TRASH ― Story : No Name (1)

6.3K 700 73
                                    

TRASH ― Story : No Name (1)

.

.

“Akhir-akhir ini Jeno betah sekali di dalam kamar.” Doyoung mengambil nafas panjang dan memulai ceritanya. “Dia bilang hanya menggambar, tapi aku merasa tidak seperti itu.”

Dengan pakaian yang sudah berganti menjadi setelan piyama tidur, Jaehyun mengernyitkan dahinya sedikit bingung. “Maksudnya?”

Doyoung menggelengkan kepala pelan. “Aku tidak tahu.” Ia menjawab lirih. “Jeno senang sekali saat di belikan satu set krayon dan buku menggambar. Tapi sejak itu, Jeno menjadi sedikit aneh.”

Jaehyun tidak tahu harus merespon cerita Doyoung seperti apa. Ia seharian berada di kantor, dan sudah menjadi kebiasaan untuknya mendengarkan cerita tentang Jeno dari istrinya di malam hari seperti ini ketika ia pulang bekerja.

Biasanya, Doyoung akan bercerita tentang perkembangan Jeno. Bagaimana anak itu memberantaki rumah atau membuat Jungwoo menangis seperti biasanya.

Tapi sekarang… maksudnya 'aneh' itu apa? Jaehyun tidak mengerti.

“Jika hanya sekedar menggambar, aku tidak akan sekhawatir ini pada Jeno.” Doyoung memberi jeda, sedikit tercekat akan ucapannya sendiri. Ia menarik nafas dalam dan menatap Jaehyun begitu lekat. “…tapi aku juga pernah melihat Jeno berbicara sendirian di kamarnya seolah ia sedang berbicara dengan temannya sendiri.”

Jelas saja Jaehyun terkejut. Kedua bola matanya terbuka lebar, menatap tidak percaya pada Doyoung yang sekarang terlihat pucat. “Hyung, kau tidak sedang bercanda, kan?!”

Tapi jawaban Doyoung adalah sebuah gelengan kepala lemah.

“Maksudmu Jeno berbicara dengan… sesuatu yang… tidak bisa kita lihat?”

“Ya.”

Jaehyun tidak tahu apakah ia harus percaya pada Doyoung atau tidak. Masalahnya, cerita Doyoung terasa kurang meyakinkan. Maksudnya, mana mungkin di rumah ini ada sesuatu yang hmm katakanlah itu hantu, kemudian hantu itu berbicara juga bermain dengan Jeno-nya. Tidak masuk akal.

“Jae―”

“Kau hanya baru satu kali melihat Jeno seperti itu, kan?” Jaehyun memotong, mengulurkan tangan untuk mengusap kepala bagian belakang istrinya.

Doyoung mengangguk tidak terlalu yakin.

“Mungkin itu hanya kebetulan? Kau melihatnya sedang berbicara sendiri seperti bayi-bayi kebanyakan, tapi kau berpikir bahwa ia berbicara dengan sesuatu yang tak terlihat.”

“Tapi―”

“Tidak, tidak. Sebaiknya kita tidur dan jangan terlalu memikirkan itu, oke? Jja, istirahatlah.”

Doyoung kecewa karena respon Jaehyun seperti itu, tampak tidak mempercayai ceritanya. Tapi, mungkin saja Jaehyun benar. Ia itu hanya kebetulan dan dirinya yang terlalu membesar-besarkan.

.

.

.

Keesokan harinya, Jaehyun tidak pergi ke kantor dan memilih untuk bersama Jeno seharian di rumah. Selesai sarapan dan memandikan Jeno, Jaehyun menemani anak itu bermain puzzle di teras belakang rumah. Doyoung juga ada disana, bermain puzzle yang berbeda.

“Curang sekali. Kalian menyusun puzzle berdua dan eomma sendirian.” Doyoung pura-pura mengeluh, memasang wajah sedih tapi puzzle miliknya bahkan sudah hampir jadi. “Tidak bisakah eomma menyusun puzzle dengan Jeno saja dan appa tang menyusun sendirian?”

The Little PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang