Chapter 5: part 1

294 62 23
                                    

Bagas sedang berada di sebuah gudang belakang club malam tersebut, saat suara Joker mengalun.

'Daniel di culik oleh dua orang pencuri asal Jerman'

Ia menaikkan alis, posisinya di luar gedung sedang bersender tepat di pintu yang terkunci. Menunggu datangnya bawahan Mingyu.

"Siapa?"

'Dua saudara Beilschmidt'

"Bagaimana dengan misi?"

'Sukses, cuma dia dapat luka di betis kanannya'

"Ah begitu"

'Begitu?! Apa maksudmu Than! Dia luka parah, kau tidak khawatir dengannya?'

"Kau khawatir padanya Joker?"

Hening seketika.

Bagas menyunggingkan seringai, tatapannya masih tertuju lurus. Kosong. "Aku yang mengambilnya, mengapa kau begitu sibuk mengurusinya eh?"

Terdengar hembusan nafas.

'Itu bukan urusanmu'

"Urusanku jika menyangkut milikku"

'Milikmu?! Kau suka dengannya? Kalau tidak mengapa kau begitu protektif pada hal yang sebenarnya merepotkan seperti ini?!

"Hanya ingin merubahnya"

'What the hell Than?! Kau akan menghancurkan hidupnya! Kenapa tidak sekalian saja dibunuh hah?!'

Bagas diam. Matanya menerawang, dalam hati sebenarnya ia setuju. Tapi...

Daniel mengingatkannya akan seseorang, yang sudah lama ingin di temuinya.

'Hah sudahlah, sekarang mereka sedang menuju tempatmu'

Bagas tidak menjawab. Posisinya tetap seperti itu. Hingga beberapa detik kemudian terdengar langkah kaki terburu. Kemudian ia bisa melihat beberapa orang dengan pakaian kemeja hitam menatapnya curiga.

"Dimana sajangnim?"

Bagas menegakkan badan, tersenyum ganjil. "Dia sedang 'bersenag-senang'" Ucapnya santai dengan jari mengutip pada kata bersenang-senang. Seakan menekankan.

Salah satu dari mereka mendengus. Kemudian membuka kunci pintu yang tadi di senderinya. Setelah terbuka memasukinya bersama yang lain.

Tanpa di perintah Bagas juga masuk begitu saja dengan tangan masih membawa koper. Ia mengikuti anak buah Mingyu yang berhenti di sebuah benda yang tertutup kain, mereka menariknya. Lalu terpampanglah sebuah benda bertumpuk yang di tutupi oleh bungkusan kertas coklat.

Bagas maju dan mengambil salah satunya, merobek kertas tersebut yang berisi puluhan bungkus plastik dengan kokain di dalamnya.

Satu plastik ia ambil, membuka perlahan agar tidak merusak bungkusan kemudian menghirupnya. Aroma khas narkoba yang familiar tercium. Menatap anak buah Mingyu, mengangguk seakan mengkonfirmasi persetujuan.

Ia kemudian menyerahkan koper di tangan. Yang dibuka langsung untuk memastikan ke asliannya.

"Anak buahku akan mengambil ini, kalian tunggu saja di sini"

Ucapnya datar, yang disetujui begitu saja.

Tanpa mereka sadari, Bagas sebenarnya sudah meletakkan sekitar lima buah bom asap kecil yang berisi racun. Ia keluar dari ruangan dan menutupnya, kemudian mengambil remot yang ada di saku dan memencet tombol merah di remot.

Bush!

Suara ledakan asap terdengar, kegaduhan sempat terjadi. Namun hanya sampai lima detik, kemudian sunyi seketika.

Bagas tak perlu menerka mereka sudah kehilangan nyawa atau tidak. Ia yakin dengan racunnya. Memasang masker yang sempat di sembunyikan di bawah bangku rusak samping gudang karena malam jadi tak terlihat, dan masuk begitu saja pada ruangan itu yang kini senyap.

Tubuh-tubuh bergelimpangan dengan mata yang tak sempat tertutup akibat ajal lebih cepat dari kedipan, ia tak mempedulikannya.

Berjalan kearah koper yang tergeletak dengan uang sedikit berceceran. Memastikan tidak ada yang kurang, ia berdiri. Menatap dingin pada onggokan tubuh di sekitar. Kemudian bergumam.

"Mission Complete"

TBC

A/n: Sorry pendek tapi lusa Ryu bakal update lebih panjang.

Cuma mau nanya...

Misalnya kalau rumah hampir ke bakar, apa reaksi kalian? Dan itu penyebabnya oleh kalian sendiri.

Takut? Deg-degan? Merasa bersalah? Atau lainnya?

Jelaskan sejelas jelasnya.

Pasalnya Ryu ngalamin itu. Yang bikin Ryu ngeri adalah bukan takut rumahnya hangus dan sekenario buruk lainnya, tapi malah perasaan Ryu yang malah tenang bahkan cenderung dingin.

Waktu orang tua nelpon sambil marah karena rumah di tinggal dalam keadaan kompor nyala dalam waktu 6 jam, Ryu terkejut. Tapi gak ngerasa bersalah atau sampai ngerasa takut. Sama sekali gak ada.

Justru itulah yang bikin Ryu resah.

Ini bukan pertama kalinya Ryu 'terlalu tenang' jika ada kejadian bagi orang normal pasti memberikan reaksi yang ngeluarin takut, cemas, bersalah, marah, nangis, yang wajar.

Jujur Ryu ngerasa sisi kemanusiaan dalam diri makin pupus. Soulmate Ryu juga lagi jauh sekarang, dan bingung mau nyeritain kemana.

Apa harus ke psikolog atau malah psikiater?

Ryu frustasi bahkan sampai belum tidur selama tiga hari.

Maaf kalau tulisan panjang karena curhatan Ryu, tapi kalau di pendem takutnya malah jadi kayak bom waktu. Sambil nunggu Soulmate Ryu dateng.

Terimakasih untuk semuanya, tunggu lusa ya kalau tidak ada halangan untuk update.

THANATOSWhere stories live. Discover now