Stray

8.8K 536 120
                                    

if you don't like it, leave this story immediately.





. . .








"Kau bisa ikut, tak perlu mengeluarkan uang sepeser pun, segalanya ditanggung oleh Taehyung." Ujar Jungkook saat ia dan adiknya berebut tempat di depan cermin kecil di kamar mandi.

"Dan menjadi obat nyamuk untuk kalian berdua?" Jaemin menepuk beberapa kali kaus bagian pundaknya yang terjatuhi debu dari atap. Ia memastikan kotoran itu benar-benar hilang sebelum kemudian tersenyum pada kakaknya. "Tidak, terimakasih."

Jungkook merengut, dengan pinggulnya ia menyenggol Jaemin yang menghalanginya. Dia menguncir rambut hitamnya yang mulai gondrong menjadi baby man bun dengan poni menutupi dua alis tebal. Sambil menatap cermin, Jungkook memastikan penampilannya sudah seperti apa yang ia inginkan.

Jaket kulit hitam, kaus putih yang diselipkan ke celana jins biru gelap, dan sepatu bot hitam.

Jungkook terlihat sederhana tapi menarik.

Setelahnya, ia mengalihkan tatapan dari cermin ke wajah Jaemin. "Ayolah, Nanaaaa." Rayu Jungkook dengan memanggil nama kecil sang adik dalam rengekan panjang. "Aku hanya ingin kau menemaniku."

Jaemin mendesak Jungkook ke belakang agar bisa memeriksa penampilannya lagi. Menyugar rambut gelapnya, berlagak sok keren di depan cermin, dan mendecak kagum dengan ketampanan dirinya. Sedikit narsis, tapi kerupawanannya merupakan fakta.

"Aku masih ingat, ya, terakhir kali aku ikut, kalian sibuk bermesraan. Sementara aku? Berada di belakang kalian seperti kacung yang setia. Jadi, tidak. Jangan bertanya lagi atau kau akan kupukul."

"Aku cuma khawatir." Jungkook menyandarkan diri di dinding terdekat. Matanya mengawasi gerak-gerik Jaemin lekat. "Kau anak rumahan, tidak pernah keluar selain untuk kuliah atau jalan-jalan, itupun bersamaku. Aku hanya takut kau diculik lalu diperjual belikan. Kau itu adikku satu-satunya, kalau hilang, aku tak punya siapapun lagi."

Jaemin menggeleng, lagi-lagi menyugar rambutnya dan mencondongkan tubuh ke cermin untuk memoles lipgloss kepunyaan sang kakak ke bibirnya yang kering. Setelah selesai, ia menegakkan tubuh, tersenyum pada bayangannya sendiri, lantas berucap, "Benar katamu aku memang anak rumahan, kak. Tapi bukan berarti aku tidak tau caranya bersenang-senang selain merebah di dalam kamar. Hilangkan rasa khawatirmu itu. Aku sudah dua puluh, bukan bocah TK yang hanya bisa kencing di celana."

"Tapi—"

"Selamat bersenang-senang dengan pacarmu, kak. Aku pergi."

Jaemin keluar dari kamar mandi tanpa menoleh. Meninggalkan Jungkook yang menatapnya tanpa berkedip hingga sosok adiknya hilang ditelan pintu.






. . .







Ketika Jungkook berjalan keluar rumah setelah mengunci pintu—ia mendapati sosok pacarnya sedang bersandar di badan mobil sembari menggenggam gawai di salah satu tangan.

"Hari ini pakai mobil?"

"Yap." Taehyung mengangguk cepat. Ia menatap langit sekilas dan berujar, "Kau harus lekas masuk kalau tidak mau basah kuyup. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan." Setelah berbicara hal itu, Taehyung segera menghampirinya. Menggandeng tangan Jungkook—setengah menyeretnya agar si manis berjalan sedikit lebih cepat.

Ia mendorong Jungkook masuk ke kursi penumpang, telapak tangannya melindungi kepala Jungkook supaya tidak terantuk bagian atas mobil. "Pakai sabuk pengamannya, prince." Ujarnya sembari menutup pintu dan berjalan menuju pintu pengemudi.

Saat masuk ke dalam, Taehyung menemukan Jungkook tengah menatapnya tanpa berkedip dengan sabuk pengaman belum terpasang. Ia mendengus. "Kenapa sabuk pengamannya tidak dipasang-pasang?"

Parabolic (KTH + JJK)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang