Part 1

6K 352 1
                                    

Dari luar, Jaehyun terlihat sempurna. Wajahnya tampan, kulitnya putih, mempunyai lesung pipi, tinggi seperti model, memiliki suara yang indah, mempunyai uang banyak, sukses di usia muda. Tidak ada kurangnya. Tapi, tidak ada manusia sempurna. Jaehyun memiliki kekurangan, ia tidak bahagia dalam hal keluarga. Ayahnya yang seorang milyarder lebih memilih berselingkuh dengan perempuan muda dan cantik sedangkan ibunya lebih memilih untuk berselingkuh dengan laki-laki yang lebih muda dari umur Jaehyun sekarang. Sejak kecil Jaehyun merasakan kepalsuan keluarganya yang dipandang sempurna di muka umum. Terbiasa "bahagia" namun realitanya ia muak dengan kehidupan ini. Berumur 28 tahun namun sudah menjadi CEO adalah pencapaian yang membanggakan. Tapi, Jaehyun hanya bersikap seperti biasanya. Tidak ada yang bisa dibanggakan dengan keadaan keluarganya seperti ini, kalau Jaehyun bisa memilih mungkin ia lebih memilih hidup sebagai pria biasa yang berada di posisi bawah dengan keluarga biasa namun bahagia.

Legend Star Entertainment, adalah agensi hiburan milik Ayahnya yang dulu terkenal sebagai penyanyi yang sukses di era 70 hingga 80-an. Ayahnya dikenal juga sebagai pembisnis franchise restoran. Semua menganggap Ayah Jaehyun sebagai laki-laki sukses, hebat dan bisa dibanggakan namun Jaehyun menganggap Ayahnya hanyalah laki-laki tidak tau diri yang termakan oleh harta dan kekuasaan. Ibunya juga adalah pengusaha merek baju terkenal yang membuat banyak perempuan seumuran Ibunya iri. Jaehyun menilai sama saja dengan Ayahnya. Ibunya ini tidak berbeda dari Ayahnya sendiri.

Laki-laki itu berjalan masuk ke kantor dengan langkah tegap, semua mata melihat Jaehyun dengan terpana tapi sama sekali Jaehyun tidak peduli. Ia berjalan dengan wajah datar dengan beberapa orang berjas hitam yang mengikutinya.

"Woah, dia sempurna. Kapan ya aku bisa mendapatkan orang seperti itu?" Ujar salah satu resepsionis. Perempuan disampingnya menanggapi, "Jangan mimpi. Seleranya itu tinggi."

"Hey, hyungnim~!"
Jaehyun yang membaca berkas dari sekretasinya itu menghela nafas dengan berat.

"Ada apa hah? Ketuk pintu dulu." Ujarnya dengan nada tinggi.
"Eiy, jangan begitu dengan sepupumu yang tampan ini~" Ujar Cho Taehyun dengan tidak tau malunya duduk di meja milik Jaehyun.
"Debutkan aku jadi idol."
Jaehyun melepas kacamatanya. Wajahnya terlihat tidak senang. "Kalau gila jangan bertambah. Aku malu mempunyai sepupu seperti dirimu."
"Hyungnim, jangan galak begitu. Santai, oke? Dengarkan aku."
"Hah, ya ya."
"Aku ingin menjadi idol karena bosan sekali menjadi orang biasa~"
"Hah, kau orang biasa?"
Jaehyun tidak lagi mengerti jalan pikiran sepupu berandalnya ini. Bagaimana bisa dia disebut orang biasa? Dia termasuk fotografer terkenal yang suka main perempuan.
"Iyalah, aku hanya orang biasa. Tidak sepertimu menjadi CEO terkenal."
"Kau itu tidak punya bakat. Mana bisa kau jadi idol?!"
"Hey, aku punya bakat. Kau saja yang tidak sadar."
"Cih. Aku tidak mau mendebutkanmu. Track recordmu buruk. Apa itu? Bermain perempuan?"
"Hyung! Jangan begitu! Aku kan hanya berganti-ganti perempuan tidak sampai memakai narkoba!"
"Bagiku itu sama saja."
"Yasudah, aku lapor pada paman!" Cho Taehyun keluar dari kantor Jaehyun dengan membanting kasar pintu.

"Ya! Cho Taehyun bodoh!" Teriak Jaehyun frustasi.

"Hah, anak itu! Dasar pembuat masalah."
Laki-laki itu memijat keningnya dengan tubuh yang disadarkan pada kursi.
"Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini..."

Taeyong mengetik sebuh berita dengan cekatan, jemarinya sungguh cepat. Ini berita "panas" harus segera di posting. Berita yang Taeyong ketik adalah sebuah berita Park Hayoon yaitu seorang aktris 90-an yang tertangkap kameranya sedang berjalan dengan seorang laki-laki yang jauh lebih muda dari dirinya lalu berciuman di pojokkan. Taeyong tersenyum. Pasti berita ini menjadi heboh.

Klik.

Berita sudah di posting, dalam hitungan menit pencarian nama Park Hayoon di naver sungguh gila.

"Yes! Aku dapat bonus banyak!"
Taeyong merasa bersyukur mendapat berita ini. Memang berita ini adalah scandal. Dan lebih tepatnya Taeyong yang menjadi salah satu pelakunya. Tapi Taeyong tidak peduli, ini pekerjaannnya sebagai wartawan. Kadang Taeyong merasa kasian terhadap orang yang terkena beritanya namun kalau ia tidak kasian, dirinyalah yang dipecat.

"Kau berhasil lagi, Taeyong!" Ujar bos-nya lalu menepuk punggung Taeyong dengan senyum lebar, "Kau dapat bonus. Lanjutkan pekerjaanmu yang memuaskan ini."
"Siap!"
Laki-laki itu mengecek naver dengan secangkir kopi yang berada di tangannya.

"Woah, mereka liar," Ujar Taeyong seraya melihat netizen yang berkomentar di kolom berita miliknya.

Jaehyun sekarang berhadapan dengan Ayahnya. Seorang Ayah yang tidak seperti Ayah baginya.

"Kenapa kau tidak mau mendebutkan adik sepupumu?"
"Ayah, memangnya kau mau agensi tercintamu hancur karena aku mendebutkannya?"
"Hancur? Hah. Tidak mungkin. Dia hanya bermain perempuan. Itu hal yang biasa, Jaehyun."
"Biasa? Iya biasa. Karena kau sama seperti Taehyun!"
"Jaga bicaramu dengan ayahmu!"
"Kau Ayahku? Secara biologis iya. Tapi aku tidak menganggapmu seorang Ayah."
"Ya! Anak kurang ajar!"
Jaehyun beranjak dari ruangan kantor Ayahnya, keluar dari rumah memuakkan itu lalu pergi dengan mobilnya. Ia melajukan mobil itu dengan emosi. Ayahnya selalu saja memihak "orang lain". 

Jaehyun sampai lupa caranya untuk menangis jika ia merasa kecewa, marah dan kesal mungkin karena ia sudah terlalu lama merasakan hal ini. Selalu di nomerduakan oleh orang tuanya sendiri, selalu salah dan selalu di paksa agar menjadi anak sekaligus laki-laki baik dan sempurna.

Taeyong berjalan dengan wajah mabuk, ia tidak sadar ketika dirinya berjalan bukan di tempat semestinya. Untuk merayakan keberhasilannya, ia banyak meneguk botol bir hingga melebihi kadar alkohol yang diterimanya.

Di arah berlawanan, Jaehyun masih melajukan mobilnya dengan emosi. Dirinya yang terkejut langsung mengerem mobil ketika hampir saja menabrak seorang laki-laki mabuk berat yang berjalan bukan di tempat yang seharusnya.

"Bodoh!" Makinya lalu
Jaehyun keluar dari mobil.
"Kau ingin mati?!"
Ia menghampiri pria mabuk itu dengan perasaan kesal. Baru saja ia ingin memakinya tapi Jaehyun diam.
"Hehe,"
laki-laki mabuk itu hanya bergumam tidak jelas.
"Oh, supir taksi ya? Antarkan aku ke rumah."
"Hah?"
Tentu saja Jaehyun bingung. Supir taksi? Setampan ini? Yang benar saja.

Tiba-tiba pria mabuk itu tidak sadarkan diri. Ia jatuh di pelukan Jaehyun.
Mau tidak mau, Jaehyun membawa laki-laki itu ke mobilnya. Ia berniat untuk "menaruh" laki-laki itu dihotel karena ia tidak tau alamat rumahnya. Selama di perjalan, Jaehyun baru sadar kalau laki-laki ini terasa tidak nyata. Wajahnya seperti karakter animasi.

"Aku baru tau ada orang seperti ini..."
Ujar Jaehyun pelan. Memang, ia sering melihat wajah idol laki-laki yang "cantik" namun sama sekali ia tidak tertarik, berbeda dengan laki-laki ini. Jaehyun merasa tertarik.

Jaehyun membaringkan tubuh laki-laki asing itu ke tempat tidur dengan pelan. Jaehyun tersenyum melihatnya, tiba-tiba ia mendapat ide untuk melihat kartu identitasnya yang berada di dompe.

"Lee Taeyong. Seorang wartawan. Menarik." Ujar Jaehyun lalu ia mendekatkan wajahnya pada wajah Taeyong dengan jarak begitu dekat.
"Kau dan aku pasti nantinya sering bertemu."
Tanpa Jaehyun sadari, tangannya yang memiliki jari panjang itu mengelus permukaan bibir Taeyong.
"Bibir ini akan kupastikan jadi milikku."
Bibir Jaehyun menempel di permukaan bibir Taeyong, ia mengulumnya pelan lalu menyudahinya dengan usapan tangan pada kepala Taeyong.

"Sampai jumpa lagi, Taeyong."
Taeyong yang tertidur hanya membalikkan badannya lalu memeluk guling. Tidak sadar kalau ia baru saja mendapat pelecehan.

============================

Creepy.........😔🔫

Touch & Sketch Where stories live. Discover now