Bab 12 - Midnight Talk

680 123 26
                                    

"Even if I cry as much as I hate you, even if I try to forget you

At the corner of my mind, in my heart,

I still miss you,"

-Kim Doyoung, Hard For Me-





". . . . anggap saja aku tidak pernah muncul di kehidupanmu,"



Doyoung terhenyak mendengar kalimat yang diucapkan perempuan itu lamat-lamat sebelum pergi meninggalkan ruangannya. Dia mematung sambil masih menunduk. Rasanya jantung Doyoung sudah runtuh. Lagi-lagi, dia ditinggalkan.


Tidak tidak tidak, harusnya tidak seperti ini.


Ada bagian dari dirinya yang berkata bahwa apa yang sudah dilakukannya itu salah. Tapi Doyoung tidak mengerti. Dia merasa marah pada dirinya sendiri. Dia marah, dia kacau, Doyoung menjambaki rambutnya sendiri, mengerang melampiaskan emosinya.


Bayangan-bayangan itu kembali berkelebat di benaknya. Anak laki-laki itu. Orang-orang itu. Perempuan berisik dengan senyuman bulan sabit itu.


"Aaaaarrrgh,"


Doyoung melihat vas bunga berisi bunga aster biru diatas meja, mengingatkannya pada perempuan itu.


Perempuan berambut panjang yang sekarang sudah pergi. Dan mungkin tidak akan kembali.


Dia meraihnya, dan membantingnya ke lantai, menimbulkan bunyi yang amat nyaring.


PRANNG


Doyoung gelap mata, tidak bisa berpikir, pikirannya kosong, tubuhnya bergetar, dia berlutut di lantai, mengambil salah satu pecahan vas bunga itu. Lalu menggenggamnya erat. Membuat cairan merah kental mengucur pelan dari telapak tangannya.


Rasanya tidak sakit. Mungkin ini Cuma mimpi disiang hari.


Tolong seseorang bangunkan aku.





"Astaga APA YANG KAU LAKUKAN?"


Taeyong berteriak kaget melihat pemandangan yang pertama kali dilihatnya saat masuk ke kamar Doyoung.


Dia datang bersama dengan suster Hwang setelah mendapat telepon singkat. Menyuruhnya untuk memastikan pasiennya itu baik-baik saja.


Nyatanya dia tidak baik-baik saja.


Vas bunga pecah.

Two is Better than OneWhere stories live. Discover now