04 : 52

83 13 0
                                    

Bel pulang telah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Kindaichi yang baru saja selesai menyalin materi di papan tulis segera membereskan peralatannya. Setelahnya ia beranjak untuk keluar.

Namun belum sempat ia melaksanakan niat terakhirnya karena beberapa murid yang bergerombol di pintu.

"Ada apa?" tanya Kindaichi pada salah satu teman sekelasnya yang ada di dekatnya.

"Ada anak kelas 3 di lorong" jawabnya dengan nada sedikit ketakutan.

"Memang kenapa?" tanya Kindaichi heran.

"Kudengar dia itu kakak kelas yang menyeramkan" jawabnya sambil bergidik ngeri.

"Memang siapa sih?" tanya Kindaichi sambil mengintip dari jendela.

Disana ia melihat Shiro yang bersandar di dinding sambil matanya terfokus pada layar ponsel. Seperti merasakan adanya tatapan intens, Shiro menoleh. Manik keduanya bertemu. Shiro tersenyum tipis sambil melambai padanya. Membuat pipi Kindaichi merona samar. Tangannya pun membalas lambaian Shiro sambil berjalan keluar menghampiri.

Bisik-bisik dari teman sekelas maupun segerombolan anak kelas satu lain sekuat tenaga ia abaikan.

"Maaf lama kak. Tadi baru selesai nyalin" jelasnya setelah berdiri di depan Shiro.

"Tak masalah. Ayo pergi sekarang. Tatapan mereka membuatku kesal" ucap Shiro sambil menunjuk segerombolan anak kelas satu dengan dagunya.

Belum sempat Kindaichi membalasnya, sebuah teriakan yang memanggil nama Shiro menginterupsi kegiatan mereka. Shiro menghela napas lelah sementara Kindaichi berjengit kaget. Itu suara Oikawa.

"Heh mak lampir! Dicariin dari tadi malah kabur"

"Apa sih? Dibilang gue ada urusan juga masih ngotot"

"Emang mau kema-"

"Bukan urusan lo. Udah Kin, ayo!"

Shiro langsung menarik tangan Kindaichi dan bergegas pergi dari sana. Sampai suara teriakan Oikawa menggema di lorong tersebut.

"YEU MAK LAMPIR! JAN LUPA PJ!"

Reflek Shiro berhenti dan berbalik. Dengan secepat kilat ia melempar sebuah bola pingpong yang ada di kantongnya tepat mengenai jidat Oikawa. Setelahnya ia benar-benar pergi sambil menarik tangan Kindaichi. Menghiraukan Oikawa yang meringis kesakitan.

~~~

"Kita mau ngapain kak?"

"Ya makan lah. Masa ke cafe mau main voli"

Kindaichi menggaruk belakang kepalanya. Bingung harus berkomentar apa. Shiro mengajaknya pergi ke sebuah cafe yang agak jauh dari tempat tinggal maupun sekolah mereka hanya untuk makan. Padahal di dekat sekolahnya ada cafe juga.

"Disini ada macam-macam menu dari jagung" jelas Shiro yang seperti membaca ekspresi bingung Kindaichi.

"Eh?"

Kindaichi pun segera meraih buku menu yang tadi disodorkan pelayan dan membukanya. Benar saja. Berbagai macam makanan berbahan jagung tersedia di situ.

Setelah mereka memesan makanan, ia pun menatap Shiro dengan pandangan heran.

"Darimana senpai tau makanan kesukaanku?"

Mendengar pertanyaan Kindaichi, Shiro pun tersenyum misterius sambil menjawab "Intuisi wanita". Membuat Kindaichi menatapnya curiga.

"Aku bertanya ke Tooru"

"Untuk apa?"

"Apanya?"

"Yah... untuk apa kakak ingin tau makan kesukaanku"

"Memang salah kalau aku ingin tau banyak soal orang yang kusuka?"

"Eh?"

"Aku menyukaimu"

Kindaichi terdiam. Wajahnya memerah. Dia tidak menyangka senior yang belakangan ini menarik perhatiannya ternyata ada rasa padanya.

"Kakak curang deh"

"Hmm?"

"Harusnya kan cowok yang nembak. Ini malah kebalik"

"Memang kau juga menyukaiku?"

"...iya"

Wajah memerah Kindaichi sontak membuat Shiro tersenyum lembut. Perasaan mereka saling berbalas. Shiro pikir dia akan ditolak. Ia mengira Kindaichi lebih menyukai tipe gadis feminim yang imut. Smentara Kindaichi juga tidak menyangka kalau Shiro menyukainya. Ia pikir Shiro itu menyukai salah satu seniornya di klub voli (yang ia duga Iwaizumi)

Setelahnya mereka makan sambil saling bercerita soal bagaimana awal mula mereka bisa tertarik satu sama lain.

"Jadi... sekarang kita pacaran kak?"

"Mau ku begitu. Tapi kalau kau tidak mau aku juga tidak memaksa"

"Tentu saja aku mau!"

Jawaban penuh semangat dari Kindaichi membuat senyum jahil yang dari tadi Shiro tahan keluar. Kindaichi segera mengalihkan pandangannya saat tau bahwa Shiro baru saja menjahilinya.

"Iya iya maaf. Wajah merona mu terlalu menggemaskan untukku"

"Ugh.. kakak menyebalkan"

"Karena kita sudah pacaran, panggil namaku saja. Kesannya aku jadi seperti kakakmu kalau kau terus memanggilku kakak"

"...oke... Shiro"

"Gitu dong... Yuutaro. Ah, tapi namamu kepanjangan. Kupanggil Yuta saja ya?"

"Baiklah"

Shiro pun segera berdiri dan membayar ke kasir. Meski sempat berdebat dengan Kindaichi soal 'laki-laki yang seharusnya membayar'. Pada akhirnya Kindaichi pun mengalah. Setelahnya mereka keluar dari cafe. Tangan Kindaichi meraih tangan Shiro dan menggenggamnya. Shiro sempat terkejut namun segera balas menggenggam.

"Ayo pulang. Atau mau pergi ke suatu tempat"

"Ah.. sebenarnya aku ingin melihatmu menari secara langsung"

"Boleh saja sih. Tapi hari ini bukan jadwalku dan kakak yang memakai studio"

"Sayang sekali"

"Bagaimana kalau besok sebelum latihan sore di gym yang biasa tim voli pakai latihan?"

"Memang boleh?"

"Nanti kubungkam Tooru dan yang lainnya"

"Baiklah"

Keduanya terus bercerita sampai akhirnya mereka sampai di depan komplek apartemen Shiro. Mereka terdiam sejenak sebelum Shiro menarik kerah baju Kindaichi dan menciumnya. Hanya sebentar. Tapi efeknya membuat wajah Kindaichi memerah sampai telinga. Sementara pelakunya hanya tersenyum jahil.

"Hee~ Payah kau. Begitu saja sudah malu"

"Ha-Habis itu mendadak sekali"

Shiro tertawa mendengarnya. Sepertinya menjahili sang pacar akan menjadi hobi barunya.

Kindaichi merengut tak suka sebelum akhirnya menarik tubuh Shiro mendekat dan balas menciumnya.

Keduanya tidak sadar kalau dari jendela salah satu apartemen di lantai 3 terlihat beberapa kepala yang mengintip kegiatan mereka.

-o-



Fix. Daku ngeship mereka

Bubay




04:30 || Kindaichi Yuutaro x OCHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin