🍀Seven🍀

1.1K 241 7
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

















🍀🍀🍀








🍀 Kegilaan mereka berlangsung hingga pertengahan musim dingin di tahun ketika masa sekolah mereka, yang berarti dalam waktu tiga bulan lagi murid kelas tiga akan segera lulus dan mereka akan berpisah jauh.




Satu lagi fakta yang tak Daniel sukai.



Dia akan segera berpisah dengan Seongwoo.




Belum lagi Daniel harus menggeram menahan cemburu kala melihat Minhyun yang akhir-akhir ini semakin mengekori Seongwoo kemanapun lelaki itu pergi. Bahkan beberapa kali dia melihat Minhyun menunggu di depan gerbang sekolah untuk mengantarkan Seongwoo pulang ke asrama yang padahal hanya tinggal menyeberang jalan. Lelaki penuh arogansi itu membuat Daniel kehilangan ruang dengan Seongwoo.

Dan pada akhirnya, Daniel hanya bisa mengalah dan menjaga jarak dengan Seongwoo agar dia tidak menjadi perusak dalam hubungan dua orang itu. Walau sejujurnya Daniel ingin sekali mengacaukannya dengan sepenuh hati.




Bibir mereka tak lagi pernah bersetuhan, meski Daniel ingin sekali menangkap dan melumat habis bibir merah yang selalu menggodanya, namun Daniel juga tak sanggup membayangkan jika Seongwoo mendorong pelan dirinya menjauh saat mencoba untuk menyesap belah bibir itu. Daniel takut kalau Seongwoo akan marah dan pergi dari sisi Daniel yang kini sudah sangat terbiasa akan kehadiran Seongwoo di hidupnya. Jadilah Daniel memutuskan untuk diam dan membiarkan Minhyun memonopoli yang seharusnya menjadi milik Daniel.




Semuanya berlalu selama satu bulan, hingga sepasang mata Daniel menemukan sosok Seongwoo yang kembali ke asrama dengan keadaan berantakan. Matanya merah, bengkak dan basah. Bibir tipis yang selama ini mengembang banyak senyuman kini bergetar menahan tangis. Lebam juga terlihat di wajahnya, membuat Daniel semakin yakin kalau Seongwoo telah mengalami penyiksaan.




Dan Daniel tahu betul siapa pelakunya.




"Jangan..."

Bibir Seongwoo berbisik lirih, tangannya mencoba menahan tubuh Daniel yang akan keluar untuk menyusul dan memberi pelajaran pada Minhyun. Jemari kurus itu meremat kaus navy Daniel kuat-kuat dan air mata mulai tumpah membasahi pipinya.




"Sudah cukup... semua sudah berakhir...," bisiknya.



Seongwoo menangis dalam pelukan Daniel hingga jatuh tertidur karena kelelahan. Bahkan untuk menangis saja butuh tenaga yang cukup, ternyata.

Semalaman itu kelopak mata Daniel enggan untuk terpejam. Berkali-kali diliriknya Seongwoo yang masih tertidur tak tenang di ranjang miliknya. Beranjak mendekat ketika telinganya menangkap suara erangan dari bibir Seongwoo. Pemuda itu tampak tersiksa dalam tidurnya.





"Mmm..."




Seongwoo kembali mengerang. Daniel mengambil inisiatif untuk meletakkan telapak tangannya di atas dahi Seongwoo. Terasa sangat panas seperti bara api di tungku pembakaran. Pantas saja sedari tadi pemuda kucing itu tampak tidak nyaman, ternyata panas demam tengah menyiksa tubuhnya.

Daniel ingin segera beranjak untuk mengambil kompres instan di dalam laci meja belajar, namun tak bisa dilakukan karena sekarang Seongwoo menggenggam erat tangannya. Seakan-akan meminta Daniel untuk tetap berada di sampingnya.










"Jangan... pergi...," bisik Seongwoo dengan suara parau yang tercekat.










Dehaman pelan dari Daniel menjadi jawaban atas permintaan Seongwoo. Dia memilih untuk tetap duduk di tepi ranjang sambil tangannya mengusap pelan-pelan dahi Seongwoo, memberikan pijatan lembut agar pusing di kepala pemuda itu setidaknya sedikit berkurang. Epidermis kulit lehernya merasakan telapak tangan Seongwoo yang perlahan menjalar, menggelitik memanggil Daniel.




Malam itu mendadak terasa panas, menurut Daniel. Sangat panas meskipun harusnya sekarang sudah berada di puncak musim dingin.

Daniel tahu Seongwoo memintanya untuk merengkuh tubuh ringkihnya meski tanpa ada kata yang terucap. Sebuah kecupan dan pelukan hangat disambut dengan suka cita. Kecup, lumat, jilat, disertai dengan sentuhan tanggung-tanggung dari ujung jari yang memberi stimulasi menggetarkan. Tergoda, kini mereka terbakar dalam kobaran api yang membara.

Berteriak dalam euforia. Tak ada satupun dari mereka yang peduli pada siapapun yang akan mendengar di luar sana. Daniel juga tak peduli pemuda yang berada di bawah kukungannya itu milik siapa. Yang waktu itu terlintas dalam pikirnya adalah merebut dan menjadikan Seongwoo miliknya secara utuh. Hati, jiwa dan raga Seongwoo memang sudah seharusnya menjadi hak milik dari Daniel.

Waktu semakin membawa mereka pada penghujung malam. Puncak yang ingin digapai kini sudah berada dalam dekapan. Keduanya saling merengkuh, menyesap aroma yang semakin membuat candu. Seongwoo tertidur begitu lelap tanpa sempat mendengar pernyataan dari Daniel.

Senyum yang terlukis di wajah Daniel seakan mengatakan tak apa jika Seongwoo tidak mendengarnya. Hal terpenting sekarang adalah Seongwoo aman berada di pelukannya dan dia tidak akan membiarkan siapapun membawa Seongwoo pergi darinya.









🍀🍀🍀

Blooming 🌸 OngNiel Ver.Where stories live. Discover now