dua puluh dua

692 118 18
                                    

Taemin sudah ditangani oleh dokter dan masuk ke dalam ruang rawat inap. Dada lelaki itu nyaris seluruhnya dililit oleh kain putih sebelum dilapisi oleh piama rumah sakit. Hal itu membuatnya tidak dapat bergerak dengan bebas.

"Apa yang harus aku katakan jika Naeun menanyakan keadaanmu?" tanya Seongwoo yang sedari tadi duduk di sofa di seberang tempat tidur Taemin.

Taemin yang sedang mencoba menggerak-gerakan tubuhnya agar tidak kaku pun menjawab, "Bilang aku baik-baik saja. Hanya butuh waktu untuk kembali pulih."

Seongwoo menghela nafas mendengarnya. "Kau memang butuh waktu untuk pulih." jawab lelaki itu.

Pintu ruangan bergeser tepat setelah Seongwoo selesai berbicara. Jongin pun terlihat berdiri disana setelah pintu terbuka dengan sempurna. Namunia terlihat sendiri, tidak ada tanda-tanda orang yang sedari tadi ingin dilihat Taemin berada di sekitar Jongin.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Jongin lalu kembali menutup pintu di belakangnya.

"Tidak ada masalah besar. Hanya tulang rusuk retak dan tulang bahu bergeser." jawab Seongwoo sarkastik.

Jongin terlihat terkejut dan langsung menatap Taemin dengan banyak tanda tanya.

Taemin mengangkat bahunya sedikit karena masih sulit baginya untuk bergerak. "Aku akan pulih. Hanya butuh waktu." jawabnya.

Jongin langsung mengerti dan hanya bisa menghela nafas. "Naeun bilang akan menyusul setelah mengurus beberapa hal. Aku tidak tahu apa jika kau mau bertanya." ucap Jongin lalu duduk di sebelah Seongwoo.

Seongwoo langsung menoleh ke arah lelaki yang baru saja duduk di sampingnya. "Kau yakin ia hanya mengurus beberapa hal?" tanya Seongwoo.

"Aku menyuruhnya berganti pakaian dan setelah itu ia bilang akan menyusul." jawab Jongin lalu menoleh ke arah Taemin. "Kau mengirimnya padaku karena tidak ingin ia mendengar diagnosa dokter 'kan?"

Taemin tidak menjawab pertanyaan Jongin. Ia malah mengalihkan pandangan ke arah yang berlawanan.

"Lagi." gumam Jongin. "Lagi-lagi kau bersikap seperti ini. Jika kau tidak mencoba bicara jujur padanya, kalian hanya akan mengulang permasalahan yang sama."

»«

Hari sudah gelap ketika Taemin berakhir sendirian di dalam ruang inap dengan bau obat-obatan itu. Ia memandang keluar jendela di mana langit sangat gelap nyaris tak berbintang. Ia bahkan tidak tahu apa itu karena awan mendung atau hujan memang sudah turun. Pikirannya terlalu sibuk memikirkan perkataan Jongin sore tadi. Apa ia lagi-lagi membuat kesalahan?

Lamunan Taemin berhenti ketika suara pintu bergeser kembali terdengar. Semua pikiran anehnya segera menghilang ketika melihat senyum manis Naeun saat gadis itu melangkah memasuki ruang inapnya. "Kau datang." Taemin tersenyum.

"Tentu saja." Naeun berdiri di samping tempat tidur Taemin. "Tidak ada alasan untuk aku tidak datang." jawabnya lalu menaruh satu buket bunga yang ia bawa di atas nakas.

Taemin pun bangkit perlahan-lahan dari posisi tidurnya untuk duduk. "Seharusnya aku yang memberimu bunga hari ini." gumam lelaki itu.

"Aku tidak memberi bunga itu untukmu. Aku mendapatkannya dari orang lain ketika akan pergi kemari." jawab Naeun datar.

Taemin tidak tahu harus bicara apa. Akhirnya lelaki itu hanya diam.

"Bercanda." lanjut Naeun lalu tertawa. Ia hanya ingin mencairkan suasana antara dirinya dan Taemin yang entah kenapa tiba-tiba terasa canggung.

Tanpa Taemin sadari ia menahan nafasnya sedari tadi. Ia akhirnya bisa bernafas lega setelah Naeun melepas tawa. "Kau membuat jantungku melompat." ucap lelaki itu.

"Ayolah, aku bahkan tidak pernah komentar walaupun banyak gadis yang memberimu hadiah." jawab Naeun sebelum duduk di kursi kecil yang berada tepat di sebelah tempat tidur.

Taemin menatap Naeun dengan penuh tanda tanya. Selalu ada sesuatu ketika gadis itu membahas hal yang tidak ia sukai. "Apa yang terjadi?" tanya Taemin.

Naeun mengangkat salah satu alisnya. "Apa?" tanyanya kembali.

"Apa terjadi sesuatu padamu?" tanya Taemin lagi.

"Aku tidak apa-apa. Bagaimana denganmu?" Naeun kini mulai memberi tatapan yang berbeda dari biasanya. "Apa yang dikatakan dokter?"

Taemin mengulurkan tangannya ke depan Naeun. Gadis itu sempat ragu untuk sesaat sebelum akhirnya meraih dan menggenggam uluran tangan Taemin. "Aku akan mengatakan semuanya padamu. Aku harap kau juga bisa melakukan hal yang sama." ucap Taemin sambil mengeratkan genggaman tangannya.

Naeun tidak menjawab. Ia hanya menatap tangannya dan tangan Taemin yang saling bertautan.

"Aku tidak bisa bilang bahwa aku baik-baik saja. Tulang rusukku retak dan tulang bahuku bergeser. Butuh waktu hingga enam bulan untuk aku bisa kembali pulih dan bisa melakukan aktivitas dengan normal." Naeun mendongak setelah mendengarnya.

"Menari? Tentu saja tidak bisa aku lakukan selama masa pemulihan." jelas Taemin dengan sejelas mungkin. Mata Naeun kini dibendungi oleh air mata. "Hei, lihat aku." Taemin memegang pipi gadisnya. "Jangan menyalahkan dirimu atas apa yang terjadi padaku. Ini bukan salahmu. Aku sendiri yang memutuskan untuk melompat ke arahmu dan aku tidak akan pernah menyesali hal itu. Aku tidak menyesal karena kau baik-baik saja." lanjut lelaki itu lalu menghapus air mata yang jatuh ke pipi Naeun.

Bukan berhenti menangis, Naeun malah semakin terisak. Ia terus meminta maaf dalam suara yang tidak terdengar dengan jelas karena beradu dengan tangisan. Tangannya masih menggenggam erat tangan Taemin.

"Jangan buat aku ingin memelukmu ketika aku tidak bisa melakukannya." keluh Taemin. Ia sangat ingin menarik Naeun dalam pelukannya namun hal itu sulit ia lakukan untuk saat ini.

Naeun tertawa mendengar ucapan terakhir Taemin. Ia pun kembali menatap Taemin sambil mencoba untuk tersenyum. "Terimakasih sudah mengatakan semuanya kepadaku. Apa sekarang giliranku untuk bicara?" Naeun mengusap wajahnya untuk menghapus sisa-sisa air mata di pipi.

"Bicaralah jika itu tidak menyulitkanmu." jawab Taemin.

Naeun menarik nafas panjang sebelum memulai kalimatnya. "Apa yang baru saja kau katakan sudah mewakili semua kekhawatiranku. Kau bilang jangan merasa bersalah? Maaf Taemin, aku tidak akan bisa melakukannya. Rasa bersalah itu akan terus menghantuiku karena aku tahu menari adalah hal yang sangat penting bagimu. Aku tidak mungkin menjalani hari-hari tanpa memikirkan rasa bersalahku padamu karena semua ini. Aku bahkan rela jika harus dibenci olehmu sekarang." Air mata kembali menetes setelah Naeun menyelesaikan kalimatnya.

"Kalau begitu simpan rasa bersalahmu itu." jawaban Taemin berhasil membuat Naeun terkejut. "Jika kau memang merasa bersalah padaku, maka kau harus membayarnya dengan tidak meninggalkanku." lanjut lelaki itu.

"Apa maksudmu?" tanya Naeun masih tidak mengerti.

Taemin tersenyum sebelum kembali menjelaskan maksudnya. "Jika kau merasa bersalah maka kau harus membayarnya dengan menemaniku selama rehabilitas. Jadi mulai hari ini kau harus terus merasa bersalah dan menemaniku. Jika kau lelah menghadapiku, ingatlah rasa bersalah itu." Taemin mengakhiri kalimatnya dengan sedikit tawa.

Naeun berdecak namun bibirnya membentuk senyuman. "Tentu saja. Aku akan melakukannya." jawab gadis itu lalu tertawa kecil.

"Tolong jangan pernah menangis lagi. Aku benci melihatmu mengeluarkan air mata."

  »«  

a/n:

terimakasih untuk 3k read!!
author mau ngucapin maaf kalau setelah bagian ini mungkin akan sedikit lebih lama updatenya. tapi aku usahain bisa selalu sesuai jadwal update. selalu dan selalu aku mau bilang makasih untuk kalian semua yang udah nyempetin baca cerita ini terutama yang selalu ninggalin jejak. tanpa kalian aku mungkin udah berhenti nulis huhu

sekali lagi, terimakasih! enjoy! x.o.

After Broke Up!Where stories live. Discover now