Prolog

11.7K 653 127
                                    

Asal kalian tahu, akika gak pandai dalam membuat prolog, bahkan prolog ini hampir 3.700 kata, entah bisa disebut prolog atau gak.

Tapi yasudahlah... happy reading, yak!

Oh, jangan terlalu menunggu akika update juga. Akika gak janji bisa cepet.

Kkkkkkkkk.......

~~~ ^_^ ~~~

March, 2016

"Mari, Tuan dan Nyonya Kim sudah menunggu kalian."

Rumah itu besar, sangat besar. Ya, nampak seperti sebuah istana. Masuk ke dalamnya, rasanya... entah, sulit diungkapkan dengan kata-kata. Rumah besar itu benar-benar mewah dan indah. Ah, apakah rumah pangeran di dongeng Cinderella juga akan berwujud seperti ini jika seandainya itu adalah kenyataan?

"Mari..."

Ji Ahn, Yoon Ji Ahn, gadis itu berjingkat pelan ketika seorang wanita berseragam yang berdiri di depannya kembali berseru padanya. Pandangannya pun beralih pada wanita itu, meskipun sebenarnya sedikit terkejut. Maklum saja, sejak masuk ke dalam pelataran rumah besar tempatnya berpijak saat ini, hingga melewati sebuah pintu besar yang ia yakini pastilah pintu utama, Ji Ahn tidak henti-hentinya berdecak kagum dalam hati. Tuhan, kira-kira berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk membangun rumah semegah ini? Pemilik rumah ini pasti seorang milyader, batinnya.

"Ayo!"

Ji Ahn menganggukkan kepalanya pelan. Bukan hanya wanita berseragam yang adalah pelayan di rumah itu, namun satu wanita lagi, tepatnya wanita yang telah membesarkannya, wanita itu juga berseru padanya.

Kedua kaki Ji Ahn melangkah, mengikuti arah langkah kaki pelayan di depannya. Sementara kedua bola matanya, masih mengamati dan mengagumi setiap hal yang dilewatinya sebenarnya, namun secara samar. Ia adalah orang miskin, tapi bukan berarti ia ingin bersikap seperti orang 'kampungan'.

"Selamat datang!"

Ji Ahn, juga Nyonya Yoon yang datang bersamanya, mereka telah sampai di sebuah ruangan yang sangat luas, dengan beberapa sofa mewah di bagian tengahnya. Ah, apakah ini ruang tengah? Atau ruang keluarga? Pikir Ji Ahn.

Di depan sana, tepatnya di beberapa sofa yang menjadi pusat ruangan, kedua bola mata Ji Ahn menangkap sosok beberapa orang. Namun yang lebih dulu menjadi fokus utamanya adalah seorang wanita paruh baya, yang tengah menyunggingkan senyum lebar padanya, juga Nyonya Yoon. Lalu perlahan pandangan Ji Ahn beralih, pada beberapa orang lainnya. Yang pertama, seorang pria yang berdiri di samping wanita yang menyambut Ji Ahn dan Nyonya Yoon. Raut wajah pria itu nampak datar, namun Ji Ahn tahu, ia tengah menelisik. Kemudian pria lainnya, yang berdiri juga, ia tampak lebih muda daripada pria sebelumnya. Dan jelas-jelas, kedua bola mata pria itu juga menelisik, bahkan menguliti, membuat Ji Ahn risih. Yang terakhir, gadis muda dengan wajah pucat yang duduk di sofa. Jika Ji Ahn tidak salah tebak, gadis itu pasti seumuran dengannya.

"Mari, silahkan duduk." Wanita itu, wanita yang sedari tadi menyambut Ji Ahn dan Nyonya Yoon dengan senyum ramah, dia adalah Nyonya Kim. Tidak henti-hentinya dia memberikan sambutan, bahkan kini mempersilahkan Ji Ahn dan Nyonya Yoon untuk duduk juga. "Oh, Ahjumma. Tolong hidangkan makanan ringan serta minuman untuk mereka." Ia juga nampak memberikan perintah pada pelayannya.

Ji Ahn dan Nyonya Yoon mengangguk pelan, nampak kompak. Ya, bahkan dalam hal tersenyum sekalipun, meskipun itu nampak canggung.

"Kalian tahu apa tujuan kami mengundang kalian untuk datang?"

Baru saja Ji Ahn dan Nyonya Yoon meletakkan pantatnya di sofa, suara berat dan terkesan dingin itu sudah terdengar. Sontak ibu dan anak itu pun saling berpandangan untuk sejenak.

In The End...Where stories live. Discover now