23 | Problem

4.3K 568 92
                                    

Irene berjalan menaiki anak tangga sambil membawa nampan berisi sarapan untuk Ahreum. Dia tau, beberapa hari ini Ahreum sangat susah untuk makan entah karena apa. Dia juga tau benar bagaimana keadaan di rumah, Jimin juga mendiamkan Ahreum.

Tok... Tok... Tok...

“ Ahreum? ” Tidak ada jawaban, dia mendekatkan telinganya, tapi Irene tetap tidak mendengar apapun.

Akhirnya, dia meraih knop pintu dan memutarnya. Tidak dikunci, Irene mendorong pintu itu pelan dan melangkah masuk.

PYAAARRRR....

“ AHREUM?! ” Irene memekik kaget saat melihat Ahreum tengah tergeletak tidak sadarkan diri di lantai.

Dan ternyata, suara itu berhasil mengundang kedatangan Jimin dan juga beberapa pelayan lain. Irene segera bersimpuh di sampig Ahreum, menepuk pipi itu beberapa kali berharap sang empu akan membuka mata. Tapi nihil, Ahreum tidak memberi respon apapun.

Jimin menyeruak masuk dan segera mengambil ahli tubuh Ahreum ke pangkuannya. Melihat keadaan Ahreum yang seperti itu mampu membuat hatinya mencelos. Ini salahnya, dia harusnya tidak membiarkan Ahreum merasakan kehancurannya sendirian. Harusnya semalam Jimin tidak tersulut emosi. Harusnya dia bisa memeluk Ahreum, bukan ikut menghakiminya.

“ Ahreum! Buka matamu! ” Jimin menepuk pelan wajah Ahreum. Dan tetap sama, dia tetap tidak memberi respon.

“ Hubungi Rumah Sakit! Minta beberapa dokter untuk kemari! Cepat! ”

“ Baik Tuan. ”



“ Apa yang sudah kau lakukan pada Rey? ” Taehyung masuk ke ruang kerja Jungkook.

Pria bermarga Jeon itu nampak tidak baik, wajahnya yang biasanya tegas kini nampak muram dan lelah. Salah satu tangannya juga diperban, dia nampak menyibukkan diri dengan pekerjaannya.

“ Keluarlah! Aku banyak pekerjaan. ” Kata Jungkook terkesan begitu datar.

“ Apa ini pria yang disebut Ayah? Seorang Ayah tidak akan membiarkan putrinya menangis, bahkan membentaknya! Aku tau, dari kecil Rey tidak pernah melihat kau bersikap kasar padanya! Baginya, kau adalah pahlawan super yang selalu merengkuhnya! Dengan kau membentaknya seperti itu, kau membuatnya berpikir bahwa kau adalah monster! Kejam dan jahat! Katakan saja satu hal, apa yang kau mau?! ” Tantang Taehyung. Dia marah karena seumur hidupnya, dia tidak pernah melihat Reyna seperti itu, menangis dan murung hingga berhari-hari.

“ Apa yang kau harapkan, hyung? Kau mau aku menunggu adikmu lagi? Cukup! Aku tidak hanya menunggunua selama 1 atau 2 hari, tapi hampir 4 tahun dan setelah dia tau bahwa aku suaminya! Bukannya kembali dia malah mengatakan kalau dia mencintai lelaki lain! Bisa kau bayangkan perasaanku?! Aku mencintainya lebih dari apapun! ” Kembali teringat kalimat yang paling tidak Jungkook sukai. Saat Ahreum mengatakam bahwa dia mencintai Jimin.

“ Kalau begitu buktikan! Buktikan kalau kau mencintai adikku! Kau suaminya, tidak mungkin kau tidak tau siapa Ahreum kan? Dia egois! Dia lebih mementingkan kebahagiaan dsn keadaan orang lain dibandig dengan dirinya sendiri! Dia keras kepala! Pembohog! Kenapa kau masih tidak paham kalau dia membohongimu! Sampai kapanpun dia hanya akan mencintaimu dan Reyna! Bukan lelaki itu, bodoh! KENAPA KAU MASIH TIDAK MENGERTI?! ” Taehyung menarik kerah kemeja Jugkook hingga sang empunya berdiri paksa.

Jungkook masih terdiam, dia mengalihkan pandangannya.

“ Keputusanku sudah bulat, hyung. Aku akan rujuk dengan Jihan! ” Tegasnya. Taehyung tersenyum masam lalu melepaskan kerah kemeja Jungkook.

“ J... Jungkook... B... Benarkah? ” Baik Jungkook ataupun Taehyung segera menoleh ke arah sumber suara, tepatnya di ambang pintu. Jihan berdiri dengan senyum sumringah di sana.

Taehyung tersenyum miring meskipun matanya berkaca-kaca, bukan karena haru tapi sedih. Dia merasa adiknya sangat tidak pantas dipermainkan seperti ini!

“ Aku tidak pernah menyangka cintamu pada Ahreum akan sedangkal ini! Harusnya, saat itu aku menyetujui perjodohan kalian! ” Kata Taehyung lalu pergi dari sana dengan emosi yang sudah berada di ubun-ubun.

“ J... Jungkook— ”

” Tolong Jihan, jangan sekarang. Aku sedang sibuk! ” Sarkas Jungkook yang berhasil membuat Jihan mundur.



3 Minggu Kemudian...

Tit... Tit... Tit...

Suara pendeteksi detak jantung terdengar nyaring memenuhi seisi kamar Ahreum. Terhitung sudah 2 minggu, Ahreum terbaring dengan keadaan kritis di ranjang kamarnya. Peralatan medis lengkap terpasang di tubuhnya, mulai dari infus, alat bantu pernafasan, pendeteksi detak jantung, sampai alat pencuci darah. Tubuhnya kian kurus dan pucat, mata itu juga seakan enggan terbuka. Membuat Jimin menyesal sedalam-dalamnya.

Seharian ini juga, Jimin tidak pernah beranjak dari tempatnya. Dia terus menggenggam tangan Ahreum seerat yang dia bisa. Dia juga tidak kuasa menahan air matanya, dia terlalu dalam menyakiti Ahreum, tidak seharusnya semua kata-kata itu keluar dari bibirnya dan menyakiti Ahreum.

Ceklek...

Pintu bercat putih itu terbuka pelan dan menampakkan seorang wanita berjas putih. Jeon Somi, dokter yang sudah Jimin minta untuk memantau keadaan Ahreum.

“ Istirahatlah sebentar. Aku akan memeriksa keadaannya. ” Somi menyentuh pelan pundak Jimin yang terlihat lelah. Dia tau, belakangan ini Jimin sangat jarang tidur, yang dia lakukan hanya menjaga Ahreum siang dan malam.

Jimin memandang wajah Ahreum yang terlihat damai.

“ Aku akan segera kembali. ” Katanya lalu meninggalkan Somi dan Ahreum.

Sebuah garis senyuman terbentuk di bibir Somi, dia memandang Ahreum lembut lalu menyentuh tangan yang bertengger manis di perut. Perlahan, dia membuka baju Ahreum, melihat luka bekas operasi yang sudah hampir pudar.

“ Ini pasti menyakitkan. Tapi aku salut padamu. Kau begitu kuat dan berharga untuk Jimin. Bangunlah, bukan untuk siapapun. Hanya Jimin. ” Kata Somi, dia adalah reka kerja bahkan teman masa kecil Jimin.

Dia tau siapa Jimin luar dalam, seperti apa hatinya. Dia memang terlihat kuat di luar tapi jauh dalam hatinya, dia hancur berkeping-keping.

Somi tersenyum lalu merasakan sesuatu yang aneh di perut Ahreum. Sedikit membuncit dari biasanya. Dia menautkan alisnya bingung. Cepat-cepat dia memasang stetoskop dan memeriksa tepat di bagian perutnya. Matanya membelalak seketika, dia menatap wajah Ahreum tidak percaya.

“ Ini tidak mungkin. ” Gumam Somi.

















Hai hai.... I' m back...
Dengan cerita ini lagi, sorry semalem karena Ken ga bisa up. Ken capek banget.
Makasih buat kalian yang udah setia nungguin Ken dalam keadaan apapun.
Sabar... Ken mungkin sering ga up akhir-akhir ini itu karena Ken banyak kerjaan.
Sabar ya, Ken juga lagi usaha buat bikin draft yang berkualitas. Jadi sekali lagi, harap bersabar ^^
❤❤❤❤❤❤❤

Still Want YouWhere stories live. Discover now