- Satu -

216 28 0
                                    

Hujan

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Hujan.

Ribuan bulir air dengan bebas jatuh kemuka bumi. Tidak aneh jika hampir dua musim, hujan selalu membasahi kota yang telah dijuluki tempat paling basah di Washington yaitu Forks.

Forks hanyalah kota kecil berpenduduk 3,783 orang di tahun 2016, dengan curah hujan yang tinggi cocok bagi wanita bersurai blonde dan bermanik cokelat muda yang sejak 5 tahun lalu telah resmi melafalkan janji suci denganku. Kami hanyalah sepasang orang rantau, aku Park Jimin dari Korea Selatan, Busan sedangkan dia Katniss Mathewe dari Kanada, Toronto.

Aku dan Katniss telah tinggal disini selama 4 tahun, kami melakukan pekerjaan masing-masing, dari dia yang tengah meneliti berbagai tumbuhan di kawasan Olympic Nasional Park hingga aku si pegawai kantoran yang menggilai warna langit ketika mendung. Entahlah, kami nyaman tinggal di rumah tua bergaya federal yang tampak sederhana.

Di rumah ini setiap pagi diawali oleh suara nyaring Katniss yang berniat membangunkan ku namun pada akhirnya kami berdua akan kembali tenggelam dalam mimpi, lalu ketika jam menunjukan pukul 8 pagi kami terbirit-birit bangun dan bersiap untuk bekerja, dengan dia yang sibuk mengoles selai di atas roti sedangkan aku sibuk mencari dasi merah berpola polkadot hitam.

Lalu rumah itu akan sunyi, tak ada yang tinggal untuk menanak nasi, tak ada yang tinggal untuk menyiram bunga, tak ada yang tinggal untuk sekedar menyalakan lampu ketika malam mulai tiba. Hingga pukul 7 malam aku akan pulang lebih cepat 2 jam dari Katniss, dan aku akan mulai menyalakan lampu juga menutup tira-tirai jendela yang sebelumnya terbuka, lalu aku pergi ke dapur untuk menyeduh kopi.

Terkadang aku bersandar pada jendela besar yang sengaja kubiarkan tirainya terbuka, ku amati buliran air yang masih setia mengguyur kota sejak sore hari, sembari meminum kopi aku terlarut dalam lamunanku, terlarut dalam perasaaan yang sejak 2 tahun lalu mengganggu pikiranku, terkadang ku tepis perasaan itu tapi setelahnya aku akan menyesal.

Perasaan tentang ketidaknyamanan ku di kota ini, kota yang sampai detik ini belum bisa aku sebut 'Rumah'

"Jimin"

Suara lembut itu memanggilku, mengalihkan intensiku dari laptop yang sedari tadi memancarkan cahayanya pada wajahku, aku menoleh sejenak pada Katniss yang mulai terbangun dan menggosok matanya, samar terlihat karna kamar ini telah kumatikan lampunya.

"Kau belum tidur?"

Aku mengangguk menjawabnya sembari tersenyum, lalu mendaratkan satu kecupan di keningnya saat dia menyandarkan kepalanya ke bahuku, aku yang sedang duduk ditepi kasur sembari memangku laptop kembali berkutat pada benda hitam itu, hingga kurasakan nafas Katniss menjadi damai pertanda sang pemilik telah memasuki dunia mimpi.

Dering ponsel pertanda pesan masuk menyentak ku, dengan susah payah ku raih ponsel yang berada di atas meja, perlahan-lahan agar tidak membangunkan katniss yang masih bersandar dipundak ku.

H O M E [PJM]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora