twenty two

75 18 4
                                    


Jin masih mematung di dekat bak sampah di ujung gang sendirian.

Jin sudah berdiri di sana sejak 15 menit yang lalu, dengan masih menggendong ranselnya yang sama sekali tidak berat, lengkap dengan seragam putih abu-abu yang mulai lusuh dan agak basah dengan keringat, khas pelajar yang baru pulang sekolah.

Walau sebenarnya jin merasa berdosa karena tetap sekolah di saat-saat seperti ini. Teman mana yang tetap bisa belajar saat temannya mati terbunuh.

Tak peduli bagaimana perutnya  berteriak karena belum diisi dari pagi, jin masih belum ingin beranjak.

Tampak garis polisi juga masih membatasi sekeliling TKP. Jelas, karena penyelidikan belum berakhir. Kejadiannya masih sangat baru. Bahkan noda darah hoseok masih terlihat jelas mengotori aspal.

Noda darah.

Memang.

Hoseok yang tertikam di sini tadi malam.

Padahal masih segar di kepalanya, bagaimana hoseok tersenyum kepadanya kemarin. Mana tahu jin, senyuman itu akan jadi jatah senyuman terakhir untuknya.

Jin sama sekali belum lupa hoseok minta ditraktir seblak spesial kapan-kapan. Permintaan sederhana yang belum sempat disentuh sama sekali. Jelas karena masih hangat dari mulut hoseok sendiri.

Jin sekarang seolah-olah bisa melihat bagaimana wajah ketakutan hoseok saat situasi mulai tampak berbahaya. Bagaimana hoseok yang pasti masih berusaha melawan pembunuh itu bahkan di detik-detik terakhir kematiannya.

Seketika dada jin sesak.

Tangannya mengepal semakin kuat hingga buku-buku jarinya memutih.

Siapa pun yang membuat senyuman hoseok kemarin jadi senyumannya yang terakhir, benar-benar minta dijebloskan di neraka. Kalau nanti jin papasan, bukan tidak mungkin jin nantinya menendang wajahnya sampai tidak berbentuk.

Siapa pun.

Terlepas dari semuanya, sejujurnya jin juga masih tidak mengerti.

Merujuk dari pembunuhan-pembunuhan yang terjadi sebelumnya, kenapa malah hoseok yang mati? Bukannya sekarang jadwal namjoon yang mati? Oke, bukan maksudnya jin pengen namjoon yang tertikam malam tadi, kalau bisa jin mau tidak ada yang meregang nyawa semalam.

Tapi tetap saja, jin yakin seratus persen, lembaran polaroid yang ia temukan kemarin menampilkan dinding kamarnya yang mengelupas sedikit, yang menjadi background namjoon saat itu.

Atau sekarang polanya berbeda?

Tapi kenapa.

Merasa buntu berpikir, jin menghela napas kasar. Berusaha keras untuk tenang. Terbukti dari pergelangan tangannya yang mulai rileks.

Berbicara tentang pelaku, bagi jin seharusnya itu sudah jelas. Kalau jadi jin, pasti anak SD juga akan curiga yoongi yang membunuh hoseok. Siapa lagi yang bertemu tadi malam dengan hoseok selain jin. Jelas yoongi.

Apalagi kelakuan yoongi semalam kelewat mencurigakan. Seolah-olah yoongi tidak mau bertemu dengannya. Seolah-olah takut jin memergokinya habis melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan. Aneh sekali.

Jin sudah bersiap menghajar yoongi tadi saat di sekolah, sampai kata-kata polisi yang menangani kasus hoseok lewat telepon semakin membuyarkan isi kepalanya.

Polisi bilang, pelaku kemungkinan memiliki tinggi lebih dari 175 cm dan larinya cepat. Entahlah. Ternyata ada saksi mata yang walaupun tidak membantu banyak, pernyataannya bisa menjadi bahan pertimbangan.

Ada seorang warga yang melihat seorang mencurigakan berlari di sekitar tempat kejadian, walau belum bisa dibilang satu lokasi dengan tempat kejadian. Cukup aneh melihat seseorang berlarian dengan cepat malam-malam begitu. Siapa pun yang melihat pasti akan curiga.

say cheese || ksjWhere stories live. Discover now