[Levi x Reader]

3K 226 26
                                    

Sejak kemarin Levi selalu merasakan ada yang mengikutinya, dari saat ia pulang bekerja, sampai saat ia membeli kebutuhan. Oh, apakah si penguntit tidak mempunyai pekerjaan, sehingga menganggu kehidupan orang lain?

Kumpulan kertas berkas masih berantakan di ruang kerjanya, hanya ditata bertumpuk-tumpuk, Levi--laki-laki dengan surai hitam dan juga maniknya yang berwarna hitam. Bibirnya menyesap kopi, untuk menghilangkan kantuk.

Di bawah matanya terdapat sebuah lingkaran hitam. Laki-laki itu tertidur hanya dua atau tiga jam dan yang lain ia gunakan untuk bermanja-manja dengan dokumennya--walaupun ia tidak mau. Levi menata tumpukan kertas tadi serta mengecek apakah ada noda di meja kerjanya. Ia tidak mau jika meja kerjanya tersebut ada noda sekecil pun. Semuanya harus bersih.

Ia menghela napas, berusaha menenangkan dirinya, memang ini bukanlah masalah yang besar. Namun, tetap saja ia merasa risih dengan itu.

Pintu ruangan terbuka, iris hitam itu reflek menoleh. Pemuda dengan surai coklat itu memasuki ruangan. Seolah tidak setuju ruang kerjanya dimasuki, ia terus saja menatap tajam si surai coklat.

"Ada apa kau brat?" Tanyanya dengan nada dingin seperti biasanya. Pemuda itu merinding, keringatnya bercucuran. Ia menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat.

Alis Levi bertautan, ia menerima amplop tersebut. Mata elangnya melirik pemuda coklat yang masih berdiri di sana. "Apa maumu lagi? Kau hanya diberi tugas ini'kan? Pergilah!"

Surai coklat itu segera pergi meninggalkan Levi dan juga amplopnya, ia bersyukur karena bisa pergi dari ruangan laki-laki ceb--kurang tinggi badan yang menurut sungguh menyeramkan.

Levi membuka amplop itu terdapat sebuah kertas Levi membacanya.

YOO! SHORTY!
Apa kabarmu?
Kuharap kau tidak selalu bermanja dengan kertas kertas kantormu itu.
AHAHAHAHHAHAHAH
Kau perlu gadis shorty!

Apa, jangan jangan kau homo?
Oh shit! Cepatlah cari gadis!

-Hanji Zoe

Kertas itu diremat Levi dan dibuangnya di tong sampah, betapa baiknya temannya itu selalu mengingatkan Levi untuk mencari seorang gadis. Padahal dirinya sendiri juga masih sendiri.

Ia mendecih, tapi Hanji benar ia sudah terlalu lama bermesraan dengan kertas-kertas itu. Sesekali ia juga mau libur. Tubuhnya berdiri membereskan semua tumpukan kertas kantor. Untuk hari ini ia akan pulang lebih cepat dari biasanya.

Kaki laki-laki bersurai hitam itu melangkah menjauh gedung yang selama ini sarangnya untuk bermanja dengan dokumennya yang tersayang itu. Ia mengambil sebuah rokok yang terdapat di sakunya--menyalakannya dan menghisapnya. Levi mengambil rute yang paling cepat sehingga ia harus melewati gang-gang kecil.

"Keluarlah!" Ucapnya tegas. Ia sudah merasa kalau diikuti oleh seseorang.

"Keluarlah kau atau aku akan memanggil polisi." Tuturnya santai, sebenarnya Levi risih terus saja diikuti.

Setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Levi, seorang gadis yang lebih muda darinya itu keluar dari persembunyiannya, lehernya terdapat sebuah kamera dan juga tubuh gadis itu begitu mungil.

"Hey bocah! kenapa kau mengikutiku?" Levi menatap tajam sang gadis, surai [h/c] dan juga iris [e/c] yang dimilikinya cukup sedikit memikat Levi. Gadis itu bukannya merasa takut atau apa, malah semakin mendekat ke Levi sambil berkali-kali memotretnya.

"WAHH! LEVI-SAN BUKAN? MEMANG BENAR APA YANG DIGOSIPKAN ANDA BEGITU TAMPAN!" ujar gadis itu dengan penuh semangat.

"Hoy bocah! Berhenti memotretku!"

[Name] berusaha untuk tenang sedikit, ia menatap Levi dengan penuh kebahagiaan.

"Siapa namamu?"

"[Full Name]!"

"Kenapa kau mengikutiku?"

"Karna kau tampan Levi-san!"

Levi mendecakkan lidahnya saat mendengar jawaban yang diberikan gadis itu. Apa tidak ada jawaban yang lebih jelas?

"Kenapa kau memotretku?"

"Karna kau tampan Levi-san!"

Levi berusaha sabar.

"Apa maumu?"

"Memotretmu selama seminggu penuh!"

Jujur sekali gadis ini.

"Kenapa begitu?"

"Karna kau tampan!"

"Berhenti mengulangi kata-kata itu."

"Jadi, kau tidak merasa dirimu tampan?"

Levi tepuk jidat menghadapinya.

"Ck, untuk apa kau memotretku?"

"Untuk dijual--eh." Levi mendelik saat [Name] berkata seperti itu. Saat gadis itu baru saja ingin pergi (melarikan diri) dengan cepat Levi memegang tangannya, ia mengeluarkan aura jahatnya.

"Dijual?" Levi bertanya, ia memepetkan gadis mungil itu ke tembok, kalau ada orang di sini pasti Levi sudah dicap sebagai pedofil.

'Mampus'

"Levi-san... aku bercanda!" [Name] tersenyum paksa. Levi tahu kalau [Name] berbohong, pasti gadis itu sudah banyak merauk keuntungan dari fotonya itu.

"Kau...." Levi geram ia menarik (menyeret) [Name].

"LEVI-SAN KITA MAU KEMANA?!"

"Mempertanggungjawabkan semua dosamu!" Ujar Levi sambil membawa [Name] pergi dari sana.

●END●

---
Cie dikasih hukuman tenang saja paling an cuma suruh bersih-bersih rumah~

Love StoryWhere stories live. Discover now