2 : SEBUAH KECELAKAAN

515 62 0
                                    

Bel berbunyi dengan keras, aku hanya melaksanakan lari sebanyak 10 putaran saja. Mungkin kalian sedikit berpikir, bagaimana bisa dalam waktu 1 jam 30 menit aku hanya menyelesaikan 10 putaran saja? Tentu saja bisa. Saat keluar dari kelas aku tidak langsung berlari, aku duduk di gazebo. Alasannya simple, aku malas untuk berlari! Pukul 8 itu matahari sedang naik dan mungkin sedang panas2nya. Wah katanya matahari pagi itu sehat, tapi sungguh, aku sangat tidak menyukai berlari. Kecuali berlari dari kenyataan. Hehehe.

Selebihnya aku berlari hanya pada saat guru kimia ku memantau ku sebentar sebelum akhirnya masuk kembali ke arah kelas, aku sangat beruntung bahwa kelas ku berada jauh dari lapangan, jadi bu hanif hanya bisa memantauku sesekali saja, lalu kembali lagi ke kelas.

Aku berlari satu satu keliling lagi, sebagai formalitas karena bu hanif sedang berjalan di hadapanku saat ini. Lalu tak jauh dari tempat di mana aku berlari, beliau memanggil ku.

"Veronika Ravelia Paramita"

Aku berlari ke arah bu hanif dengan napas yang Terengah-engah (tentu saja hanya formalitas di hadapannya!)

"Ya bu."

"Ssekarang kamu kembali ke kelas, terserah mau langsung ke kelas atau ke kantin dulu untuk beli minum. Lain kali jangan lakukan kesalahan yang sama lagi. Oke?" ujar bu hanif

"iya bu"

"Dan ini" sambil menunjukkan handphone ku tepat di depan wajahku, "kamu bisa mengambilnya pada ibu saat nanti pulang sekolah." ucap beliau dengan penuh penekanan, lalu berlalu begitu saja.

Hah. Pasrah lah sudah, percuma memintanya sekarang. Karena kalau aku melawan, nanti yang ada aku baru bisa mengambilnya minggu depan.

***

"Lo gak apa-apa? Haus gak?" tanya Risti saat aku sudah kembali ke kelas, yang lain melihatku dengan wajah yang seperti ingin menertawakan, bahkan ada yang terang-terangan menertawanku. Hahaha. Bodo amat!

Aku melirik sebentar ke arah botol Aqua yang di sodorkan oleh Risti, lalu aku mengambilnya dengan santai. Lalu setelahnya mengucapkan terimakasih.

"Lo sih, terlalu sibuk sama dunia werewolf lo sendiri, sampe gak sadar kalau bu hanif tadi masuk" oceh Risti.

"udahlah, lagian gue terlalu fokus pangeran Werewolf gueeeeee"

"Bego nih, Lo tuh pangeran Werewolf pangeran Werewolf aja. Nanti aja kalau ketemu langsung Lo langsung di lahap."

"Sok tau Lo Ris, lagi pula gak ada tuh yang nyata dari sebuah cerita fiksi kayak gitu. Udah ah, gue mau tidur, capek" ucapku langsung menaruh tas ku di lantai dan mulai berbaring mencari posisi yang nyaman.

"Heran gue, Lo itu suka banget sama yang Kayak gituan, tapi giliran ngomongin aslinya aja gak percaya." ucap Risti sedikit nyolot.

Aku tidak membalas ucapannya, namun aku sedikit berpikir lagi, benar juga apa yang di katakan oleh Risti. Aku menyukai Werewolf, bahkan aku sangat menyukai Werewolf, segala tentangnya, segala cerita-cerita tentang nya. Tapi anehnya, aku sangat tidak mempercayai akan keberadaan Werewolf! Lagi pula untuk apa aku percaya cerita tentang takhayul tersebut. Aku benar-benar tidak percaya! Sungguh! Hanya karena aku menyukainya, bukan berarti aku percaya akan keberadaan makhluk itu. Tidak akan!

***

Bel berbunyi sangat nyaring, membuat seluruh siswa berhamburan keluar dari kelas. Ada pula yang berdesak-desakkan agar bisa keluar dari kelas, wah sepertinya mereka memang ingin cepat-cepat keluar dari sekolah ini.

I'm Mate a Werewolf!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang