3. Pergulatan Batin

111 11 2
                                    

Tuhan. Tabahkan kokoro Nata untuk saat ini. Untuk adik yang benar-benar sialan, juga bagaimana pegalnya dia dalam posisi ini untuk beberapa jam... atau sampai besok? Seketika saja Nata horor mendadak. jika Duryu tidak mengubah posisinya maka bisa dipastikan dirinya bakal mengalami pegal-pegal besok hari. Rena pasti akan berpikir iya-iya tentangnya. Adik gadisnya itu'kan imajinasinya tumpah ruah tak terkendali kalau soal hint-hint sesuatu. Bahkan kalaupun Nata hanya mengobrol dengan salah satu teman cowok di kampusnya pun, sang adik sudah heboh sendiri sampai Nata harus marah-marah protes karena jengkel sendiri.

''Hghh~Harusnya jangan posisi ini, ya,'' gumam Nata menyesali diri. Ya sudah nikmati sajalah. Oh suatu saat bakal nikmat pada waktunya.

Karena Duryu sangat lelap, Nata sampai tak tega membangunkan. Alhasil, keduanya melewatkan makan malam hari itu. Karena Nata benar-benar pegal dalam posisi telentang terus-menerus, dengan amat perlahan-lahan dia rebahkan tubuh mungil Duryu di atas kasur sedang dia sendiri langsung melipir ke dapur. Cari makan. Lapar, tau!

Suara-suara ambigu dari dapur kontan saja membuat Rena kaget sendiri saat dia baru saja selesai dari acara pribadi di toilet. Hush! Jangan berpikir macam-macam serta ena-ena. Rena baru melakukan ritual buang air kecil. Karena penasaran yang amat sangat tinggi, si gadis melangkah pelan-pelan agar tak terdeteksi ke arah dapur sambil membawa sapu. Siapa tahu maling kelaparan. Mumpung lapar maka bisa ditangkap dengan mudah.

Namun, saat semua spekulasi Rena ternyata meleset, gadis itu langsung menatap datar sosok tengah terduduk di depan kulkas yang terbuka pintunya dengan mulut disumpal roti.

''Ish! Kak Nata, aku kira maling,'' sungut Rena. ''Ngapain, sih?''

''Fap-fap.''

''Sambil bayangin Duryu, ya?'' goda si gadis.

Nata nyengir. ''Nggak. Bayangin betapa gantengnya gue, lah! Tuh ngaceng. Mau lihat?''

''GEBLEK!''

''Mumpung ada pelampiasan, nyok ngewe, Dek.'' Nata benar-benar edan sambil menutup pintu kulkas dan berdiri. Tangannya sudah siap membuka pengait celana serta menurunkan zippernya. Rena terpekik kaget, kemudian kabur seketika sambil mengumpat sepanjang langkah menuju kamar. Kontan saja, Nata ngakak dalam hati karena kalau secara terang-terangan bakal membangunkan seisi rumah.

''Leganya.'' Gumaman pelan terdengar, perut diusap amat khidmat. Nata bukan sedang hamil, ya. Perutnya cukup kenyang meski hanya diganjal dua bungkus roti. Setelah itu, remaja tersebut kembali ke kamar. Duryu masih terlelap, bergelung manja di bawah kuasa selimut. Nata terkekeh geli lalu ikut membaringkan diri di sebelah bocah manis tersebut.

Pagi harinya, saat burung-burung serta ayam melakukan padua suara, Nata masih dalam posisi terlelap. Kebiasaan kambuh lagi walau tidak terlalu sering. Duryu yang tengah membelakangi kini sudah berada dalam dekapan Nata menggunakan dua tangan. Satu kaki ikut memeluk, satu tangan menelusup masuk ke dalam kaos si remaja mungil mencari kehangatan. Sesekali, tangan Nata bergerak mengusap pelan tapi pasti. Makanya Rena trauma tidur bareng kakaknya. Kebiasaan jelek Nata itu ngeri! Jangan-jangan Rama sudah pernah merasakannya? Yudan?  

Duryu mulai terbangun. Bukan karena bunyi kicau burung-burung di luar, namun akibat rasa aneh di dadanya. Ia pun membuka mata meski susah payah karena terlalu lama tidur. Tampak ada yang bergerak-gerak di dalam kaosnya, dan itu menyambung ke lengan Nata. Duryu pun tersenyum. Ternyata pujaannya.

Kuatirnya itu sejenis ulat atau cacing yang menggelitiki putingnya, begitu. Hiiyy! Amit-amit, jangan sampai ah!

Duryu membiarkan saja ulah sableng Nata. Tanpa berfikir negatif bahwa Nata terbiasa begitu dengan siapapun teman tidurnya. Duryu terlalu memuja Nata hingga tak akan mengira kelakuan absurd sang pujaan bisa saja dilakukan tidak hanya pada dia. Love is blind, judulnya.

Ia jadi teringat hari-hari di Puncak, tidur dengan Nata... paling banter hanya dipeluk saja, tak sampai digerayangi begini. Oh, apakah ini tandanya Nata sudah mulai menerima perasaan Duryu? Gusti, ini sungguh mendebarkan! Duryu dagdigdug tak karuan. Tangan Nata bisa tau debaran cepat jantung Duryu, tidak ya?

Nat, jangankan cuma puting Duryu yang kamu gerayangi. Pantatnya kau minta pun Duryu sudah siap, kok.

Duh, adik manis ini jadi membayangkan ditusuk-tusuk olehmu, Nat. Tanggung jawab kamu, Nat sudah bikin anak orang baper maksimal.

Tapi sekarang, dirasa-rasakan kok Duryu jadi ngos-ngosan, yah? Nafasnya mulai pendek-pendek memburu. Bahkan bagian selatannya pun mulai bereaksi. Gawat.

"Kak... Na-ta... aghh... haahh... aahh..." Suara desah lirih erotis mengalun sembari Duryu menggigit bibir bawahnya dan tangan meremas seprei yang tak berdosa.

"Eemghh... mmhh... mghhh..."  

I Love You, Om! [yaoi rate M]Where stories live. Discover now