Epilog

1.5K 172 25
                                    

Pas baca ini sekalian dengerin lagu di mulmed ya, aku juga gak tau sih bakal nyambung apa enggak tapi coba aja .-. jangan lupa baca a/n di chap selanjutnya juga ya, terus maaf juga kalo epilognya absurd begini:") i tried my best:"")

***

Setelah pulang sekolah, aku langsung melajukan mobilku ke tempat yang aku dan si Pengirim Pesan Tengah Malam Dengan Inisial LH itu janjikan tengah malam tadi, pemakaman dekat taman kota. Aku juga sedikit bingung dengannya, kenapa dia lebih memilih pemakaman ketimbang kafe ataupun tempat lainnya? Mungkin dia ingin lebih berbeda?

Setelah sampai di tempat tujuan, aku meraih ponselku yang tergeletak di dashboard. Aku melirik jam yang tertera di layar ponselku, masih 15 menit lagi dari waktu yang kami berdua janjikan. Lalu aku membuka ikon pesan dan kembali membaca semua percakapanku dengan si LH di tengah malam.

Sebuah senyum tipis terukir dengan sempurna di wajahku ketika aku membaca semua isi percakapanku dengannya. Tentu kalian sudah tahu, kan, perasaanku pada si LH? Ya, aku menyukainya. Tapi di saat aku baru menyukainya, dia menyuruhku untuk moving on karena sebuah alasan yang sangat simpel; Aku tidak mau perempuan yang aku cintai terluka pada akhirnya, begitu katanya. Kalau dia tidak mau aku terluka, kenapa selama ini dia terus mengirimiku pesan-pesan yang selalu membuatku tersenyum dan, ya.. tersipu malu? Itu sama saja seperti dia telah membawaku terbang lalu setelah aku sampai di puncak, dia tiba-tiba saja menjatuhkanku dari atas sana dan rasanya begitu sakit.

Kalau boleh jujur, LH adalah orang pertama yang berhasil membuka hatiku kembali setelah hampir empat tahun aku ngestuck pada satu orang. Dia adalah Luke Hemmings, orang populer di sekolahku saat itu. Hampir semua perempuan di sekolahku menggila-gilainya, tapi sayang, Luke tidak pernah menggubris mereka dan selalu bersifat dingin pada mereka. Dan pada saat acara kelulusan, tiba-tiba saja dia menghilang tanpa kabar. Bahkan Calum—sahabatnya Luke dan sekarang juga menjadi temanku karena kami satu sekolah lagi sekarang dan kami juga lumayan dekat sekarang—tidak tahu sama sekali kabar tentang Luke. Calum sudah mencoba pergi ke rumah Luke keesokan harinya setelah acara kelulusan, tapi hasilnya nihil. Keluarganya Luke juga sudah pergi menghilang setelah acara kelulusan itu. Dan sampai sekarang, masih belum ada yang tahu keberadaan Luke dan keluarganya.

Jam sudah menunjukan pukul 3 sore ketika aku sudah selesai membaca semua isi pesanku dengan si LH setiap tengah malam. Aku keluar dari mobil lalu melangkahkan kakiku menuju ke sebuah makam yang berada di sebelah kanan baris kedua dari parkiran, seperti yang di katakan LH tengah malam tadi.

Di sana aku mendapati seorang laki-laki dengan baju seragam yang sama denganku. Dari postur tubuhnya, aku sepertinya kenal dengan laki-laki itu. Tapi masa iya dia? Toh, LH mengatakan kalau inisial namanya itu L dan H, bukan C dan H.

Suara derap langkahku membuat laki-laki dengan seragam yang sama denganku itu menoleh. Dia kemudian tersenyum ke arahku dan aku bisa melihat matanya yang sembab saat dia menoleh ke arahku.

"Hai," sapanya dengan suara parau.

Aku mengernyit heran kemudian berjalan mendekat ke arahnya. "Calum, kau kenapa menangis?" tanyaku.

Dia tidak menjawab pertanyaanku, namun tangannya menunjuk ke arah pusara. Aku kemudian menolehkan kepalaku ke arah pusara dan membaca nama yang tertera di sana. Tubuhku seketika langsung menegang dan aku tidak tahu harus berbuat apalagi selain menggeleng tidak percaya dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk mataku. Di sana, di pusara itu, tertulis dengan jelas nama laki-laki yang empat tahun belakangan ini aku cintai dan tiba-tiba saja menghilang saat acara kelulusan dua tahun lalu. Luke Hemmings.

"Kau.. kau.. kau tahu darimana?" tanyaku setelahnya.

Calum menghela nafas sebentar lalu menjawab, "Kemarin, setelah dua tahun menghilang, aku kembali bertemu dengan ibunya Luke. Aku bertanya padanya kenapa dia menghilang tanpa kabar selama dua tahun ini, lalu dia menjawab kalau dia pergi ke sebuah kota untuk menenangkan dirinya." Calum memberi jeda sebentar. "Aku kemudian bertanya tentang Luke dan dia menjawab kalau.. kalau Luke.. kalau.." Dan setelah itu, Calum sudah tidak bisa melanjutkan kalimatnya lagi karena tangisnya kembali pecah. Aku kemudian mengusap bahunya, guna menenangkannya.

Chatting at Midnight ▶ l.hWhere stories live. Discover now