Naruto dan seluruh castnya hanya milik Masashi Kishimoto, tapi cerita ini milik kiko titik gak pakek koma. 😣😣
(Walau ceritanya abal-abal)😫
.
.
.
Happy reading minna, 😋
.
.
.Sore hari diawal Oktober seorang gadis pirang sebahu tengah menghabiskan waktunya disebuah taman Mansion, ditangannya terdapat sebuah note kecil lengkap dengan pulpen ditangan kanannya. Untuk saat ini note ditangannya masih bersih tanpa ada coretan sedikitpun.
Gadis itu memasang pose berpikir memikirkan apa yang harus ia tulis dikertas itu, setelah sekian lama akhirnya gadis itu mengacak rambutnya sekilas tapi gerakannya terhenti saat ia menyadari beberapa helai rambutnya ikut tercabut karena kegiatannya barusan. Naruto berdecak sebal, kalau begini jadinya lebih baik ia memotong habis rambutnya daripada rambutnya ini habis secara perlahan.
Ingin rasanya Naruto memgumpat saat sebuah tangan menepuk pelan bahunya, namun ia urungkan saat melihat kakak perempuannya berdiri disampingnya dengan tatapan err,,,,, kasihan? Prihatin? Argh,,, kenapa kakak satu-satunya itu malah memandangnya dengan pandangan itu lagi, gerutu Naruto dalam hati.
“Nee-chan kapan sampainya?”
Naruko tersenyum lemah, disejajarkannya tinggi badannya dengan posisi kursi roda adiknya.“Baru saja dan kenapa masih disini? Bukankah Naru harus kembali kekamar sejam yang lalu?”
Naruto mengerjap lucu “Memang ini jam berapa?”
“Oh adikku sayang, ini sudah jam lima sore jika kamu belum tahu”, ujar Naruko datar dengan kelima jarinya ia arahkan keadiknya. “Ayo kita masuk udara sore tidak Bagus untukmu”
Naruko mendorong pelan kursi roda adiknya saat Naruto masih diam ditempatnya semula, ia merasa diabaikan dan itu menyebalkan. “Apa ada hal yang mengganggumu, Naru?”, tanyanya saat Naruto tak kunjung mengeluarkan suaranya, sangat aneh rasanya saat melihat adiknya yang biasanya cerewet diam begini. Rasanya sedikit awkward Ruko rasa.
Naruko berdecak sebal, adiknya itu berniat mengerjainya atau bagaimana mengapa tidak kunjung menjawab pertanyaannya. Sementara Naruto, gadis itu masih terdiam pikirannya masih penuh dengan beberapa pertanyaan salah satunya tentang note yang masih berada ditangannya, mau diisi apa lembaran-lembaran kertas itu nanti. Netra safirnya mengerjap pelan saat tempatnya berganti, seingatnya tadi ia masih berada ditaman belakang lalu kenapa sekarang ia berada diruang makan. Apakah ia melamun hingga tidak ia tidak sadar sudah berada disini. Astaga betapa cerobohnya dia jika itu benar terjadi.
Naruto mengernyit saat ia mendengar suara didapur, seingatnya -lagi tidak ada orang dimansion selain dirinya dan beberapa maid tapi para maid itu tengah keluar, jadi siapa yang didapur? Paman Iruka kah? Atau maid Rose? Atau jangan-jangan...
Naruto bergidik ngeri, dapat ia rasakan bulu kuduknya meremang. Disana itu tidak mungkin hantu-kan? Lagipula mana ada hantu sia- hah! Netra safir itu kembali melotot lucu saat ia melihat jam disudut dapur, sudah selarut ini dan ia sendiri... Gadis pirang itu menggerakkan kursi rodanya kearah kamarnya dengan cepat.
Namun Naruto kembali merutuk karena jalan satu-satunya ia kekamar adalah melewati pintu dapur, sebenarnya ia bisa saja lewat pintu depan tapi itu merepotkan, ia harus memutar mansion jaraknya bahkan bisa tiga kali lipat dari ini.
“Naru”
“Hey Naru”
“Kyaaa,,, setan,,, jangan makan Naru!!”
.
.
💫💫💫Minato menatap aneh Putri sulungnya yang saat ini tengah menekuk dalam wajahnya sedangkan sibungsu terus menundukkan wajahnya, Minato melirik istrinya yang kini berbalik meliriknya heran. Seolah mereka berbicara melalui lirikan mata. Ada yang tidak beres, batin keduanya.

YOU ARE READING
Reflection (FFN Version)
FanfictionKata orang saudara kembar itu akan mengerti satu sama lain, ketika yang satu sakit maka yang satu juga akan merasa sakit. tapi bagi seorang Namikaze Naruto, saudara kembar hanya seperti cermin. Dimana kakaknya yang bercermin dan dia yang menjadi b...