4

679 181 80
                                    

👑 🐨 👑

👑 🐨 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷🌷🌷

"Kapan kau menyiapkan semuanya? Kemarin kau masih di London, tapi malam ini sudah bikin acara lamaran seromantis ini. Aku benar-benar terkesan."

Sera masih memandangi cincin safir biru di jarinya, sesekali mengusap permukaannya yang mengkilap, meletakkan di atas tangan kanan tepat di bawah dagu. Euphoria lamaran masih terasa sangat nyata, bahkan pipinya masih hangat.

"Aku sempat berpikir kau benar-benar melamarku tadi, kau tidak memberitahuku sebelumnya."

Sera mengangkat jari yang tersemat cincin setinggi pipi, senyum lebar penuh kebahagian tidak surut menghiasi wajahnya. Sera memandang tanpa bosan cincin pertunangan paling indah yang pernah dia lihat. Sera tidak pernah membayangkan, bahkan di mimpi sekalipun, cincin seindah itu melingkar di jari manisnya.

"Ah, cincin ini benar-benar cantik." Lagi-lagi Sera mengusap cincin, berdiri bersandar di dinding kaca kamar tidur Namjoon.

"Kau menyukainya?"

"Tentu saja. Aku pernah membayangkan dilamar pacarku suatu hari nanti dengan cincin bagus, tapi tidak secantik cincin ini juga sih. Aku pernah membayangkan dilamar saat festival kembang api, maksudnya, aku tidak punya cukup uang membuat kembang api di langit rumahku sendiri.

"Pacarku nanti, pasti bukan orang kaya raya sepertimu," tukasnya.

Dia melirik Namjoon sesekali disela-sela curcol panjang lebar, sambil memandangi cincin lagi. Namjoon yang tengah duduk di sofa beranda tidak melihatnya, tapi memandang ke depan, ke hamparan lampu ibu kota yang tumpah bagai bintang, berkedip di sepanjang gunung Buckham.

"Dia memang tidak kaya, tapi dia orang yang sangat baik."

"Siapa—?" tanya Namjoon, "pacarmu?"

"Belum jadi pacar sih, tapi aku menyukainya sejak masih sekolah," jawab Sera, pipinya tiba-tiba terasa lebih hangat.

"Sudah beritahu dia kalau kau menyukainya?" tanya Namjoon, masih tetap tidak melihat Sera.

"Memang harus bilang?"

"Bagaimana dia tahu kau menyukainya, kalau kau tidak mengatakannya."

"Caranya bagaimana?"

"Tinggal bilang saja, kau menyukainya sejak lama."

"Kalau cuma ngomong memang gampang, Tuan Kim." Sera jelas-jelas berdecak kesal, "tapi prakteknya itu yang sulit."

"Latihan saja dulu biar lancar."

"Di sini?—denganmu?"

"Memang ada manusia lain di sini selain aku?" Akhirnya Namjoon beranjak dari sofa. "Kau ini cerewet sekali, pantas saja Taehyung tidak menyukaimu."

Tuan Kim dan Rahasia KecilnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang