XIII. Fire

115 18 10
                                    

Semoga mood penulis dan pembaca sinkron, he he.

Enjoy reading.










Aku pulang diantar Pak Eldon atas perintah Pak Davi tentu saja.

Pak Davi ada urusan yang tidak bisa ia tinggalkan, akan bertemu dengan seseorang katanya.

Untung teman - teman ku tidak banyak bertanya di hadapan Pak Davi karena mereka tidak mau penyamaran ku terkuak tentu saja.

"Kamu serius dengan Pak Davi?" ujar Pak Eldon.

"Kenapa Bapak bertanya seperti itu?" tanya ku balik.

"Kamu tahu, hubungan kalian itu sangat susah untuk bersatunya ke depannya," ujar Pak Eldon pelan.

"Saya tahu," ucap ku sambil menerawang.

"Aku akan membantu mu," ujar Pak Eldon.

Aku menoleh ke arah Pak Eldon yang juga melihat ku, ia tersenyum dan mengangguk.

"Bukannya Bapak sedari awal menentang hubungan saya dan Pak Davi?" tanya ku heran.

"Aku pikir, kamu hanya memanfaatkan Pak Davi, ternyata aku lihat kamu tulus terhadap Pak Davi," ujar Pak Eldon.

"Bagian mananya saya terlihat tulus?" ucap ku.

"Setiap pagi, aku selalu melihat mu memijat kaki Pak Davi yang ...... kamu tahulah, tanpa risih, itu yang membuat ku percaya pada mu," ujar Pak Eldon.

"Bagaimana bila saya tidak seperti yang Bapak lihat?" ucap ku menantang.

Pak Eldon malah tertawa, terkekeh lagi disertai gelengan kepala.

"Aku tahu kamu melakukan itu sebelum Pak Davi bilang menyukai mu," ujar Pak Eldon.

Ku rasakan wajah memanas, jangan merona, ucap ku dalam hati.

"Kamu diam berarti mengiyakan" ujar Pak Eldon.

"Terserah Bapak saja," ucap ku asal.

"Tapi ada syaratnya," ujar Pak Eldon.

"Bapak niat tidak bantu sih?" ucap ku tidak terima.

"Niatlah," ujar Pak Eldon santai.

"Terus kok pakai syarat?" ucap ku.

"Dukung hubungan ku dengan Narti!" ujar Pak Eldon.

Aku membelalakkan mata kaget, memicingkan mata menuntut jawaban.

Pak Eldon menghela napas tampak frustasi ketika akan menceritakan tentang perasaannya.

"Aku menyukainya ketika pertama kali bertemu di rumah besar," ujar Pak Eldon pelan.

"Tapi dia terlalu muda untuk Bapak," ucap ku.

"Tidak sampai sepuluh tahun," ujar Pak Eldon agak bergumam.

"Astaga, Bapak pedofil parah," ucap ku hiperbolis.

"Narti sudah delapan belas," ujar Pak Eldon menyanggah.

"Bapak suka padanya ketika ia belum umur tujuh belas kan?" ucap ku datar.

"Makanya aku menunggu, kamu bisa bantu tidak?" tanya Pak Eldon memohon.

"Baiklah," ucap ku akhirnya.

Pak Eldon mengulurkan tangannya dan aku menyambutnya.

"Deal."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 11, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

One Step Dance With YouWhere stories live. Discover now