melewati Bianca begitu saja.

"Sialan..." gumam Bianca.

Bianca sendiri tak tau kenapa dia selalu berharap, walau dia sudah tahu sifat reynad yg sok cool itu. Harapannya kadang membuat hatinya sakit, namun kata putus asa tak pernah ada dalam pikirannya. Begitu prinsip Bianca yg katanya manis namun sifatnya pahit.

TBC...

Cool Boy(END)√Where stories live. Discover now