Chapter 5

854 91 14
                                    

"PERGI! PERGI KAU DARI SINI, BRENGSEK!"

"Na-Natsu?"

"Maaf. Maafkan aku.... Maafkan aku karena bersikap kasar padamu tadi."

.
.
.
Lucy terbangun karena sinar mentari yang menembus tirai tipis di kamarnya. Kamar di istana Natsu tepatnya, bukan kamarnya di Negeri Selatan. Lucy mengernyit nyeri saat hendak menguap. Pipi dan dagunya sakit gara-gara pukulan telak Deliora semalam. Lucy mengelus pelan dagunya, sebuah perban terpasang di sana.

"Kau bangun?"

Lucy menengok tiba-tiba dan merutuki rasa sakit di wajahnya itu. Rasa berdenyut-denyutnya membuatnya berjengit sakit. Natsu duduk di kursi di depan Lucy. Pria itu meraih dagu lucy dan membuka perbannya. Dia kemudian mengganti perban itu dengan perban baru yang ada di pangkuannya. Lucy tidak pernah menyangka dengan kuku tajam dan tangan kasar, Natsu bisa bertindak selembut ini.

"Kau akan sulit mengunyah untuk beberapa hari. Makan bubur ini," ujarnya sembari menyodorkan mangkuk dengan uap mengepul di atasnya.

"A-pa i-tu?"

"Kau juga akan kesulitan bicara, jadi jangan banyak protes," tukas Natsu membuat Lucy mengerucutkan bibirnya. Sesaat kemudian, gadis itu pun tersenyum kecil hingga mungkin Natsu tak menyadarinya dan memakan bubur itu.

Lucy mengemut bubur itu pelan dan terkejut dengan rasanya. "Kau yang memasak ini?" tanyanya. Sekuat tenaga dia tahan rasa sakit di dagunya itu.

Natsu hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. Ketika melihat ekspresi bersinar di mata Lucy, Natsu menggaruk tengkuknya dan berjalan mendekati jendela.

"Ini enak! Lain kali- Ugh!" Lucy mengelus pipinya sembari mengernyit sakit. "Lain kali perlihatkan bagaimana caranya kau memasak," lanjutnya.

Natsu hanya mengangguk pelan tanpa menatap Lucy. Matanya terpaku ke luar jendela entah menatap apa. Walaupun begitu, Lucy tahu jawabannya adalah ya, tetapi, Lucy tidak tahu fakta lain bahwa sisik di wajah Natsu terlihat lebih merah hari ini.
.
.
Sementara itu...

Raja Jude tengah mengusap pelan pigura kecil di tangannya. Sebuah potret gadis dengan senyuman manis yang pasti membuat tiap pria bertekuk lutut.

"Yang Mulia. Mereka sudah tiba...," ujar Panglima Taurus yang tidak disadari kedatangannya oleh Raja Jude.

Raja yang merangkap sebagai ayah itu hanya mengangguk lesu. Dia simpan pigura itu di meja kecil tempat tidurnya lalu menyeret kakinya menuju arah yang ditunjuk panglimanya.

Di ruang singgasana, Raja Jude mendudukkan tubuhnya yang mulai meringkih. Ditatapnya tamu yang mungkin menjadi harapan terakhirnya untuk mendapatkan kembali putri kesayangannya.

Tamu penting itu beserta pendampingnya menunduk hormat pada Raja Jude. Dengan helaan nafas lelah, Raja Jude menyuruh mereka bangkit. Lalu, dia pun berkata, "Harusnya aku yang menunduk hormat pada kalian karena akulah yang meminta pertolongan."

Sang Tamu hanya tersenyum kecil dan menjawab, "Tidak, Yang Mulia. Sudah sepatutnya kami yang menunduk hormat. Apalagi pada orangtua."

"Aku tidak setua itu, tapi, ya, aku akan menjadi orangtuamu jika Putri Lucy bisa kau temukan," ucap Raja Jude membuat tamu itu merona.

"Aku... Sting Eucliffe, pangeran dari Negeri Utara, berjanji akan membawa Putri Lucy kembali."
.
.
"Ini... Sama sekali bukan dapur," ungkap Lucy menatap pintu ganda besar yang gagangnya terikat rantai sebesar tangan Lucy. Lucy mencoba mengangkat rantai itu dan tidak kaget dengan beratnya yang mungkin mencapai sejuta kilogram.

Fairy Tail: Beauty and The BeastWhere stories live. Discover now