10. Usaha

8.7K 371 9
                                    

Pagi ini seorang gadis cantik tengah duduk disebuah bangku panjang di taman kampusnya sambil membaca buku. Matanya tak lepas dari buku yang sedang dipegangnya.

"Assalamualaikum.." salam seseorang yang berhasil mengalihkan perhatian matanya dari buku.

"Wa'alaikumsalam.." jawab gadis itu seraya melihat siapa yang menyapanya. Dia lalu mengalihkan pandangannya.

"selamat pagi Fazia." sapa seorang pria itu dengan senyum manisnya.

Tanpa menjawab sapaan pria itu, Fazia malah beranjak dari tempat duduknya dan hendak meninggalkan pria itu. Namun, pria itu berhasil mencegah Fazia.

"kakak ngapain sih masih ganggu saya? Saya kan sudah bilang saya tidak mau berhubungan lagi dengan kakak." ucap Fazia karena kesal dengan pria itu yang tidak menyerah mendekatinya bahkan setelah penolakannya tempo hari. Ya, siapa lagi pria itu kalau bukan Thabi.

"aku gak akan nyerah gitu aja Fa. Kamu menolakku tanpa alasan yang jelas." ucap Thabi.

Fazia sudah tidak ingin meladeni pria di depannya ini. Lalu ia beranjak dari tempatnya berdiri tadi.

Thabi ingin sekali mencegah gadis itu untuk pergi, tapi dia mengurungkan niatnya karena ponselnya berdering. Dengan cepat Thabi mengambil ponsel yang ada saku jas nya. Ia sudah bisa menduga siapa yang menelponnya pagi ini.

Dan benar saja dugaannya, itu telpon dari Evan--sahabatnya Thaqi, sahabat Thabi juga sekaligus orang kepercayaan perusahaan. "hallo.. " Thabi menjawab telponnya sambil berjalan menuju mobilnya. Ia tahu sahabatnya itu akan mengomelinya karena sampai sekarang ia belum sampai ke kantor, padahal ada meeting hari ini.

"Bhi, lo dimana sih? Kenapa belum sampe kantor sih Bhi? Lo tau gak sih ini jam berapa? Lo tu ada meeting pagi ini. Gue kan juga udah ingetin lo tadi pagi. Lo baca kok. Kenapa belum sampe juga?"

Benar dugaan Thabi, sekarang dia bisa mendengar dengan jelas omelan Evan di telinga Thabi.

"iya,  ini juga lagi di jalan kok. " jawab Thabi dengan santainya.

"DI JALAN?! " tanya Evan dengan nada tinggi karena terkejut dengan jawaban Thabi. "lo gila ya? Jam segini lo masih di jalan? " lanjut Evan masih dengan nada tinggi.

"aduuuh Van, lo tu kalo ngomong pelan aja kenapa sih? Bisa pecah nih gendang telinga gue denger lo triak - triak gitu." protes Thabi.

"gue gak mau tau, dalam 10 menit lo harus udah sampe kantor!" ujar Evan. Lalu memutus telpon sepihak.

Thabi hanya bisa mendengus kesal atas kelakuan sahabatnya itu. Siapa sebenarnya yang bos disini. Kenapa malah dia yang dibentak oleh Evan. Thabi hanya bisa menggelengkan kepalanya dan fokus menyetir.

****

Pagi ini Thabi mengantar Aisya ke kampusnya. "Icha duluan ya Mas, Mas Thabi hati - hati di jalan ya." ucap Aisya sambil mencium punggung tangan Thabi. "oh  iya, yang semangat ya Mas ngejar cintanya. Assalamualaikum " lanjut Aisya sambil mencium singkat pipi kiri Thabi, lalu keluar dari mobil.

"Wa'alaikumsalam.." jawab Thabi. Ia memang tidak bisa menyembunyikan apapun dari adiknya itu. Kecuali satu,  masa lalu yang membuatnya pergi ke Amerika selama 6 tahun lamanya.

Thabi masih sibuk mencari - cari sesorang. Siapa lagi kalau bukan Fazia. Yah, Fazia. Gadis itu memang sudah memenuhi pikiran Thabi. Dia masih belum mau menyerah untuk mendapatkan hati gadis itu.

Dan sekarang Thabi sudah keluar mobil dan mulai mengelilingi kampus. Tapi nihil, ia tidak menemukan gadis cantik itu. Tanpa pikir panjang, Thabi langsung melesat ke arah rumah Fazia.

****
"Fazia.. " panggil Thabi setelah turun dari mobilnya dan melihat gadis yang ia cari sedari tadi.

Fazia yang sedang menjemur pakaian pun menoleh karena ada yang memanggilnya. Setelah melihat orang yang memanggilnya, Fazia langsung bergegas ingin masuk ke dalam rumah. Namu lagi - lagi Thabi bisa mencegah hal itu.

"Astaughfirrullahaladzim, kakak ngapain sih kesini lagi? Mendingan kakak pergi sekarang! Jangan sampai Bang Ali melihat kakak." jawab Fazia dengan sesekali menengok ke belakang,  takut - takut Abangnya keluar dan akan terjadi keributan lagi.

"emangnya kenapa kalau Bang Ali lihat aku?" jawab Thabi dengan percaya diri. "eemm aku tau,  kamu khawatir kan sama aku? Kamu takut kalau Abang kamu itu mukul aku lagi. Iya kan?" lanjut Thabi dengan senyum mengejek.

"Zia..." panggil seseorang. Fazia panik bukan main mendengar suara itu. Itu adalah suara Bang Ali. Dia tidak mau terjadi keributan lagi.

"kak, kakak mendingan pergi aja dari sini ya? Bang Ali mau kesini." ucap Fazia dengan panik.

Tapi Thabi malah diam di tempat sambil tersenyum. Bukan Thabi namanya kalau punya rasa takut.

Ali yang baru keluar rumah "lo?! " ucap Ali terkejut melihat siapa yang sedang berbicara dengan adiknya.

Hampir saja satu pukulan melayang kepada Thabi. "Assalamualaikum Bang. " salam Thabi yang membuat Ali mengurungkan niatnya.

"lo ngapain sih ke sini lagi?! Gue kan udah bilang jangan ke sini lagi!" ujar Ali dengan nada tinggi.

"Bang, kata bundaku kalau ada orang ngucapin salam tu wajib dijawab Bang. Dosa tau gak jawab salam. " ucap Thabi tanpa rasa takut sedikitpun.

"Wa'alaikumsalam. " jawab Ali kesal.

"nah gitu dong Bang. " balas Thabi dengan senyuman mengejek.

"terserah! Pergi kamu dari sini!" bentak Ali.

"Bang, aku tu cuma mau tau aja kok alasan Fazia nolak aku. " jawab Thabi tanpa keraguan.

"Nggak,  nggak perlu alasan. Jelas - jelas Zia udah nolak kamu. Jadi mendingan kamu pergi dari sini! " balas Ali lalu menarik Fazia untuk masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.

Thabi tahu ini akan terjadi dan dia akan tetap pada pendiriannya. Ia akan terus berkunjung ke rumah Fazia untuk mengambil hati Abangnya itu.

❇❇❇❇❇

Mohon vote dan komennya
Terimakasih 🙏

Pesona Hijab Fazia [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن