Part 4a: Manis di Bibir, Mengundang Kata Malah Kau Tuduh Aku Segala Penyebabnya

3.7K 723 118
                                    

Setelah mendorong Bram dan menghajar wajah tembam pemuda berbadan sedikit tambun itu, Sadewa melirik sekilas pada Cheryl yang segera berdiri dan merapikan pakaiannya. Mata gadis itu terlihat liar tapi juga waspada, Sadewa mengembuskan napas lega. Ia kembali meninju wajah Bram, laki-laki itu menyenggol meja dan menjatuhkan vas bunga. Lalu Bram berusaha menyerbu dan juga mendorongnya ke dinding. Dengan cekatan, ia menghindar hingga Bram menghantam dinding dengan bagian kepala terlebih dahulu. Ia jatuh karena kecerobohannya sendiri. Sadewa terkekeh geli melihat Bram yang berusaha bangun dan sempoyongan.

"Tolong!" Cheryl berteriak, mencoba mencari bantuan dengan menjerit. Ia ngeri jika ada salah satu yang terbunuh.

Tanpa disangka Sadewa, Bram yang tadi terlihat payah seketika mempunya tenaga untuk bangkit kembali dan menjatuhkannya ke lantai dan di tangan Bram terdapat pecahan gelas kopi bekas Sadewa bertamu tadi. Kilauan kaca berkelebat menyilaukan mata Sadewa saat Bram mengayunkan tangan padanya.Sadewa terlambat menyadari hal itu dan ia menahan napas, bersiap merasakan rasa sakit pada salah satu anggota tubuhnya.

Tetapi tidak terjadi apa-apa, tiba-tiba ia mendengar suara logam nyaring menghantam sesuatu yang berat lalu tubuh Bram ambruk menimpanya.

Sadewa membuka mata dan melihat Cheryl nyengir lebar, memegang baki stainless tebal. Laki-laki itu mengembuskan napas lega, ia mengira kehidupannya akan berakhir beberapa detik yang lalu. Rasanya Sadewa ingin mencium Cherry saat itu juga.

***

"Thanks, Cher..." Sadewa dengan susah payah menyingkirkan tubuh Bram lalu berdiri. Mengenyit jijik karena menyadari, saliva Bram tertinggal di kausnya.

"Sama-sama. Harusnya aku yang berterima kasih padamu karena aku bisa..."

Ucapan Cheryl terhenti, merasa malu jika ia mengucapkan secara gamblang apa yang terjadi padanya jika Sadewa tidak datang menyelamatkannya.

Sadewa menahan senyumnya, ia tidak mengira jika Cheryl bisa merasa jengah dan terlihat imut. Gadis itu masih mengenggam baki stainless tebal yang sepertinya bisa membuat benjol sebesar bakpao. Kemeja gadis itu masih acak-acakan karena dikancing seadanya dan membuat Sadewa memalingkan wajahnya.

"Cher, benerin, gih.."Tanpa memandang Cheryl, Sadewa menunjuk bagian depan tubuh gadis itu. Cheryl kembali nyengir jahil, dengan sengaja tidak mendengarkan kata-kata Sadewa. Ia malah mendekati laki-laki itu.

"Wa, aku tarik lagi ucapanku tadi ya. Kalau dipikir-pikir aku lebih berjasa karena menyelamatkan nyawamu."

Sadewa memutar matanya, ingin segera menjauhi Cheryl... tapi suara pintu depan terbuka dengan derapan kaki beberapa orang membuat mereka berdua tertegun. Dan para tamu yang datang juga tidak kalah terpananya melihat keadaan Cheryl dan Sadewa yang acak-acakan.

***

Cheryl mengerjap,tidak mengerti mengapa sejumlah perempuan yang merupakan anak kosnya menatap Sadewa penuh kemarahan.

"Mas, kamu mau memperkosa Mbak Cheryl, ya?" tanya Ratih, perempuan muda penghuni kamar 05 tanpa basa basi. Ia mengacungkan gunting pada Cheryl sambil mendelik pada Sadewa.

Yang lain mengangguk-angguk setuju, mereka juga membawa pisau, wajan, talenan, apa saja yang bisa dijadikan sebagai senjata darurat.

Sadewa melongo dan baru mengerti kalau ia yang menjadi tersangka utama.

"Bukan! Bukan dia pelakunya, Dewa malah menyelamatkanku." Cheryl menyanggah tuduhan para anak kos.

"Lho, Mbak., kan cuma dia yang ada di ruangan ini?" cecar Linda tidak sabar.

Sadewa menggelengkan kepala, menahan senyumnya. Lalu ia menarik tangan Cheryl untuk sedikit menepi agar para gadis penghuni kos melihat siapa penjahat sebenarnya karena Bram berada di sudut ruangan dan terhalang sofa.

My Pleasant Panda HusbandWhere stories live. Discover now