...tentia?

335 56 48
                                    

Bahkan mungkin perasaan Jisung tidak akan sesenang ini dibandingkan dianugerahi Order of Merlin. Jisung tidak menyangka akan merasa lega dan tertolong saat melihat Moonbok dan burung hantu tua bermuka jelek kesayangannya.

Pria tua menyebalkan itu meringis ngeri saat melihat situasi Jisung. Berantakan dan terkungkung di bawah seorang pemuda berjubah hijau.

"Perkelahian macam apa ini?" desis Moonbok. Burung hantunya beruhu jelek.

"To-tolong aku ... " pinta Jisung lirih.

Jaehwan masih sibuk menggerayanginya, mengabaikan eksistensi si penjaga sekolah paling tidak bersahabat.

Moonbok mendengus mengejek sebelum meraih Jaehwan. Menarik pemuda itu menjauh dengan sekali hentakan.

"Tidak! Lepaskan aku dasar sialan! Jisungku!"

Jisung berjengit ngeri mendengarnya. Jemarinya bergetar mengancingkan kembali kemeja sekolah yang berantakan.

"Lepaskan! Kamu pikir kamu siapa hah?!" Jaehwan semakin meronta. Tangannya menggapai, seolah hendak menjangkau Jisung yang sudah beringsut hingga ke ujung ruangan.

"Lepaskan aku! Sialan! Kamu squib kurang ajar!"

Tamat.

Itu adalah kalimat terakhir yang bisa diucapkan Jaehwan karena Moonbok membanting pemuda itu. Menghajarnya tanpa ampun.

Urat di dahi dan leher pria itu nampak jelas, matanya merah menahan amarah. Tatapan bengisnya masih tidak beranjak dari tubuh tak sadarkan diri Jaehwan. Masih menendang pemuda itu.

Jisung tau lebih dari siapapun, kalau tidak dihentikan. Jaehwan setelah ini mungkin hanya tinggal nama. Karena wajah Moonbok menampilkan kemarahan yang mengerikan. Seolah Azkaban tidak terbayang di benak pria itu saat ia menghajar Jaehwan lebih dari satu kali.

Demi Merlin! Itu Jaehwan. Kim Jaehwan; salah seorang pewaris dari keluarga pureblood berpengaruh. Ditambah posisi ayahnya di Wizengamot. Jisung bergidik.

Sebetapapun Jisung tidak menyukai Moonbok dan sikap buruknya, pria tua itu adalah orang yang menyelamatkan Jisung.

Bergegas ia keluar dari ruangan, celingukan. Tersenyum lega saat melihat Professor Ahn berbelok ke koridor itu.

"Professor!"

.
.
.

Jisung meringis ngeri. Jaehwan terbaring di ranjang Hospital Wing. Matanya tertutup. Lebam dan mengerikan. Perban melilit tangan. Kakinya mengenakan penyangga.

Madam Rose menenangkan Jisung, "obatnya akan bekerja, besok dia sudah akan mendingan."

Mendingan. Yeah, Jisung harap itu benar. Karena rasanya ia turut ambil bagian dari kekacauan ini.

Jisung menutup mata, sebenarnya apa awal mula dari ini semua? Ah, ramuan Amortentia-nya yang sudah pasti gagal. Demi Merlin, Jisung semakin benci dengan ramuan!

Di belakangnya, samar, dari balik pintu, debat antara Professor Soyou---Wakil Deputi---dan Professor Ahn terdengar.

"... dia sudah keterlaluan, menghajar murid seperti itu."

Jisung tidak bisa mendengar bagaimana balasan Professor Ahn. Pria kemayu itu terlalu lembut bersuara.

Terkutuklah rasa penasarannya, telinga Jisung menempel dekat dengan pintu.

"Dan tidak kusangka kau memberikan anak-anak tugas itu! Amortentia! Dimana warasnya itu, hah! Itu Ramuan Cinta berbahaya. Dan kau menyuruh murid tahun kelima membuat ramuan itu!" suara Professor Soyou meninggi.

"Maaf, saya tidak tahu akan berakibat seperti ini."

Soyou mendengus, "ini sebabnya aku tidak mendukung ide Professor Park untuk menjadikan orang tidak berpengalaman mengajar di sini."

"Kita hanya bisa menunggu Professor Park kembali dari urusannya," jeda sejenak.

Professor Ahn tidak menyahut.

"Kalau sampai Kim Jaehwan melaporkan kejadian ini, akan kupastikan bukan hanya Moonbok yang mendapat hukuman. Camkan itu."

Dan yang tersisa hanya suara ujung sepatu Professor Soyou menggema di koridor. Lalu perlahan menghilang.

Jisung secepat kilat mundur dari pintu saat matanya melihat pegangan pintu bergerak.

"Ah? Masih di sini?" senyum Professor Ahn terlihat hambar.

Jisung mengangguk, "Madam Rose meminta saya menunggu, dia mengambil sesuatu dari Green House."

Terdengar "oh," pelan dari Professor Ahn. Ia menoleh pada Jaehwan, "apa dia parah?"

"Dia sudah diberi antidote Amortentia. Beberapa tulangnya patah, tapi akan mendingan besok." Jisung menekankan suaranya pada kata mendingan, berharap bisa mengikis kekhawatiran dari wajah pria di depannya.

"Aku tidak menyangka Amortentia bisa berakibat seperti ini," lirih Professor Ahn.

Jisung membuka mulut. Beberapa penyangkalan muncul di benaknya.

Ini salah Moonbok si penjaga yang memukuli Jaehwan tanpa ampun. Tidak. Itu tidak akan terjadi kalau Jaehwan tidak mengatai pria sensitif menyebalkan itu dengan kata-kata itu. Squib? Siapa yang tidak murka dikatai seperti itu?

Jadi ini salah Jaehwan? Tidak. Jaehwan dalam pengaruh Amortentia. Ramuan Cinta gagal produksi yang dilakukan oleh Jisung.

Hati Jisung nyeri. Jadi ini salahnya? Benar-benar salahnya?

"Ini salah saya," lirih Jisung lebih mirip bisikan.

Jisung terlonjak saat bahunya ditepuk pelan. Ia mendongak, Professor Ahn tersenyum menyakinkan. "Bukan, bukan salahmu."

"Sejak awal sudah salah menyuruh kalian membuat Ramuan berbahaya seperti itu."

Jisung hendak membantah, Professor Ahn mengangkat tangan menghentikan. Ia menepuk pelan puncak kepala Jisung.

"Lagipula itu ramuan illegal."

"Tapi..." kalau saja ia tidak gegabah memasukkan bahan.

"Hanya karena kau prefek bukan berarti kau harus bertanggung jawab untuk semuanya," potong Professor Ahn. Ia menaikkan dagu Jisung, "lihat. Kau bahkan terluka seperti ini."

Itu ulah Jaehwan! batinnya menjerit.

"Kembalilah ke kamarmu, jam malam sebentar lagi."

"Tapi, Professor..."

"Cepatlah, kau tidak ingin kehilangan poin asrama, kan?"

Jisung keluar dengan perasaan tidak enak. Bergegas kembali ke asrama Gryffindor.

.
.

Ia tidak yakin bagaimana bisa sampai di depan lukisan. Fat Lady menggerutu, "mau masuk atau tidak?"

"Eh? Iya." Jisung terdiam sejenak mengingat kata kunci yang baru diganti tadi pagi. Thestral? Bukan. Acromantula? Ah, bukan. Itu! Sumber masalahnya. "Amortentia."

Lukisan terayun, segera Jisung masuk. Ruang tengah asrama nampak ramai. Sebagian berkumpul di dekat perapian. Jisung berbelok menuju tangga. Taehyun yang pertama bertemu muka dengannya memandang bingung.

"Wajahmu kenapa?"

"Eh? Aku terjatuh."

Bibir Taehyun berjungkit sangsi, "bagaimana kau jatuh sampai luka berantakan seperti ini."

Tangan Taehyun menunjuk kumpulan luka di wajah Jisung, termasuk lehernya yang penuh bekas kemerahan. Mata Taehyun melotot, ia mendekat. Jisung mundur selangkah, tapi Taehyun semakin dekat.

"Bekas merah seperti ini sih..."

"Aku mengantuk, dah!" Bergegas Jisung menaiki tangga, meninggalkan Taehyun yang tersenyum ganjil.

"Rupanya prefek kita sudah tidak jomblo lagi?" ia terkikik, lalu kemudian tersadar. "Tapi, sepertinya aku harus mencari tahu. Orang ini mainnya kasar sekali sampai luka-luka seperti itu. Awas saja kalau dia sampai menyakiti prefek Gryffindor!"

Accio: Grá 🍀 [Kim Jaehwan x Yoon Jisung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang