~Prolog~

87 13 1
                                    

Sore ini setelah pulang kerja aku ingin beristirahat saja dirumah, karena banyaknya pekerjaan di kantor sudah membuatku lelah seharian. Belum lagi nanti malam pacarku ingin bertemu denganku di sebuah cafe didekat rumah. Segera kumasukkan barang-barangku ke dalam tas berwarna baby blue milikku, menuruni anak tangga satu persatu dengan lincahnya, banyak teman kantor yang menyapaku saat berpapasan, kuberikan senyuman manisku kepada mereka. Aku segera berlari-lari kecil ke parkiran mobil, kukendarai mobil berwarna putih ini dengan kecepatan sedang.

***

Malam ini hujan turun deras, aku sudah berada didalam cafe tempat aku dan pacarku akan bertemu, tapi aku belum melihat sosoknya daritadi. Aku menatap ke arah luar cafe, memperhatikan rintikan air hujan diluar sana. Tiba-tiba ada yang memecahkan lamunanku, ada seseorang yang melambaikan tangannya ke wajahku dan duduk di hadapanku. Ternyata dia orang yang kutunggu sejak tadi, dia pacarku Rehan.

"Ada apa?" tanyanya setelah melihat ekspresi wajah kagetku.

"Tidak ada" jawabku dengan senyum.

Dia diam, sepertinya ada hal yang ingin dia sampaikan padaku. Suara hujan diluar sana makin terdengar kuat, tapi kami masih sama-sama terdiam. Baru kali ini aku melihatnya diam tanpa kata, biasanya dia yang selalu memulai percakapan duluan denganku. Aku semakin bingung, ada apa dengannya?

"Kamu kenapa? Ada hal yang mau kamu bilang sama aku?" Aku sudah tidak tahan lagi dengan kebisuan ini, sampai akhirnya aku yang memulai percakapan kami malam ini.

"Mmm...." Sepertinya dia masih ragu untuk mengatakannya padaku.

"Bilang aja, kalau kamu bilangkan aku ga bakal gigit kamu hehehe" Aku mencoba mencairkan suasana. Dia hanya tersenyum padaku, kemudiaaaannn....

"A...a..akuu, aku mau kita putus" dengan nada rendah dia mengatakan hal ini padaku, hal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

"Kamu mau putus? kenapa? salah aku apa?" Aku tatap matanya serius.

"Kamu ga perlu tau salah kamu apa, intinya aku mau putus sama kamu, jangan hubungi aku lagi mulai sekarang!" Kali ini suara Rehan melebihi suara hujan diluar sana.

"Oklah terserah kamu, aku benci sama kamu! Kenapa pas aku lagi sayang-sayangnya sama kamu, kamu malah ninggalin aku?!" Aku tidak mau kalah, ku tinggikan suaraku melebihi suara derasnya hujan kali ini.

"Suatu saat nanti kamu bakalan tau kenapa aku putusin kamu." Dia menatapku dalam, kemudian beranjak dari tempat duduknya berjalan ke arah pintu keluar cafe.

Aku harap dia mau berbalik sekai saja, ternyata tidak. Setelah Rehan pergi keluar dari cafe, aku segera berlari masuk ke dalam mobil, kukendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Saat itu aku tidak perduli dengan keselamatanku, yang aku inginkan hanya segera sampai kerumah.

***

Sesampainya dirumah, aku langsung masuk ke dalam kamar dan menjatuhkan tubuhku di kasur. Barulah aku menangis sejadi-jadinya, sudah sejak di cafe tadi aku menahan air mata ini, tapi aku tidak berani menumpahkannya disana, karna menurutku menangis di tempat umum itu tidak tepat.

Entah sudah berapa lama aku menangis. Kulihat jam menunjukkan pukul dua pagi, aku langsung berdiri dan menghadapkan wajahku ke cermin, kulihat mataku sembab, sepertinya aku menangis cukup lama.

Aku duduk di sofa yang ada diujung kamar. 'Kenapa? kenapa lelaki selalu saja meninggalkan wanita yang sudah benar-benar menyayanginya? Ada apa dengannya? apa salahku?' itu yang ada dalam fikiranku saat ini. Sampai akhirnya aku bertekad untuk melupakannya dan melanjutkan hidupku.

Tok tok tok.....

Kudengar ada yang mengetuk pintu kamarku, siapa malam-malam begini yang ingin menemuiku? Tanpa berfikir panjang langsung saja kubuka pintu kamarku.

"Mamih... ada apa?" Ternyata itu wanita yang sudah melahirkanku.

"Kamu gapapa sayang? mamih liat tadi kamu pulang sambil nangis, ada apa?" Mamih memegang tanganku dan menarikku duduk di ujung tempat tidurku.

"Rehan miihh...." Aku menangis dalam pelukan mamih, aku merasa hangat berada dalam pelukan wanita yang telah merawatku dari kecil ini.

"Rehan? ada apa? bukannya dia laki-laki baik ya? kamu diapain sama dia? bilang sama mamih!" Yaaa sudah biasa, beginilah seorang ibu jika melihat anaknya terluka, nyawapun bisa jadi taruhannya, karena sayangnya seorang ibu itu berbeda dengan yang lain.

"Aku putus sama dia mih...dia ga mau kasi tau salah aku apa, tiba-tiba dia mutusin aku gitu aja" Suara tangisku mereda, sekarang aku seperti anak kecil yang mengadu pada orang tuanya kalau sedang bertengkar dengan teman, hahaha aku jadi lucu sendiri. Ada apa denganku? bukannya aku sedang patah hati? kenapa sekarang aku jadi senyum-senyum begini karna teringat masa-masa kecilku yang sering mengadu sama mamih kalau lagi berantem sama teman, hihihi aku ini memang aneh.

"Sudahlah mungkin dia bukan yang terbaik untuk kamu, mamih pikir dia laki-laki baik dan bisa jagain kamu, tapi sudahlah lupakan saja dia, kamu berhak dapatkan yang lebih baik lagi daripada dia. Sekarang kamu lanjut tidur aja, ini udah malam" Aku baru teringat kenapa mamih datang ke kamarku malam-malam begini, mungkin dia khawatir dengan anak tunggalnya ini.

"Iya mih aku lanjut tidur ya. Love you mih" Kukecup pipi mamih. Memang sudah biasa jika anak tunggal selalu dimanjakan orang tuanya, termasuk aku yang sangat manja dengan mamih dan papih.

"Iya sayang" Mamih balik mencium keningku.

Setelah mamih keluar kamar, segera kumatikan lampu kamarku, mencari posisi tidur yang nyaman, kutarik selimut tebalku dan kupejamkan mataku, sampai akhirnya akupun masuk ke dalam alam mimpi dan tertidur lelap.

●•●•●

THE POWER OF MUSLIMAHWhere stories live. Discover now