bab 7- kami khitbah! tak percaya

95 14 0
                                    

Jodoh
Menikahlah dengan seseorang yang dengannya kamu merasa nyaman, merasa dicintai dan merasa semakin dekat dengan Allah.

Faris's Pof

"Saya terima nikah dan kawinnya, zahrana Aqhila Haba dengan mahar al-kahfi tunai", Faris melantunkan sebuah hal yang sangat diridhoi Allah, yang membuat umminya tertangis, yang membuat adik kembarnya memeluk Faris dengan sangat erat.

Mereka merasa kehilangan, tapi apa boleh buat, bakti Faris pada seorang ummi sudah selesai. Sekarang tinggal dia menghormati istrinya, zahra.

Zahra menatap Faris dengan senyuman hangat. Zahra mengangkat tangan Faris lalu mengecupnya.

Air mata Faris menetes, dia sangat bersyukur bisa memiliki zahra. Faris mendekatkan bibir  pada kening zahra. Ia mengecupnya balik.

"Kemarilah istriku", Faris menarik jemari zahra yang masih penuh hena dengan ukiran kembang itu.

"Iya, m-mas".

Faris terdiam, bahagia juga rasanya.

"Ana Uhibbuki Fillah, zahra", Faris membisikkan kata-kata pada telinga zahra.

Zahra diam.

"Eih. Tak ada balasan dari istriku tercinta".

"Ada, mandi dulu yaaa lengket".

"Sekarang", Faris merengek tak mau kalah.

Zahra berjalan mendekati Faris yang terduduk didepan meja pernikahannya. Dia mengalungkan tangannya pada leher Faris.

"Cup", satu kecupan manis dibibir faris dari zahra yang membuatnya seperti penghuni Jannah sekarang.

Dia membawa zahra kekamar yang berhias ala pengantin. Tapi ya memang pengantin sih.

Faris mendekatkan bibirnya pada zahra. Dan.....

"Bang! Apa sih ini pake cium segala".

Faris terjungkal tak karuan, ternyata hanya mimpi.

"Huh, ra- raihan? E-enggak. Btw ngapain disini?".

"Ya kan ini kamar kita berdua dasar bego' ".

Faris masih clingak clinguk dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Dia membalikan arah tidurnya. Enggan menatap adiknya, itu semua terjadi juga karena salahnya.

Zahra's Pof

Dia berjalan pada lorong gelap. Hanya berisi dirinya seorang. Semuanya hanya angin lalu yang dingin mencekam.

Tak hentinya ia memanjatkan tahlil pada Allah, semoga terselamatkan dari sebuah musibah.

Suatu titik didepannya. Perlahan mulai mendekat, mendekatinya, kemudian.

"Ay-ayah, bb-bun-bunda? Apa yang ka-kalian lakukan di-disini?", Zahra menyaksikan dua kepala yang nampak berbeda itu. Sekitarnya penuh lava yang mendidih. Jahim.

Assalamualaikum Pelengkap RusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang