Loneliness

178 16 12
                                    

"Ya, aku kangen,"
"I don't know, I confused.."

"Gini deh, aku sayang sama kamu. I love you. Aku gak mikirin, kamu gak perhatiin aku, kamu gak tahu berubah kecilnya aku. Aku gak masalah. Yang lagi aku pikirin sekarang cuma kamu. Perasaan kamu bilang apa, kamu maunya apa. Kasih tau ke aku. Aku jalanin,"

"Kamu tau betapa aku cintanya sama kamu? Betapa aku sacrifed a lot of things? But you take me for granted. And I'm done."

*

PYAARR!

Gelas yang berisi air tiba-tiba jatuh karena tersenggol tangan Isyana. Apa kalian bisa menebak mengapa demikian? Tentunya kalian pasti bisa menebaknya. Ya, lagi-lagi karena Isyana melamun, dan pikirannya tertuju pada sesuatu, sehingga ia tidak sengaja ketika tangannya bergerak, menyenggol gelas berisi air yang ada di sampingnya. Isyana pun menoleh ke sumber suara. Dan setelah tahu bahwa gelas itu jatuh, Isyana langsung membereskan pecahan gelas tersebut. Namun,

SRAAKK!

"Aw.." Isyana merintih kesakitan karena jari telunjuknya tergores salah satu serpihan gelas.

Ia pun segera membereskan pecahan gelas itu lalu membuangnya. Dan setelah itu, Isyana langsung menuju kamarnya dan segera mengambil obat merah dan plester di kotak P3K untuk mengobati lukanya. Setelah selesai mengobati lukanya, Isyana pun mengembalikan obat dan plester, lalu duduk di depan meja riasnya. Ia saat ini sedang melihat dirinya yang ada di pantulan cermin. Ia terus memandangi cermin di depannya. Lalu, tangannya pun perlahan mulai membuka laci meja riasnya. Tangannya terangkat untuk mengambil buku berwarna coklat yang memang sudah lama tak pernah disentuhnya itu. Bukunya masih sangat terawat dan bagus. Karena memang Isyana dari dulu menyimpannya di laci meja riasnya. Isyana pun perlahan membuka buku itu. Melihat tulisan-tulisan yang sudah tertulis rapi di dalamnya. Isi buku tersebut semua tentang curhatan hati Isyana dikala sendiri. Karena hanya buku itu lah tempatnya mencurahkan isi hati sekarang.

Tangannya tidak berhenti pada satu halaman saja, halaman-halaman berikutnya pun terus ia buka dan ia baca. Sampai pada akhirnya ia berhenti pada suatu halaman, di mana ia sedang mengungkapkan kebahagiaannya lewat tulisan. Pikirannya pun tak berhenti sampai di situ saja. Pikirannya kini mulai melayang lagi pada salah satu peristiwa yang sulit ia lupakan sepanjang waktu. Sebuah kencan pertama.

*

Isyana POV

Aku sedang berada di sebuah kafe yang tak jauh dari rumahku. Sekarang, aku sedang bersamanya. Ya, dia--kekasih yang kusayangi. Kami sedang duduk berhadapan, saling memandang satu sama lain. Dan entah mengapa, mata kami selalu bertemu pada satu titik, hingga aku tak kuasa menahan detak jantung yang terus berdegup ini. Aku tak tahan jika dia harus menatapku seperti itu. Rasanya, jantungku juga ingin meledak. Tatapan matanya sungguh melemahkanku. Aku pun tersipu dibuatnya. Entah lah, sekarang dia menyadarinya atau tidak. Kuharap, dia tidak menyadari akan hal itu. Namun, sepertinya sudah terlambat. Dia menatapku sambil melemparkan senyumannya padaku.

"Kenapa kamu ngeliatin aku kaya gitu?" tanyaku dengan sewot.

"Gak papa.. Emang, aku gak boleh ngeliatin kamu? Orang aku punya mata, kok. Wlee," balasnya, seraya menjulurkan lidahnya kepadaku.

"Terserah." jawabku malas.

"Syan," panggilnya.

Winter SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang