22. Sebuah Harapan

858 127 60
                                    

Bagi yang nggak tau atau penasaran foto Kim Yong Jin seperti apa, aku kasih tau di bawah ini. ⬇⬇⬇

Btw, aku baca cerita ini sambil denger lagu NCT - No Longer, langsung terbawa suasana gitu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Btw, aku baca cerita ini sambil denger lagu NCT - No Longer, langsung terbawa suasana gitu. Jadi disarankan aja, siapin lagu baper kesukaan kalian. Thank you^^

Happy reading!

***

Ji Hoon meninggalkan barang bawaannya. Berlari kencang menuju lantai dua, bermaksud mencari kelas milik siswa yang bertemu kemarin saat pulang sekolah.

Jauh sekali ruangan yang dituju, letaknya berada di sudut bangunan sekolah. Bahkan sampai keringat memancur di mana-mana, anak itu tidak menyerah sama sekali. Ia tetap berlari untuk mengejar waktu sekaligus tidak sabar mengungkapkan sesuatu pada orang tersebut.

Ya, mengejar waktu akibat menerima satu tawaran dari si Penelepon barusan. Memang benar jam pelajaran masih panjang untuk hari ini, tapi kalian pasti ingat bagaimana kekuasaan seorang Park Ji Hoon di sekolah itu.

"Kim Yong Jin! Kau duduk di mana?!" Napasnya terlihat memburu setelah menggeser knop pintu kencang-kencang. Matanya cepat menelusuri tiap-tiap murid yang sedang duduk maupun berdiri.

Hal tersebut sukses menyita perhatian sekujur warga dalam kelas, lebih tepatnya tercengang melihat kedatangannya.

Yong Jin hanya bangkit dari tempat duduk sembari menatap polos. Dia bingung mengapa tiba-tiba Ji Hoon memanggil namanya, lalu berlari mendekat hingga saat ini posisinya tengah berdiri berhadapan.

"Ada apa, Ji-"

Aneh.

Ji Hoon memeluknya erat. Tulus memeluk dengan perasaan campur aduk. Yong Jin makin tidak mengerti akan maksud kelakuannya. Yang dia lakukan hanya mengusap punggungnya pelan, setelah itu baru minta penjelasan.

"Terima kasih, Yong Jin." Ucap Ji Hoon terlampau pelan, tapi Yong Jin mendengarnya.

Pelukan dilepas oleh si Pemeluk, tidak sadar juga tiba-tiba mengeluarkan sedikit air mata.

Seorang Park Ji Hoon menangis? Kenapa?

"Kau kenapa?" Yong Jin makin terheran akibat perlakuan manusia yang tiba-tiba bertindak aneh, sekujur murid juga saling bertanya-tanya.

Orang itu mengusap setetes cairan bening yang mulai jatuh. "Tidak apa, kok. Aku hanya terharu saja. Mengetahui bahwa kemarin kau repot-repot datang ke rumah sakit untuk memohon pada nenek Shin, aku tidak tahu harus membalas seperti apa. Intinya terima kasih banyak, Kim Yong Jin."

Mengangguk pelan, tersenyum tipis. Sudah menghormati ungkapan terima kasih dari lelaki di hadapan, Yong Jin masih ingin melontarkan pertanyaan. "Ya, sama-sama. Tapi, bagaimana kau bisa tahu?"

"Nenek itu ...." Ji Hoon menunjukkan sebuah ponsel. "menelepon dan menyuruhku mencari waktu untuk bertemu dengannya. Aku pilih waktu sekarang. Katanya, ini soal kesempatanku bertemu Yoon Ji."

My First and Last || Wanna One ✔️Where stories live. Discover now