🌷Kita bersama

130 1 0
                                    

Dia (Allah) berfirman,
"Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di Bumi?"
-QS. Al-Mu'minun ayat 112

🌷🌷🌷

Aku berjalan menyusuri lorong sekolah. Aku bersyukur bisa sekolah disini dan berteman dengan teman-teman yang sholeha yang saling mengingatkan dalam kebaikan.

Aku berhenti di laboratorium kimia dan menatap lelaki yang ada didalam sendirian sedang melakukan percobaan dengan gelas-gelas kimia yang tak jelas.

Itu Nathan. Murid kelas 11 Ipa 1 yang terkenal dengan kepintarannya dibidang kimia. Hampir tiap perempuan disekolahnya menyukai Nathan. Tak hanya pintar, ia juga tampan dan ramah. Ia tak pernah menutup dirinya untuk mengajarkan apa yang ia tau kepada orang lain.

Tak terkecuali diriku, aku begitu kagum pada apa yang ada pada Nathan. Tapi aku harus berusaha menahan pandangannya dari yang haram.

***

Sinar matahari begitu terik. Waktu yang pas untuk bermalasan-malasan diatas tempat tidur dengan gravitasi yang sangat kuat. Tapi itu semua terhalangi tugas menumpuk dari Bu Lilik, guru fisika.

Sejak dulu aku memang tidak pernah tertarik dengan pelajaran hitung menghitung terlebih lagi fisika. Bagiku itu sangat membingungkan. Bahkan di soal cerita, orang mau bunuh diri saja dihitung kecepatan dan segala blablabla-nya. Sungguh menyedihkan.

Tok tok tok

"Permisi."

Seorang siswa membuka pintu kelasku. Seorang laki-laki yang jelas saja ia kenali. Itu Nathan.

Mataku hampir tak berkedip melihat Nathan. Tak percaya ia sekarang ada didalam kelasnya, berjalan menuju meja guru menghampiri Bu Lilik. Ia berbicara perlahan dengan Bu Lilik.

Bu Lilik mengangguk mendengar pernjelas Nathan.

"Hanum!"

Suara itu membubarkan lamunanku. Diriku merasa kikuk saat ketahuan menatap Nathan dari tadi. Dan saat ini, Nathan memanggilnya dan ia tahu namaku.

"Kamu ikut aku sekarang!" Suaranya yang berat membuatku sedikit ketakutan. Tak ada senyum di wajahnya. Aku berdiri perlahan dari tempat duduknya. Meminta isin kepada Bu Lilik untuk ikut dengan Nathan. Setelah diizinkan mereka pun keluar.

"Astaghfirullah, apa yang aku pikirin tadi. Maaf ya allah" Aku berbisik dalam hati. Aku merasa bersalah tidak menjaga pandangannya tadi. Dan sekarang? Ia malah jalan berdua bersama Nathan.

Tanpa ada percakapan. Aku terus mengikuti arah jalan Natha menuju ke ruang guru. Aku sedikit terkejut, tidak merasa memiliki masalah sampai harus dipanggil ke ruang guru.

Jantungku berdegup kencang. Nathan mengetuk pintu dan berjalan masuk, aku mengikutinya dari belakang.

"Silahkan duduk Nathan!" Bu Evi mempersilahkan kami duduk didepannya.

"Ini bu yang namanya Hanum." Nathan memperkenalku pada bu Evi. Bu Evi menggangguk.

"Cantik ya, kalian cocok!" Bu Evi tersernyum ke arahku.

Cocok?
Apa maksudnya?

Nathan hanya terdiam mendengar itu. Sedangkan aku tersenyum kecut.

"Ya sudah, Hanum?"

"I..iya bu?"

"Nanti pulang sekolah jangan pulang dulu ya, temui saya di sini!"

Aku hanya mengangguk. Bu Evi mempersilahkan kami keluar. Aku ingin menanyakan pada Nathan. Tapi wajahnya terlihat dingin, cuek.

"Nathan?" Aku ragu-ragu memanggilnya.

"Apa?" Responnya begitu dingin. Duhh..dasar laki-laki.

"Nanti mau ngapain sih?"

Langkah Nathan terhenti. Ia menatapku. Tatapannya begitu dalam. "Nanti kamu juga tau." Untuk pertama kalinya Hanum melihat Nathan tersenyum. Ia ikut tersenyum namun tertahan. Wajahnya pasti merah padam.

***

"Hanum pulaaaang!!" Aku berteriak memasuki rumah. Ada mama yang sedang melipat baju di ruang keluarga sambil menonton televisi.

"Tumbem seneng banget? Ada apa?" Kalimat mama begitu menyelidik. Aku bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin kalau aku bilang tadi aku bersama Nathan. Pasti mama marah besar.

Aku memilih diam dan segera menuju kamar. Suasana kamar serasa dipenuhi bunga-bunga mawar kesukaanku. Begitu menyenangkan.

Aku meraih tasku dan menemukan sebuah kertas berwarna merah muda.

"Aku tau kamu pasti seneng Han, tapi tetep jaga pandanganmu"
-Nisa cantik

Aku terkejut membaca surat kecil itu.

Astaghfirullah. Kenapa aku jadi begini? Ampuni Hanum ya Allah.

Aku begitu menyesal. Lagi-lagi menyesal. Kenapa dengan mudahnya aku terpesona dengan laki-laki, apalagi dia berbeda keyakinan.

Bagaimana jika saat aku lalai tadi, Allah memanggilku? Begitu hina diri ini jika kembali dalam keadaan lalai.

🌷🌷🌷

Assalamu'alaikum🌷
Alhamdulillah bisa update lagi setelah beberapa saat dianggurkan
Btw, gimana ceritanya?
Semoga kalian tidak lari karena tidak jelasnya cerita ini!!
Keep vote and comment♡

Tentang Rasaku PadanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang