PSAK. #O2 ( JAEMREN. )

2.8K 294 22
                                    

PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Kegombalan) #O2

Edisi: Investasi dan Pasar Modal

RenjunAnakAkuntansi!AU
JaeminAnakHukum!AU

Warning: Konten berisikan istilah-istilah dalam IPM.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Tiga Jumat sesudah pelaksanaan kuis tentatif mata kuliah Investasi dan Pasar Modal adalah hari yang cerah, sama seperti kebanyakan hari di sepanjang bulan ini. Di Seoul, musim panas tengah menjemput, alhasil meruyak kemonotonan musim semi yang serbatanggung, membubuhi taman dengan lintang yang serbahijau. Langit tak berawan membentang ke segala arah, sedangkan entitas manusia tidak pernah surut dengan kesibukan saban harinya.

Bilik yang didominasi koleksi barang klasik beraksen monokromatik yang ciamik tengah lengang, sedangkan satu-satunya eksistensi yang ada di sana adalah Huang Renjun dengan kantung mata yang berkantung. Dari kedua bilah bibirnya lolos helaan napas yang tak koheren, menyuratkan keletihan yang tidak berujung. Terhitung tiga hari berturut-turut sang wira merehatkan diri di kediaman sang kekasih, Na Jaemin, dikarenakan beban tugas yang ia junjung.

Jangan salah mengira, apartemen yang dihuni oleh sang pemuda Na hanya berjarak tujuh ratus meter dari kampus keduanyaㅡmenguntungkannya sebagai seorang mahasiswa yang selalu kedapatan jadwal kuliah saban pagi harinya.

“Besok kuis lagi?”

Sebuah pertanyaan yang menginterupsi kegiatan meratapi nasib pun melantaskan Renjun yang semula melekatkan keningnya di permukaan meja nakas pun menengadah. “Tidak ada,” jawabnya seadanya.

“Lalu apa yang sedang kau lakukan? Menempeli meja nakas seperti itu?” tanya sang pemuda Na dengan alis sebelah kanan yang terkatrol samar.

Renjun hanya mengedikkan kedua bahunya acuh. “Hanya meratapi nasib. Kau baru pulang?”

“Ya, dan aku belum mendapatkan apa yang seharusnya aku dapatkan,” keluh Jaemin sebelum beringsut mendekat dan menghempaskan bokongnya tepat di samping sang pemuda Huang yang tengah menatapnya tanpa garis minat barang seuntil pun.

Jaemin merotasikan netra kelamnya. “Kau serius, Boo?”

Dengusan samar lolos dari kedua bilah tubir si manis. Alih-alih menghambur memeluk figur Jaemin, Renjun lebih memilih untuk merangkak naik dan menyamankan posisinya dalam pangkuan sang pemuda Na.

Welcome home, Stupiddie,” gumamnya sembari mendekap leher Jaemin dan membubuhkan kecupan ringanㅡdefinitnya, kecupan malasㅡdi rahang tegas sang pemuda Na.

“Bukan begitu cara kerjanya, Boo,” geram Jaemin tanpa mengalihkan poros atensinya pada iris karamel sang pemuda Huang yang menyayuㅡmemperingatinya secara non verbal akan kegusaran juga kelelahan yang tengah melingkupi dirinya.

Welcome home, Booㅡang, buang.”

Rengkuh dua ruas lengan pun didapat oleh Renjun sepersekian sekon setelahnya. Seberkas senyum lebar sulit Renjun tahan untuk tidak mengudara.

“Nah, kesayangan Na Jaemin sudah tersenyum sekarang. Jadi, apa yang dilakukan oleh kertas-kertas ini pada kekasihku?” tanya Jaemin  yang menangkap potret ketidakteraturan ranjangnya. Berbagai jenis kertas, pena, dan kalkulator finansial terserak di sekelilingnya.

OUR PAGE;JAEMREN.Where stories live. Discover now