Final

3K 333 45
                                    

Tin dan Can kini berusia 18 tahun...

Mereka masih tetap sama, masih sering bertengkar satu sama lain. Namun hubungan mereka juga semakin dekat. Tin lebih sering menginap di rumah Can. Dia berbaik hati mengajarkan semua pelajaran agar Can bisa mengikuti ujian semester dan ujian masuk perguruan tinggi.

Sebagai gantinya, Tin meminta Can untuk tetap membantunya bila ada wanita yang menyatakan perasaannya. Tin menolak semua wanita-wanita yang terbilang sepadan dengan keluarga bukan karna selera nya tinggi. Tin tidak menginginkan seseorang yang mencintai dia karna merupakan anak dari keluarga yang kaya raya. Dia lebih suka seseorang yang menerima dia apa adanya. Seseorang yang memang tidak mengincar harta keluarganya.

Seperti Can, yang mempunyai hati yang tulus.

Ya, Tin menaruh hati pada Can. Dia salut akan kesetiaan Can. Tin tidak pernah melihat Can yang memanfaatkan kekayaan Pete walaupun mereka sudah berteman lama.

Meskipun menaruh hati pada Can, Tin terlalu gengsi untuk menyatakan perasaannya. Lagi pula, Can terlalu bodoh tidak menyadari perasaan Tin.

Can masih saja bertahan dengan kepolosannya itu. Dia sangat cuek bila menyangkut soal asmara.

Atau memang belom paham masalah cinta?

*********

-Can POV-

Hari ini Pete berulang tahun. Dia mengundang semua teman-teman sekolah untuk datang ke pesta ulang tahun di rumahnya. Aku sedang menunggu Tin yang berjanji akan menjemputku. Kami akan pergi bersama ke pesta ulang tahun Pete.

Aku langsung pamit kepada kedua orang tua ku saat mendengar suara mobil Tin berhenti di depan rumahku.

"Tumben tampil beda hari ini." Tin mengomentari pakaianku.

Ya memang sih kaos dan jeans merupakan style andalanku bila pergi kemana-mana. Aku lebih suka pakaian santai.

Tapi hari ini kan berbeda, aku akan datang ke pesta ulang tahun sahabatku Pete. Aku tidak ingin berpenampilan buruk di acara itu. Jadi aku sedikit berpakaian formal dan menata rambutku.

"Tapi cakep kok." tambah Tin cepat.

"Tin kok tumben muji aku? Biasanya selalu ngejek aku." aku jadi malu dipuji gitu.

"Gak usah ke-geer-an. Lagian tumben banget Can rapih gitu. Mau tebar pesona ke teman-teman Pete yang kaya ya?"

Ish!

Tin memang tidak akan pernah memujiku dengan tulus.

Aku tak menanggapi perkataan Tin. Karna aku tidak mau merusak mood ku.

"Kok diem aja? Lagi sariawan?" Tin tersenyum jahil.

Aku hanya membalas dengan tatapan sinis. Bila saja dia tidak sedang mengemudi, pasti dari tadi dia suka terkena kepalan tanganku.

*

Sesampainya di rumah Pete, aku takjub dengan kemewahan pesta ulang tahunnya. Beberapa tamu undangan aku yakin pasti berasal dari kaum selebriti atau dari politikus relasi kedua orang tua nya.

Aku dan Tin memberi selamat kepada Pete dan mengobrol dengan beberapa teman sekolah yang kami temui. Acara nya terbilang meriah karna ada beberapa penyanyi terkenal menyumbangkan suara nya sebagai hadiah ulang tahun Pete.

Aku sangat menikmati pesta nya.

"Tin.... kau kah itu?"

Seorang wanita cantik bergaun merah yang memperlihatkan belahan dadanya menghampiri Tin dan memeluknya. Tin tampak terkejut awalnya, namun dia membalas pelukan wanita tinggi berkulit putih itu. Lalu berbincang dan sesekali tertawa bersama.

Musuh ku adalah Sahabat ku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang