12

4.2K 525 21
                                    

Mala pikir dia bisa bicara secara leluasa ketika semua orang meninggalkan rumahnya. Namun ternyata tidak, Leo menjaga jarak darinya. Leo bahkan menolaknya saat dia ingin mengajak putranya itu bicara. Leo beralasan kalau sudah terlalu larut untuk membicarakan hal yang ingin Mala bicarakan. Lalu Leo masuk kedalam kamarnya, tanpa mau menyentuh apapun mengisi perutnya. Padahal Haruka bilang Leo belum makan apapun sejak sore tadi.

Mala meringis perih. Berdiri didepan pintu kamar putranya dengan tatapan menyedihkan.

Dia tidak baik-baik saja. Dan tidak akan pernah baik-baik saja ketika putranya, satu-satunya hal paling berharga yang dia miliki didunia ini merasa sedih.

Mala tahu hal ini pasti akan terjadi ketika Leo mengetahui keberadaan Adrian disisinya. Dan itu yang selalu membuat Mala enggan melakukan hal itu. Mala tidak bisa menutup matanya mengenai perasaan Leo, harapannya yang tidak akan pernah mungin terwujud mengenai dirinya dan Raka.

Impiannya sebagai seorang anak yang selalu patah hati karena keegoisan orangtuanya.

Mala mengerti dan berusaha memahami serta menjauhkan perasaan menyikitkan itu dari putranya.

Leo sudah lama menderita. Dia sudah terlalu sering membiarkan orangtuanya menorehkan luka yang tidak pernah sembuh dihatinya. Tapi dia hanya menahannya seoarang diri. Dia tidak membiarkan siapapun membantunya menanggung rasa sakit itu bersamanya. Bahkan Mala pun tidak pernah dia perbolehkan.

Menunduk lirih, Mala beranjak masuk kekamarnya. Duduk terpaku dipinggir tempat tidur. Kepalanya menunduk dalam. Malam ini dia tidak akan bisa tidur dengan nyenyak.

Bagaimana mungkin dia bisa tidur disaat putranya mungkin sedang meringkuh dan menangis tanpa suara.

Suara pintu yang diketuk dari luar membuat Mala terburu-buru membukanya. Berharap Leo akan berdiri dibaliknya. Namun harapannya pupus saat menemukan Bi Mirna.

"Kenapa Bi?"

"Ini Bu, saya mau anterin tas Ibu yang ketinggalan dibawah. Sama kado-kado ulang tahunnya Ibu."

Mala melirik beberapa kado yang berada dalam pelukan Bi Mirna tanpa semangat. Diambilnya semua benda itu dari Mirna lalu diletakkannya keatas tempat tidur.

Hari ini ulang tahunnya. Seharusnya dia sedang emmbuka kado-kado itu dengan semangat bersama putranya. Tapi apa yang terjadi? Mereka malah saling mengunci diri dikamar masing-masing.

Mala mendengar deringan dari ponselnya. Membuka tasnya, dia yang mengeluarkan ponsel dari dalam sana melihat sebuah kotak perhiasan berwarna hitam.

Mala melirik ponselnya dan melihat notifikasi dari Adrian yang memberitahunya kalau dia sudah sampai dirumah. Mala meletakkan ponselnya lagi, beralih memgambil kotak perhiasan itu dan membukanya.

Matanya mengerjap saat menemukan sebuah gelang cantik didalamnya. Wajahnya mengernyit sesaat, menerka-nerka siapa yang memberikannya.

Dia langsung memeriksa kado-kado yang dia dapatkan. Ada sebuah kotak besar yang diatasnya tertara nama Ana. Sebuah amplop putih yang tanpa Mala buka dia sudah tahu apa isinya karena tadi Haruka sudah memberitahunya bahkan menggodanya terus menerus dengan menyuruhnya pergi bersama Adrian.

Dua kotak kado yang lain dari Ken dan juga Andi.

Mala mengulum bibirnya sejenak. Kemudian tersenyum kecil dan memandang kearah pintu saat nama Leo terlintas dikepalanya.

Tanpa ragu, dia memakasi gelang itu ditangannya. Mengelusnya lembut dan menatapnya penuh cinta.

***

Saat menuruni anak tangga, Leo tidak sengaja melihat Mala yang sedang duduk melamun menatap semua hidangan makan malam yang tersaji didepannya. Membuat Leo seketika menghela napasnya.

The Chosen (Sebagian Part Sudah Di Hapus)Where stories live. Discover now