🖤💣 6 💣🖤

976 126 24
                                    

Sehun terbangun ketika pelukan Chanyeol diperutnya bertambah erat. Ia mendorong sedikit badan Chanyeol yang lebih besar dari badannya itu, lalu duduk di tepi kasur, termenung. Kenapa ia tertidur di kamar Chanyeol, rasanya baru lima menit yang lalu ia sampai di rumah Chanyeol. Sehun melirik jam kecil diatas nakas. Jam tujuh pagi. Ini masih pagi sekali, tetapi ia tidak merasa mengantuk.

"Sehun-ah," Panggil Chanyeol ketika ia menyadarinya bahwa Sehun tidak lagi berada di dalam pelukannya.

"Sayang, kemarilah, ini masih pagi sekali." Kata Chanyeol. Suaranya terdengar kesal. Sehun membaringkan tubuhnya disamping Chanyeol, lalu ia melingkarkan tangannya ke leher Chanyeol.

"Sejak kapan aku ada disini, Hyung? Bukankah aku kemari untuk mengambil buku yang tertinggal kemarin?" Tanya Sehun.

Chanyeol menatap wajah Sehun, lalu ia mengecup hidung mancung Sehun lembut.

"Kau tidak ingat apa yang kita lakukan semalam? Ah, lebih tepatnya, apa yang kau lakukan semalam?" Tanya Chanyeol sambil tersenyum penuh arti kepada Sehun.

Sehun memejamkan matanya.

"Kau harus mati, aku ingin kau mati!"

Sehun membulatkan matanya. Chanyeol menyeringai kepadanya, lalu ia meraih mantel hitamnya, lalu memakainya.

"Pakai jaketmu. Kita akan pergi ke suatu tempat sekarang." Kata Chanyeol.

*

"Hyung, kenapa kita ada disini? Kenapa ada police line di rumah Tao?" Tanya Sehun panik. Ia memperhatikan rumah yang sepi itu.

"Hyung!" Panggil Sehun. Chanyeol menatap Sehun tajam, lalu menarik tangan Sehun untuk mengikutinya. Mereka menerobos masuk kedalam rumah sepi dan gelap itu, tanpa memedulikan papan peringatan yang berada disana.

"Kudengar Paman dan Bibi Zitao memutuskan untuk kembali ke Qingdao." Gumam Chanyeol.

Mereka kini ada di dalam kamar Tao. Ditengah-tengah kamar, Sehun melihat sketsa yang sering dilihatnya di film-film detektif.

"Kau menembaknya disini. Zitao jatuh setelah tembakan kedua disini." Kata Chanyeol sambil menunjuk sudut kamar, dan sketsa ditengah kamar itu.

"Bantu aku, Hyung! Aku mohon!" Kata Sehun sambil mengguncangkan tubuh Chanyeol. Chanyeol menatap geli Sehun yang terlihat sangat bergairah itu. Sesuatu tentang seseorang yang terlihat bergairah untuk membunuh selalu membuatnya..hard.

"Apakah benar kau ingin membunuh Huang Zitao, sayang?" Tanya Chanyeol, memastikan. Sehun menganggukkan kepalanya mantap. Kemudian ia memegang kepalanya yang pening itu.

Chanyeol meraih pistol yang tadi diletakkannya diatas meja, lalu ia menyodorkannya kepada Sehun.

"Pakailah. Hyung hanya bisa membantumu dengan meminjamkan pistol ini." Kata Chanyeol sambil tersenyum. Sehun membolak-balikkan pistol itu, lalu ia memajukan badannya, meraih wajah Chanyeol dengan tangannya, lalu menciumnya singkat.

"Ini sudah lebih dari cukup, Hyung." Kata Sehun. Ia lalu mengeluarkan secarik kertas berwarna merah muda dan sebuah pena dari dalam ranselnya.

"Biarkan kematianku ini menjadi ucapan maaf kepada mereka yang hatinya tersakiti." Kata Sehun sambil menulis. Ia tersenyum puas, lalu memasukkan barang-barang itu kedalam tasnya.

"Mari kita pergi untuk balas dendam." Kata Chanyeol sambil tersenyum menyeringai.

Sehun tidak perlu mengetuk pintu kamar Tao, kamar itu sudah terbuka lebar, memperlihatkan penghuninya yang sedang sibuk membaca.

Feathers (A Chanhun Fanfiction) (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang